Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Si Penjaga Makam


Kang Soleh merasa dirinya punya pekerjaan paling berat di seluruh dunia. Sudah sejak lama keluarganya turun temurun menjadi penjaga makam di tanah wakaf milik pemerintah dan di setiap generasi anak laki-laki paling tua harus menjadi penjaga makam berikutnya.

Menjadi penjaga makam berarti harus siap digunjing dengan berbagai rumor jelek. Sudah jadi gosip umum bahwa dia bisa bicara dengan arwah orang mati, pernah mengubur orang hidup-hidup, dan bahkan pernah menyetubuhi mayat. Semua orang tampaknya membenci Kang Soleh. Dia tidak peduli, dia juga tidak menyukai mereka.

Kang Soleh adalah seorang penjaga makam, tetapi dibanding orang mati dia merasa lebih banyak direpotkan oleh orang-orang hidup. Hari ini pun Kang Soleh harus mengurus seorang pelayat yang masih sibuk menangisi ayahnya bahkan setelah matahari terbenam.

Tampaknya dia tak lagi punya keluarga jadi tak ada yang memaksanya pulang ke rumah. Kang Soleh takut gadis itu akan menghabiskan semalaman di tengah kuburan.

“Kau menangis sampai banjir pun ayahmu tak akan kembali.”

Gadis itu menangis sesenggukan. Tampaknya umur gadis itu sudah dua puluhan, sudah cukup untuk hidup mandiri, tetapi sekali lihat saja Kang Soleh tahu perempuan di depannya adalah anak yang sangat dimanja.

“Papa … udah nggak ada ….”

Dan dia pun menangis lagi. Kang Soleh sudah melihat adegan ini berulang kali. Mereka yang ditinggalkan dan tak bisa menerima kenyataan, menangis meminta keajaiban. Namun inilah kenyataan. Inilah ujian terbesar bagi semua yang menikmati kehidupan.

“Bumi bergerak,” bisik Kang Soleh. “Walau ayahmu mati dunia ini tak peduli. Waktu terus berjalan, hidup harus dilanjutkan. Sekarang kau memang menangis, tapi besok kau harus bisa tersenyum. Begitulah hidup, jalani terus sampai akhir.”

Namun gadis itu malah menangis semakin keras.

“Nggak mau! Aku mau ketemu Papa! Aku mau sama Papa!!!”

Kang Soleh jadi merasa bodoh karena sudah mencoba bersikap bijak. Dengan sikap masa bodo dia berbalik dan membiarkan gadis itu menangis sepuasnya. Toh, itu sama sekali bukan urusannya.

Namun malam itu Kang Soleh tak bisa tidur di gubuk kecilnya. Suara tangisan gadis itu terus terdengar dan tak menunjukkan tanda akan berhenti. Tengah malam di kuburan amatlah dingin, banyak serangga, dan bau menyengat. Jika dia tetap menangis dan tak memperdulikan semua itu berarti kesedihannya sudah melampaui semua rasa sakit jasmani.

Kang Soleh paham akan sakitnya ditinggal oleh orang yang disayangi. Dunia serasa runtuh, hidup terasa hambar. Dia sudah merasakannya saat kehilangan kedua orangtuanya. Bahkan setelah bertahun-tahun, dia masih ingin tetap bersama mereka. Bahkan tanah kuburan tak bisa menghalangi perasaan itu.

“Ayah, Ibu, apa yang harus kulakukan untuk gadis itu?” Kang Soleh bertanya dengan lantang walau jelas orangtuanya tak mungkin bisa menjawab, tapi Kang Soleh tahu mereka mendengar.

Kang Soleh menajamkan telinga dan mencoba mendengar kata yang terselip di antara tangisan. Gadis itu ingin merasakan kembali pelukan ayahnya. Dia tak ingin berpisah dengan orang yang paling dia sayangi. Dia ingin mereka terus bersama selamanya.

Hidup dan mati memang sebuah tragedi. Akan sangat indah bila mereka bisa terus bersama tanpa ada yang harus pergi. Sungguh, Kang Soleh ingin membantu gadis itu dan mewujudkan keinginannya.

Akhirnya Kang Soleh pun mengambil cangkul dari kolong tempat tidurnya dengan penuh kehati-hatian agar tidak menggores mereka yang ada di bawah. Dia menarik napas lalu dengan tekad kuat keluar dan menghampiri gadis itu.

***

Seminggu sudah berlalu sejak kejadian itu. Para penduduk beraktivitas seperti biasa. Kang Soleh pun menggali kuburan untuk mayat baru yang akan datang ke tempat peristirahatan terakhir. Kang Soleh selalu menggali kuburan bersebelahan dengan kuburan sebelumnya sehingga dia bisa melihat jelas gundukan tanah merah tempat gadis itu menangis satu minggu yang lalu.

Rumput liar mulai tumbuh di sana. Mungkin tak akan ada yang berziarah dan membersihkan makam itu jadi makam itu sepenuhnya menjadi tanggungjawab Kang Soleh. Merepotkan memang, tapi entah mengapa Kang Soleh merasa senang akan hal itu.

Setidaknya dia sudah melakukan suatu hal baik. Sedikit kesenangan itu membuat cangkulnya terasa lebih ringan. Membayangkan kedua orang itu bersama selamanya membuatnya sedikit bersyukur menjadi penjaga makam. Dia terus menggali lubang kubur sambil memberitahu dirinya sendiri bahwa tanah itu bukanlah pemisah melainkan pemersatu. Bersama selamanya, tak terpisahkan meski di dalam kubur.

Kang Soleh menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap kembali ke gubuknya. Untuk sesaat dia berhenti di depan makam gadis cengeng itu dan berdoa untuknya. Dari dasar hati, Kang Soleh mendoakan kebahagiaan bagi keduanya di bawah sana.

Kang Soleh pun memasuki gubuknya. Dengan berhati-hati dia membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Satu minggu ini terasa sangat emosional baginya. Dia memang tak bisa bicara pada yang sudah mati, tapi dia tetap bisa bersama mereka. Itulah kebahagiaan seorang penjaga kubur.

Suatu hari nanti Kang Soleh juga akan mati dan dia akan memastikan kematian tak bisa memisahkan mereka. Mereka akan tetap bersama meski di rumah baru. Bahagia selamanya. Bersama-sama.

“Ayah, Ibu, aku senang sudah menjadi seorang penjaga kubur.”

Dia berbisik ke bawah kolong kasur lalu keluar dan menyambut rombongan jenazah.

--END--
Diubah oleh ih.sul 31-10-2023 02:06
69banditos
64m64n9s
mnemonic0996810
mnemonic0996810 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
960
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.