Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pilotproject715Avatar border
TS
pilotproject715
Bahkan 'Ikan Paling Kuat di Dunia' Mati di Sungai Cileungsi


Oleh SHABRINA ZAKARIA

Pada Senin (23/10/2023), warna air di pertemuan Sungai Cileungsi dan Cikeas terlihat berbeda. Aliran air Sungai Cikeas berwarna coklat dan mengalir deras, sedangkan aliran air Sungai Cileungsi berwarna hitam pekat seperti oli dan alirannya seperti mengendap. Keduanya bertemu di sebuah persimpangan, dan mengalir ke arah Kali Bekasi, Kota Bekasi.

Ikan-ikan yang terbawa arus Sungai Cikeas menuju perbatasan dua sungai tersebut berloncatan dan terlihat seperti mencoba berbalik arah menghindari Sungai Cileungsi. “Bahkan ikan yang paling kuat di dunia, ikan sapu-sapu, itu rata-rata pada mati,” kata Anto (48 tahun), warga Perumahan Bumi Mutiara, Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor saat ditemui Republika, kemarin.

Ia salah satu warga yang mengeluhkan kian parahnya pencemaran di Sungai Cileungsi belakangan. Baunya makin tak tertahankan, hingga membuat sesak di dada. “Seperti jadi ISPA begitu,” kata dia. 

Pada pertengahan hari, nampak dua pria yang menaiki perahu dari seberang Sungai Cileungsi dan menuju Sungai Cikeas. Tak lama setelahnya, ada seorang pria membawa jala dan mencoba mencari ikan di aliran Sungai Cikeas, di wilayah yang belum tercemar.

Permasalahan pencemaran di Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor masih belum teratasi. Saat ini, air Sungai Cileungsi masih berwarna hitam dan berbau busuk, bahkan Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas (KP2C), Puarman, menyebut ikan-ikan di perbatasan Sungai Cileungsi dan Cikeas ini seperti mabuk karena terdampak limbah.

Puarman membenarkan fenomena yang menimpa ikan-ikan selama pencemaran ini. Menurutnya, kondisi ini tidak terjadi ketika kondisi normal atau dampak pencemaran tidak terasa. 

“Hanya terjadi ketika ada pencemaran Sungai Cileungsi. Begitu dia (ikan) ketemu dengan air limbah yang luar biasa seperti itu, ikan tuh pada mabuk. Makanya terlihat di pertemuan ikan pada lompat-lompat,” kata Puarman kepada Republika, Senin (23/10/2023). 

Ia mengatakan, warga sekitar yang membutuhkan ikan biasanya mencari ikan di Sungai Cikeas, bukan di Sungai Cileungsi. Lantaran populasi ikan yang bisa dikonsumsi di Sungai Cileungsi diyakini sudah minim.  

“Ikan Sungai Cileungsi mungkin populasinya sudah rendah. Karena sudah mau habis. Sudah berapa ribu ikan di Sungai Cileungsi mati dalam beberapa waktu terakhir,” jelasnya. 

Meski tidak menyebut secara rinci pada bulan apa, Puarman menegaskan, pada tahun ini kembali terjadi fenomena ribuan jenis ikan di Sungai Cileungsi mati. KP2C pun menerima laporan ini dari warga sekitar, yang pada tahun-tahun sebelumnya kerap memancing di sungai.

“Saya lupa, betul Pak Anto (warga) kirim ke kami. Sekitar enam tujuh bulan lalu. Tapi masih di 2023, bulan persisnya saya lupa. Beliau pernah sampaikan ke saya terkait ikan mati,” kata Puarman. 

Sejak Agustus 2023, ribuan warga yang bermukim di sekitar Sungai Cileungsi dan Cikeas mengeluhkan air sungai yang berwarna hitam dan bau menyengat. KP2C pun kembali melakukan penelusuran untuk mencari sumber pencemaran dari hulu ke hilir.  

Puarman mengatakan pencemaran sungai Cileungsi ini sudah berlangsung lama, bahkan lebih dari lima tahun. Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini, dinilainya tidak efektif karena pencemaran yang diduga dari limbah industri selalu terjadi dan berulang. 

Teranyar, Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia (HAM) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) menyurati Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, untuk meminta klarifikasi terkait permasalahan pencemaran Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor. Saat ini, Ditjen HAM Kemenkumham tengah menunggu jawaban dari Pemkab Bogor.

Puarman mengungkapkan sejatinya pencemaran di Sungai Cileungsi terjadi sepanjang waktu. Hanya saja, dampaknya sangat terasa oleh warga ketika musim kemarau karena dua hal. “Pertama, karena sedimen yang sudah ada. Sedimen-sedimen limbah ya yang sudah ada di dasar sungai itu berbalik, mengangkat,” kata dia. 

Kondisi kedua, sambung dia, ialah debit dan Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Cileungsi yang mengecil saat musim kemarau. Saat ini, TMA Sungai Cileungsi berada di angka 8-10 centimeter. Di mana pada waktu normal TMA Sungai Cileungsi mencapai 100 centimeter. 

“Cuma di musim kemarau karena airnya nggak ada, hanya limbah yang dominan, maka parahnya hanya di musim kemarau,” ujarnya. 

Saat musim kemarau, kata Puarman, Sungai Cileungsi terjadi lebih dari tujuh hari tanpa hujan (HTH), maka debit sungai itu mengecil. Saat debit kecil dan TMA rendah, maka limbah diduga dari pabrik sekitar sungai menjadi dominan.  

“Terkesan pencemaran terjadinha hanya musim kemarau. Padahal enggak, sepanjang waktu. Cuma di luar musim kemarau, karena debit sungainya tinggi, pencemarannya nggak terlihat. Itu saat musim hujan,” kata Puarman.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor sejauh ini menyatakan telah menurunkan tim gabungan untuk memeriksa Daerah Aliran Sungai (DAS) Cileungsi, terkait penanganan pencemaran di sungai tersebut. DLH juga akan membuat tiga pos jaga usai membentuk tim gabungan. 

Pelaksana tugas (Plt) Kepala DLH Kabupaten Bogor, Bambam Setia Aji, mengatakan pihaknya menerima laporan warga yang mendapati lagi pencemaran berupa busa dan buih yang diduga berasal dari limbah pabrik di sekitar. Sehingga DLH bersikap harus ada upaya mengantisipasi terjadinya lagi pencemaran. 

“Kita tidak bisa memantau sungai itu selama 24 jam, karena baik dari personel maupun anggaran kita terbatas. Diharapkan kinerja tim membuahkan hasil,” kata Bambam, Rabu (18/10/2023). 

Setelah titik awal pencemaran teridentifikasi, kata dia, DLH akan bergerak ke lapangan untuk memastikan sumber atau asal mula limbah yang dimaksud. Dengan demikian, petugas DLH dapat menindak sumber yang menyebabkan pencemaran sungai. 

“Jadi kita akan tindak sumber pencemaran setelah bukti diperoleh. Kita tak bisa memulihkan sungainya, tapi minimal kita lakukan penindakan setelah tahu dari mana asal pencemaran. Misalnya, sekian pabrik kami punya bukti kemungkinan besar ini dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)-nya, ya kita cek IPALnya,” kata Bambam. 

Terkait penindakan, secara khusus Bambam juga menyebutkan DLH Kabupaten Bogor sesuai aturan hanya bisa mencabut rekomendasi IPAL pabrik atau tempat industri yang menghasilkan limbah dan membuangnya ke aliran sungai. Jadi penutupan pabrik atau tempat usaha pelaku pencemaran itu bukan wewenang DLH. 

Karena itu, DLH melibatkan penegak hukum dalam menangani berbagai kasus pencemaran limbah pabrik atau tempat industri yang berdampak kepada masyarakat dan lingkungan. “Jadi nanti DLH tugasnya sidak lokasi lalu mengambil sampel air atau udara yang tercemar kemudian hasilnya kita serahkan kepada penegak hukum untuk ditindaklanjuti,” ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

republika.id

.bind.exe.
rakshaka
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
806
72
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.