Kaskus

Story

nasura2101Avatar border
TS
nasura2101
SA TARANG PART 01
SA TARANG PART 01

Sing ati-ati, iki santet bebayani. Keno pati ora luput, keno endo nanging luwih soko telung dino tetep leno.
SA TARANG
_______________________________________________________________________________

SA TARANG #02
      
Tubuh Pak Kusna terhuyung, tangannya memegangi dadanya yang terasa semakin sesak, salah satu warga yang menyadari tubuh Pak Kusno hampir limbung buru-buru menopang tubuhnya, “Apa Ki Kusno baik-baik saja?”

“I__iya, saya baik-baik saja,” laki-laki yang menopang Tubuh Pak Kusno membimbingnya untuk duduk. Lalu membawakannya air putih, “setelah meminum air putih ini dadaku terasa lebih lega, terimakasih Man.”

“Inggih Pak Kiyai sami-sami.”

“Aku menungguinya hingga pagi, hanya kutinggal ke mansjid sebentar kok ya kecolongan?!” bathinnya Pak Kusno masih tidak percaya.

Salah satu warga mengambil inisiatif mengabarkan berita duka atas meninggalnya Sari melalui pengeras suara yang ada di masjid, yang akhirnya warga yang lain juga punya inisiatip untuk melakukan hal yang sama di masjid-masjid yang lain di sekitar Kampung Wun. Berita kematian Sari yang tragis dan mengerikan merebak bagai penyakit menular yang tak terbendung, warga mulai kasak-kusuk membicarakan apa penyebab kematian Sari.

Acara rumatan jenazah pun dimulai seperti layaknya jenazah pada umumnya, tidak ada kendala apapun. Hari itu juga jenazah dikebumikan. Acara doa dan tahlilan digelar tiap hari setiap ba’da shalat maghreeb. Meski dicekam ketakutan warga tetap datang mengikuti acara doa dan tahlilan, warga Kampung Wun memang terkenal rukun dan selalu bergotong-royong. Apalagi dalam acara duka mereka akan lebih giat, ditambah lagi Komari dikenal ramah dan baik hati, dia juga hampir tidak pernah absen membantu warga yang kesusahan, dia juga selalu datang jika ada warga yang meninggal, ikut acara do’a dan tahlilan hingga seluruh ritual selametan selesai.

Untuk warga Kampung Wun biasanya jika ada yang meninggal acara do’a dan tahlil digelar dari mulai hari H hingga tujuh hari berturut-turut tanpa jeda. Lalu acara do’a dan tahlil dilakukan lagi di hari ke empat puluh, seratus hari, setahun, dua tahun dan seribu hari.

Acara do’a dan tahlilan berjalan lancar, hingga hari ke tiga kematian Sari. Di malam hari setelah acara do'a, dua orang pemuda yang ikut acara do'a dan tahlilan mengalami kejadian aneh. Shola dan Bahra meski tidak berteman sejak kecil keduanya bagai kakak beradik, setelah acara do’a dan tahlilan selesai keduanya tidak langsung pulang, tapi ikut mengobrol bersama warga lainnya menemani Komari.

Komari menyuguhkan makanan dan minuman alakadarnya, teh kopi serta jajanan yang dibuat oleh ibu-ibu yang membantu di dapur. Mereka ngobrol ngalor-ngidul, hingga cerita mereka sampai pada acara agustusan, festival tahunan yang selalu digelar di Kampung Wun untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia di bulan agustus.

“Tahun kemarin lumayan ya, Ra, lombanya banyak banget,” Ucap Shola, “Iya aku jadi pingin segera agsustus lagi he he he…” jawab Bahra terkekeh, dia tampak senang, ingatannya melayang pada acara agustusan yang begitu meriah.

“Kemarin kalau ide Si Jamrodi kita terima lalu kita laksanakan wah pasti Rame dan pasti ribut,”

“Mosok lomba balap motor, kan ngga enak, ngga semua masyarakat bisa ikut serta, untung tak tolak walau dia marah-marah nggak jelas," jawab Komari menimpali, sebagai RT di salah satu wilayah di kampung  Wun, Komari berusaha bersikap adil, meski sebenarnya agak berlebihan saat dia menolak mentah-mentah usul salah satu warganya, Jamrodi.

“Yang nggak bisa ikut kan bisa menonton, apa salahnya jika lomba balap motor diagendakan dalam acara agustusan?” bantah Jamrodi waktu itu atas penolakan Komari, tetapi Komari kekeh menolaknya. Terkadang orang menggunakan kekuasaannya untuk berbuat sekehendak hati termasuk mempertahankan pendapat yang menurutnya benar, dengan tidak memikirkan perasaan orang lain-lain. Tanpa sadar Komari telah membuat Jamrodi sakit hati seklaigus merasa dipermalukan di hadapan warga, dalam hati Jamrodi berucap, 

''AWAS KAU KOMARI, LIHAT SAJA____!"

“Kalau dipikir-pikir omongan Jamrodi itu ada benarnya,” timpal Shola, “warga yang nggak bisa ikut bisa menonton.” Begitu Shola selesai mengucapkan kalimatnya, entah dari mana datangnya tiba-tiba sebuah telur seukuran telur ayam jatuh di meja.

DUOOOOOKKKK!"

suaranya kenceng seperti di lempar dari atas, Mereka kaget sampai Bahra hampir melompat. Untuk beberapa saat mereka terpaku, “nggak masuk akal  mosok ada telur jatuh dari langit-langit rumah?!” bathin Bhahra bingung. Belum lagi mereka lepas darikerpakuan, beruntun susulan telur jatuh lagi dari atas langit-langit rumah.

JLEDOOOKKK! JLEDOOOKKK! JLEDOOOKKK!

Sampai enam kali, semuanya jatuh persis di atas meja tempat mereka ngopi, semua orang lansgung   berdiri, belum lagi mereka dapat mencerna apa yang baru saja terjadi  tiba-tiba Komari nglimpruk, tubuhnya ambruk membentur lantai dan tidak bergerak lagi.

Orang-orang langsung panik, tapi tidak dengan Shola. Tanpa memperdulikan Komari yang pingsan Shola menyeret tangan Bahra membawanya keluar rumah, langsung berlari menuju samping rumah. Sedari awal Shola tau kalau itu Satarang, santet yang terkenal membunuh dalam siksaan.

Biasanya yang terkena santet Satarang perutnya akan membuncit, dua atau tiga hari akan semakin besar. Di hari pertama akan seperti orang yang hamil lima bulan, hari kedua lebih besar lagi seperti hamil tujuh bulan, di hari ketiga sudah mangar-mangar seperti hendak melahirkan. Perut korban  robek bahkan ada yang bolong saat korban meninggal dunia.

Shola dan Bahra yang berlari ke samping rumah melihat Jamrodi berdiri di ujung rumah Komari dekat dapur, matanya menatap ke atas wuwungan. "Sudah kuduga dia orangnya." Ucap Shola, ''apa maksudmu?" tanya Bahra, alih-alih menjawab pertanyaan Bahra, Shola menyeretnya mendekati Jamrodi. Jamrodi tampak sedang terpaku ke satu arah,  demi menyaksikan Jamrodi yang terpaku seolah menyaksikan pemandangan yang tak biasa, Bahra berteriak,

“JAM, ADA APA?!”

Jamrodi ketakutan saat menyadari Bahra dan Shola datang, dia langsung beringsut meninggalkan tempat itu, tanpa memperdulikan pangilan Bahra.

“Jamrodi kenapa ya Shola? Kok kayak ngelihat hantu pas ngelihat kita?” tanya  Bahra bingung.

“Iya ya, dia kenapa kok langsung pergi, apa memang kita ini dikira hantu?” Mereka berdua berlari mengejar Jamrodi, “cepat sekali dia menghilang?” ucap Bahra, “jangan-jangan____?’’ 

Sholah menutup mulut Bahra sambil berbisik nggak jelas. Bahra tampak bingung.

“Bicara yang jelas, jangan bikin teka-teki,” timpal Bahra penasaran. Sholah mendekatkan bibirnya ke telinga Bahra, Ia berbisik di telinganya. Bahra  menajamkan pendengaran, tampak ekpresi tegang dari wajahnya, ekpresi itu berubah ngeri beberapa detik kemudian. Wajah Bahra berubah pias saat kepala Sholah beringsut dari telinga Bahra.

“Jadi hanya karena usulan itu ditolak Jamrodi sakit hati lalu mencelakai Sari dengan menggunakan Sa Tarang? Lah, apa urusannya sama Sari, kan yang menolak Komari bukan Sari?!”

“Ssssstttt! Jangan keras-keras nanti ada yang dengar?”

“Bagaimana kau bisa begitu yakin?”

“Aku tak sengaja mendengar dia bicara langsung dengan Ki Sentono.”

“Maksudmu orang tua bongkok yang tinggal di tepi hutan di ujung desa?” Shola hanya mengangguk.

“Kapan kejadiannya?”

“Seminggu sebelum Bu Lek Sari jatuh sakit. Waktu itu aku baru saja pulang kerja, kuliat Jamrodi mengendap-ngendap masuk ke rumah Ki Sentono. Langkahnya mencurigakan, matanya jelalatan memeriksa sekitar sebelum masuk rumah. Waktu itu aku bersembunyi di balik rumpun bambu yang ada di belakang rumah Ki Sentono. Begitu dia masuk rumah Ki Sentono akupun mengikutinya, pertama kuintip dari balik gedhek,” 

Gedhek adalah dinding yang terbuat dari bambu yang dibelah, tiap berlahan kembali dibelah menjadi beberapa bagian yang lebih tipis, lalu dihaluskan dengan menggunakan pisau sesuai yang diinginkan, belahan ini kemuadian dirajut rapi satu sama lain hingga membentuk lembaran yang lebar dan tingginya disesuaikan dengan keperluan.

“Saat kulihat Jamrodi masuk kamar, akupun mengendap-ngendap masuk. Dari celah gedhek aku menyaksikan dan mendengar dengan jelas apa yang Jamrodi dan Ki Sentono bicarakan.” Bahra melongo mendengar penuturan Shola.

“Jamrodi meminta tolong kepada Ki Senoto untuk nyantet Komari dengan memberinya mahar.”

“Berarti benar kata orang bahwa Ki Sentono tukang santet?”

“Sssssstttt! Bahra jangan keras-keras nanti ada yang dengar!” Sholeh menutup mulut Bahra, kemudian menarik tangan Bahra membawanya pergi dari samping rumah Komari.

“Ayo kita pulang!”

"Tunggu!"

"Apalagi?"

"Nggak pingin tahu keadaan Lek Komari?"

"Lek Komari ada Ki Kusno dan warga yang lain yang ngurus."

Keduanya meninggalkan rumah Komari lewat jalan setapak di belakang rumah Komari. Di perjalanan Shola menceritakan ke seluruhan kisahnya saat mencuri dengar pembicaraan Jamrodi dan Ki Sentono. Dari cerita Shola, Bahra tau bahwa Jamrodi dan Ki Sentono melakukan perjanjian bahwa apapun resiko yang akan terjadi di masa depan aka ditanggung sendiri oleh Jamrodi. Ki Sentono hanya membantu menyambungkan Jamrodi membuat perjanjian dengan Sa Tarang. Dia tidak ikut campur dengan segala resiko yang terjadi di masa depan.

Keduanya menyusuri jalan setapak sambil terus mengobrol, langkah keduanya terhenti saat Jamrodi tiba-tiba sudah menghadang mereka, Jamrodi menatap keduanya dengan tatapan membunuh.  Sesaat kemudian tanpa berkata apa-apa Jamrodi berlalu, Sholah dan Bahra yang sempat ketakutan bernafas lega begitu Jamrodi hilang dari pandangan. Malam itu mereka pulang ke rumah masing-masing dengan selamat.

Komari yang jatuh pingsan sudah siuman, orang-orang mengira Komari kecapekan dan terlalu banyak pikiran karena baru ditinggal istrinya. Sementara Komari, dia merasakan ada yang aneh dengan perutnya, tapi Komari mengabaikan hal ini, Ia mengira hanya masuk angin biasa.

Dia yang masih dalam masa berduka, tidak terlalu menggubris rasa sakit di perutnya yang sering tiba-tiba datang. Apalagi tiap hari dia disibukkan dengan persiapan acara do’a dan tahlilan serta tamu-tamu yang datang. Komari berfikir itu hanya efek dari kecapekan.

Ada keanehan yang dialami Komari sejak perutnya sakit, “Kok aku mencium bau telur busuk ya beberapa hari ini?” Bathin Komari bingung, pikirannya selalu was-was dan bingung, tapi lagi-lagi ditepisnya dan terus focus untuk acara do’a dan tahlilan buat Sari.

Tiga hari kemudian di suatu pagi, Komari ditemukan tewas mengenaskan di ranjangnya. Warga gempar, karena tanda-tanda kematiannya hampir sama dengan istrinya, Sari, bedanya perutnya bolong.

Di hari yang sama warga kembali dikejutkan dengan kejutan yang lebih besar dengan ditemukannya Bahra dan Sholah di jalan setapak di belakang rumah Komari, keadaan keduanya juga mengenaskan, perut mereka seperti orang hamil sembilan  bulan. Perut Bahra juga bolong, persis seperti yang terjadi dengan Komari bedanya perut Bahra seperti meledak. Sedang luka milik Shola persis seperti milik Sari. Tubuh keduanya sangat bau, bau menyengat seperti bau telur busuk bercampur dengan bau comberan.

Saat ditemukan keduanya masih hidup, keduanya dilarikan ke rumah sakit tapi sayang Bahra tewas sebelum sampai ke rumah sakit. Shola yang masih bernafas hingga sampai rumah sakit, dokter melakukan operasi dan mengeluarkan isi perutnya, perut Shola berisi tanah,  air  comberan dan dadunun kering.

“Beruntung dia dibawa kesini tepat waktu, jika tidak kemungkinan dia tidak akan tertolong, karena luka diperutnya sudah infeksi yang menyebabkan pembusukan?” Ucap dokter menjelaskan.

“Pembusukan?”

“Iya, perutnya sudah mulai ada tanda-tanda akan membusuk, jika terlambat melakukan penanganan perutnya bisa meledak.” Orang-orang hanya bisa melongo dengan ekpresi ngeri mendengar penuturan dokter.

Begitulah akhirnya Shola selamat meski dia koma untuk beberapa waktu.

TO BE CONTINUE
https://karyakarsa.com/Karenina/bab-...ematian-komari 

UNTUK BAB SELANJUTNYA KITA UPLOUD DALAM WAKTU DEKAT



Diubah oleh nasura2101 24-09-2023 10:14
bukhorigan
riri49
jondero
jondero dan 2 lainnya memberi reputasi
3
369
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32KThread45.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.