lianasari993Avatar border
TS
lianasari993
Friendzone, What Really Is Our Relationship? Chapter 1 Novel Remaja Romantis

Kadang hadir menghias sunyi yang tak berkesudahan, memberi alur cerita sederhana lewat tutur kata ala kadarnya. Senantiasa hadir untuk memberi kehangatan dalam dekapan percakapan, senyum hangat bagai cahaya mentari di pagi hari.

Dan kamu memutuskan untuk hadir dalam pertemuan kita, bercakap lewat perkenalan nama. Lalu waktu memapah, agar bercakap lebih lama, oleh ikatan baru.

Kamu adalah alasan mengapa aku bertahan, dari segudang resah kegelapan. Memberi cahaya temaram yang menenangkan, tak perlu seterang mentari pagi, cukup menjadi cahaya lampu pada pojok meja kamar.

Bila semesta telah memutuskan, ikatan antara kita berdua. Tolong, sejenak berpikir lebih lama. Bukan aku sedang meragu, hanya saja perasaan ini kadang tak menentu.

Hai, segudang rindu tertahan dalam rasa pilu agar cepat bertemu. Kamu di mana sekarang, jangan semakin membuat suasana kecemasan. Lihatlah kehadiran tubuh berbalut rindu ini, berharap bisa berjumpa. Sungguh bukan kebohongan yang sedang ditahan, melainkan kejujuran takut kehilangan.

Dan benar, kadang ada saja ketidakpastian. Tetapi yakinlah, jika memang itu jalan yang terbaik untuk kita. Lewat pertemuan atau perpisahan, pasti takdir akan melukis kenangan terindah, lewat harap yang berasal dari tangisan. Kelak akan menjadi keikhlasan.

Aku di sini masih menunggu, hadirmu atau kah orang baru?


Langkah santai menuruni tangga dari kamar, suasana rumah sudah biasa jika setiap hari terasa sunyi. Dalam diam senyuman manis tersembunyi dari balik wajah datar, pandangan beralih sejenak menatap pintu yang masih tertutup rapat, di mana kendaraan roda dua telah menunggu untuk segera mengantarkan menuju tujuan.

Tinggal berdekatan dengan seseorang yang paling dicintai suatu keberuntungan, tersebab bisa berangkat sekolah setiap hari. Memang suara hanya terdengar dalam sanubari, karena secara diam telah menjadi alasan penyemangat, tidak ada seorangpun yang bisa mengganti sebuah nama yang telah terukir rapi.

Biarkan jiwa dan raga tertuju, walaupun harus menutupi perasaan cukup lama, karena rasa takut untuk kehilangan. Maaf jika kali ini belum ada keberanian, mengenai kisah cinta antara persahabatan yang sulit untuk memutuskan.

“Gue tunggu di depan rumah ya” belum juga usai dijawab panggilan telah terputus sepihak, segera menaiki sepeda motor untuk bersinggah.

Rendra, cowok kelas dua belas jurusan IPS. Memiliki bentuk alis saling bertautan dengan warna hitam pekat, berkumis tipis, dengan mata coklat tua.

Melingkar sebuah benda berukuran bulat sebagai penentu waktu, hari dan tahun. Memperhatikan setiap detik terus berjalan, sesekali melihat jalanan perumahan tengah berganti kendaraan dilalui untuk melakukan aktivitas, terasa ramai namun tidak mengganggu pendengaran.

Memiliki rumah saling berhadapan membuat Rendra kadang memerhatikan segala aktivitas dari balik gorden rumah, kadang saling lempar obrolan dengan jarak jalanan. Sudah menjadi sahabat sejak SMP hingga kini, selalu bersama setiap saat.

“Maaf telat, lupa taro lipstik kemarin” jelas seorang cewek tersenyum hangat keluar dari pintu rumah, berjalan menghampiri Rendra yang telah siap memberikan helm.

Elin, cewek kelas dua belas jurusan IPS. Memiliki senyuman manis, penuh keceriaan, dan selalu membuat siapa saja nyaman jika dekatnya.

“Pulang sekolah gue antar beli lipstik. Sekarang buruan naik keburu telat, dicek ada yang ketinggalan apa enggak?” melihat wajah Elin dari spion, “Topi, ikat pinggang, dasi?”

“Sudah enggak ada, ayo berangkat sekarang hari senin upacara, gue dapat tugas jadi pemimpin barisan!” memberi peringatan untuk segera melajukan kendaraan bermotor, sebab baru teringat kalau mendapatkan tugas untuk memimpin barisan kelas dua belas.

“Iya.”

Sesaat senyuman tipis Rendra tampak pada wajah yang tertutup oleh kaca helm berwarna hitam, menyembunyikan perasaan bahagia setiap kali berboncengan, “Lin!”

“Hmm, apa?” sedikit memperjelas dan meninggikan suara sebab embusan angin membawa suara hingga sedikit hilang, namun sepertinya bisa mendengar sebab jarak keduanya hanya lima sentimeter.

“Sudah sarapan belum?” padahal Rendra sendiri belum sempat sarapan, mungkin bisa dibilang tidak pernah sarapan semenjak tinggal sendirian.

Ketika pertengahan kelas sebelas kedua orang tua Rendra memutuskan untuk pindah ke Kalimantan, karena ada pekerjaan yang tidak bisa diganggu gugat. Itu sebabnya Rendra memilih untuk menetap di Jogjakarta meski harus tinggal sendiri, kadang setiap seminggu tiga kali akan ada pembatu yang bertugas untuk membersihkan rumah.

Sedangkan untuk makan sehari-hari sudah terbiasa masak atau beli online, walaupun kedua orang tua melarang untuk tinggal sendiri, apalagi kebiasaan yang suka nongkrong dan jarang pulang ke rumah. Tetapi sejak kelas dua belas, Rendra mulai berubah perlahan, alasan berubahnya juga atas pinta dari Elin.

“Sudah tadi sebelum berangkat, elo pasti belum sarapan? Kebiasaan banget. Sekarang gue bawa bekal dua, entar pas di kelas selesai upacara langsung di makan”

“Iya, Elin cerewet” canda Rendra tertawa terbahak-bahak, “Orang tua gue saja enggak pernah kayak gitu”

“Itu tugas gue buat kasih tahu elo, jangan tunggu lapar baru makan, ingat tubuh itu butuh asupan!” Elin memukul helm bagian belakang membuat Rendra hampir mengerem mendadak, tapi ter-urungkan sebab mengingat jam sudah tidak bisa diajak kompromi.

“Maaf ya. Gue enggak pernah ikuti perintah elo, dari kemarin sore belum makan”

“Ih, kebiasaan....” cubit Elin pada pinggang sebelah kanan untung saja mengenakan jaket jadi tidak terlalu sakit.

“Lupa. Kemarin pulang kerja kecapean langsung tidur, bangun tadi pagi langsung berangkat sekolah!”

“Lain kali jangan diulangi, kepala batu. Kalau kerja mending hari libur saja enggak masalah asal ingat waktu, kapan makan, kapan istirahat. Paham enggak?”

“Paham ELINO” Rendra memperjelas nama sambil menggaruk helm tanda bahagia, walaupun sering sekali dimarahi tetapi malah diulangi lagi.

“Cakep.”

“Yang gatal kepala apa helmnya?” Elin tersenyum dengan menyipitkan mata meletakkan posisi kepala pada sebelah kiri sebab memang dibonceng menyamping, karena mengenakan rok pendek.

Rendra kembali tersenyum melihat wajah Elin dari spion, “Lupa lagi pakai helm”

Obrolan sederhana ini yang selalu menjadi kerinduan setiap waktu berkata untuk sementara bertemu, mengenai pekerjaan baru kadang dilakukan untuk mengisi waktu luang juga menambah uang jajan. Meski Rendra terlahir dari keluarga berada tapi bukan menjadi alasan bermalas-malasan maupun menghabiskan harta orang tua.

Terhenti kendaraan roda dua pada gerbang utama, telah berdiri tegak seorang laki-laki mengatur sepeda motor yang akan memasuki halaman depan sekolah, di mana letak parkir khusus kendaraan roda dua milik siswa berada di belakang sekolah sebelah kiri dekat gudang.

“Masuk dulu, katanya mau jadi pemimpin barisan, pasti semua sudah kumpul di lapangan. Gue mau parkir sepeda, sebentar lagi gue susul!”

“Iya, makasih Rendra. Gue duluan...” melambaikan tangan sambil berjalan cepat menuju ruang kelas untuk meletakkan tas sebelum menuju lapangan.

Judul : What Really Is Our Relationship?
Akun Media Sosial
@lianasari993
Danuemce
soepudin395180
siloh
siloh dan 4 lainnya memberi reputasi
5
197
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.