Dapur merupakan salah satu aspek yang keberadaannya cukup penting dalam sebuah. Selain menjadi tempat di mana penghuninya memproduksi makanan, banyak juga kisah dan cerita yang datang dari sana. Seperti yang akan aku ceritakan berikut ini.

Aku tidak pernah menyangka bahwa dapur menjadi salah satu sumber datangnya motivasi untukku yang sudah hampir putus asa. Ya, namanya hidup. Apalagi aku yang masih baru lulus sekolah saat itu dan sangat menginginkan masuk universitas kenamaan pilihan. Sejak dulu, aku sangat kompetitif, aku ingin dapat yang terbaik dan aku benci kekalahan.

Tapi sayangnya aku gagal masuk universitas yang aku damba-dambakan. Hancur rasanya. Semua usaha dan belajar yang aku lakukan selama ini sia-sia. Harapan pun sirna. Seketika aku putus asa. Malam itu aku benar-benar kecewa, putus asa dan hilang motivasi. Aku tidak mau berbuat apa-apa selain rebahan di tengah gelapnya kamar.





Keesokan harinya, aku terbangun di pagi hari dengan aroma masakan ibu dari dapur. Aku yang sudah tak punya semangat ini bangkit. Karena orang putus asa pun butuh makan juga. Tak pernah kusangka, ternyata aroma makanan dari dapur ibu jadi salah satu obat untuk menyembuhkan rasa kecewaku.

Melihat ibu memasak makanan kesukaanku di dapur membuat aku sadar bahwa masih ada orang yang peduli denganku. Masakan ibu jadi bukti masih ada orang yang berharap supaya aku bangkit dan berjuang lagi. Menjadi bukti bahwa masih ada yang menaruh harapan kepadaku. Lantas aku tidak boleh terus rebahan di kamar terus-menerus. Karena perjalanan belum selesai.






Ngomong-ngomong soal makanan kesukaanku. Makanan kesukaanku ini bukan makanan yang umum. Mungkin banyak orang yang tidak terbiasa dengan makanan kesukaanku ini. Karena makanan yang aku suka adalah tahu halus.

Simpelnya. Ini adalah tahu putih biasa yang dihancurkan dengan tangan hingga halus. Kemudian dimasak dengan campuran seledri, daun bawang, garam dan micin. Kalau ada tambahan lain seperti sosis, wortel, bubuk cabai dan sebagainya juga bisa.



Saat sudah matang, tahu yang sudah hancur/halus tadi kemudian dicampur dengan nasi panas dan diaduk hingga merata. Setelah rata baru disantap. Coba deh dan rasakan sensasinya. Bisa dibilang ini adalah comfort food untukku. Makanan ini yang membuatku kangen rumah saat sedang jauh.

Asal-usul terciptanya makanan ini adalah ketika ibuku membuat lauk berupa lumpia isi. Yaitu makanan berupa lumpia isi tahu yang mungkin pernah kalian makan. Nah, tahu di dalam lumpia itu kan dihaluskan dulu. Tahu yang halus itu yang sering aku makan dengan nasi. Jadi waktu itu memang ibuku sedang memasak lumpia isi tahu. Saat itu aku buru-buru mau ke sekolah dan ingin makan cepat.



Ternyata hari itu ibuku mau memasak lumpia isi tahu. Tapi saat aku ingin makan, ternyata belum dimasak. Di dapur hanya ada tahu halus yang belum dimasukkan ke lumpia dan kulit lumpia mentahnya. Karena tak ada pilihan, tahu halus yang harusnya menjadi isi lumpia itu aku makan bersama nasi panas. Dan ternyata rasanya enak juga. Sejak saat itulah aku jadi suka makan tahu halus seperti ini.





Bahkan saat ibu memasak tahu halus ini khusus untukku, aku kerap kali memantau langsung ke dapur. Hal ini karena aku ikut campur memasukkan tambahan-tambahan seperti cabai dan lainnya. Kadang aku juga yang menentukan seberapa kering tahu itu dimasak. Semakin kering semakin bagus karena jadi semakin mudah diaduk dengan nasi. Dan makanan ini hanya aku yang suka di rumah.

Makanan ini juga yang kerap dimasak oleh ibu saat aku sedang stress, susah atau sedih. Aroma tahu dari dapur ibu selalu sukses menghiburku. Aku yang terkadang stress bisa cair lagi dengan masakan dari dapur ibu. Ibu tahu bahwa makanan ini kurang disukai di rumah. Tapi ia tetap memasaknya demi menghiburku. Ya, dapur ini walau kecil tapi berharga ceritanya.

Dapur juga tanpa disengaja menjadi tempat di mana aku bercerita banyak dengan ibuku. Karena kadang hanya di dapur aku melihat ibu benar-benar duduk dalam waktu yang lama untuk memasak. Di saat itulah waktu yang tepat untuk mengobrol berdua dengan ibu. Ada banyak hal yang aku ceritakan kepada ibu di dapur.

Kadang aku bercerita soal masalah kampus, hobi dan hal-hal menarik lainnya. Sambil mengupas telur, memotong cabai dan mengerjakan pekerjaan mudah lainnya. Kalau sudah cerita, aku bisa cerita sampai satu jam lamanya. Sambil memasak, ibu terus mendengar ceritaku dengan sabar.

Dapur ini menjadi salah satu yang sering mengingatkanku bahwa masih ada orang tua yang begitu menyayangiku. Mereka yang masih sangat berharap kepadaku dan aku harus berjuang demi mereka. Menjadi alasan untukku tidak menyerah. Siapa sangka, aroma masakan dari dapur ibu bisa menjadi dukungan untukku terus berusaha.



Aku masih ingin membuat banyak kenangan berharga di dapur ini bersama orang-orang terdekatku!

Kalian sendiri apakah ada yang makanan kesukaannya sama seperti TS?