Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bociluralAvatar border
TS
bocilural
Perang Asimetris Hamas Vs Israel

Perang Asimetris Hamas Vs Israel

Setelah tergagap atas serangan besar-besaran oleh kelompok bersenjata Palestina, pasukan Israel meluncurkan serangan balasan ke wilayah Gaza dengan pengeboman masif dari pesawat tempur F-16. Mampukah Gaza bertahan?


Oleh

M TOTO SURYANING TYAS

10 Oktober 2023 12:01 WIB·6 menit baca






Perang Asimetris Hamas Vs Israel
Serangan besar-besaran yang diluncurkan kelompok bersenjata Palestina terhadap Israel pada Sabtu (7/10/2023) di sepanjang perbatasan Gaza-Israel terbilang merupakan operasi militer yang berhasil, terlepas dari tindakan-tindakan yang dilakukan kelompok bersenjata Palestina terhadap warga sipil Israel.

Dalam berbagai rekaman video yang beredar di berbagai kanal media, seperti aljazeera.com, nyt.com, cnn.com, tampak jelas minimnya hambatan dan perlawanan dari pasukan Israel pada saat serangan kelompok bersenjata Palestina berlangsung. Bahkan, salah satu serangan dilakukan terhadap sebuah pos pemeriksaan Israel yang dilengkapi dengan menara pengawas dengan pagar beton tak mampu menahan infiltrasi kelompok bersenjata Palestina.

Sebelumnya, pagar besi pembatas perbatasan berhasil dijebol kelompok bersenjata Palestina dengan kombinasi dipasang bom dan setelahnya didorong menggunakan buldozer untuk menciptakan sebuah lubang besar. Sesaat setelah pagar perbatasan terbuka, terlihat ratusan orang beramai-ramai melintasi perbatasan masuk ke wilayah Israel.

Namun, pemandangan yang paling ”miris” ialah ketika rekaman menunjukkan bagaimana sebuah tank Merkava MK4, yang selama ini dianggap sebagai salah satu tank paling canggih dan paling terlindungi di dunia, ternyata dapat terbakar dengan mudah oleh serangan ATGM sederhana dan granat yang dijatuhkan sebuah drone. Adegan semakin pilu setelah kru tank Merkava diseret keluar tank dan menjadi bulan-bulanan kelompok bersenjata Palestina.



Di sisi lain, keberhasilan serangan kelompok bersenjata Palestina ini menunjukkan bagaimana kekuatan kecil mampu mengecoh kekuatan besar (Israel) dengan mengeksploitasi waktu, tempat, dan pukulan strategis yang tepat di pertahanan Israel. Kelompok bersenjata Palestina dinilai berhasil mempermalukan militer dan Pemerintah Israel.

Demikian pula dari sisi momentum, serangan kelompok bersenjata Palestina kali ini juga bersifat pendadakan tanpa terendus oleh pihak intelijen dan militer Israel bahwa akan terjadi serangan militer besar-besaran. Skenario serangan besar ini terindikasi dari nama operasi militer Hamas yang bertajuk ”Al Aqsa Flood”.

Keberhasilan serangan kelompok bersenjata Palestina mengungkap sisi lain daya tangkal militer Israel yang selama ini banyak dipandang sebagai ”tak tersentuh”. Strategi pertahanan militer Israel dan ketangguhan alutsista, termasuk tank Merkava, ternyata mudah dilumpuhkan dengan serangan militer skala ”kecil”.

Dari segi waktu, pemilihan tanggal 7 Oktober 2023 adalah saat hari itu adalah hari libur keagamaan Yahudi dengan tingkat kewaspadaan menurun karena warga Israel rata-rata berlibur. Israel sedang merayakan hari raya Yahudi, Simchat Torah (Kegembiraan Torah) dan menutup total wilayah Palestina selama dua hari berlaku di wilayah pendudukan Tepi Barat, dan penyeberangan dengan Gaza.

Penutupan dimulai pada Kamis (5/10/2023) tengah malam dan berakhir pada Sabtu (7/10/2023) waktu setempat. Selama periode penutupan, hanya akan diizinkan kasus medis dan kemanusiaan melewati pos pemeriksaan militer dengan persetujuan dari tentara. Ironis, hari Sabtu pagi, pukul 05.30 waktu setempat, Israel disembur dengan ribuan roket kelompok bersenjata Palestina yang diluncurkan dari kota Gaza.


Peristiwa berulang

Peristiwa yang dialami Israel ini merupakan yang terburuk dialami setelah perang Yom Kippur pada 6 Oktober 1973. Saat itu Israel dikeroyok Mesir dan Suriah. Dalam perang yang berlangsung sekitar 20 hari itu, Israel sempat terdesak di kedua front utara dan selatan, sebelum akhirnya Amerika Serikat membantu persenjataan Israel dan membalik keunggulan.

Di front utara Dataran Tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang hanya berjumlah 180 tank harus berhadapan dengan 1.400 tank Suriah. Sementara di front selatan Terusan Suez, kurang dari 500 prajurit pertahanan Israel harus berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir. Secara total di akhir perang, ada sekitar satu juta tentara negara-negara Arab yang bertempur melawan sekitar 400.000 tentara Israel.

Dalam perang ini Israel tercatat kehilangan lebih dari 2.500 tentara, ratusan tank serta pesawat tempur. Adapun total korban jiwa dari pihak Mesir, Suriah, yang dibantu Irak, Arab Saudi, dan Maroko diperkirakan mencapai 35.000 orang. Tak hanya itu, perang Yom Kippur juga mengubah sikap politik Jordania dan Mesir yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel.



Oleh karena itu, dibandingkan serangan yang terjadi saat perang Yom Kippur, serangan kelompok bersenjata Palestina kali ini terbilang kecil dari sisi jumlah personel. Diperkirakan sekitar 1.000 orang kelompok bersenjata Palestina menyerang perbatasan Israel-Gaza dari sisi Israel selatan dengan berbagai moda. Bandingkan dengan serangan Yom Kippur dengan total puluhan ribu tentara menyerbu.

Tak seperti negara Arab, kelompok bersenjata Palestina juga tak memiliki alutsista kelas berat, seperti tank dan pesawat tempur. Dalam parade terbaru kelompok bersenjata Palestina, kendaraan perang terbaik mereka merupakan modifikasi dari kendaraan umum yang diberi lapisan pelindung dan dipasangi peluncur rudal atau senapan mesin di bagian atas atau bak belakang kendaraan.



Di sisi lain, Israel merupakan negara yang sudah memiliki alutsista terbaik kedua setelah Amerika Serikat, khususnya untuk pesawat tempur, tank, dan teknologi rudal. Bahkan, rudal antirudal Iron Dome yang dimiliki Israel dinilai lebih unggul dari sistem rudal Patriot AS karena sifat fleksibilitas dan biaya operasionalnya.

Dari laman Israel Defence Force, saat ini Israel telah mengoperasikan pesawat tempur generasi kelima F-35 dan jajaran F-16 yang dimodifikasi sesuai kebutuhan karakteristik teritorial Israel. Demikian pula di alutsista darat, Tank Merkava MK4 yang dioperasikan angkatan darat Israel dikenal memiliki sistem pelindung aktif ”trophy” yang dianggap salah satu terbaik di dunia.

Nyatanya, semua keunggulan dan kecanggihan peralatan militer itu mampu diatasi para penyerang Hamas pada jam-jam awal serangan Sabtu (7/10/2023). Kelompok bersenjata Palestina berhasil mengeksploitasi kelemahan Israel dari sisi sosial, momentum, hingga geografi dan militer sehingga mampu memberikan pukulan yang memalukan bagi Israel.

Meskipun Israel memiliki sistem pertahanan udara Iron Dome yang tangguh, Hamas mampu membanjiri Israel dengan sejumlah roket seperti yang mereka lakukan dalam beberapa hari terakhir. Rudal ini merupakan tiruan dari rudal balistik Fateh 110 buatan Iran dan dapat membawa hulu ledak hingga 500kg. Pertanyaannya, mampukah kelompok bersenjata Palestina tersebut bertahan dari serangan balik Israel?



Perang simbolik

Dalam sejumlah peperangan di masa lalu antara Israel dan negara-negara Arab, kekalahan di akhir perang senantiasa dialami negara-negara penyerang Israel. Merujuk laman Britanicca, sejak perang dalam era berdirinya negara Israel tahun 1948, Israel bertahan melawan gempuran pejuang warga Palestina yang didukung sejumlah negara Arab.

Demikian pula dalam perang enam hari tahun 1967 dan perang Yom Kippur Oktober 1973, pada akhir peperangan kekalahan diderita negara-negara penyerang Israel. Tak hanya negara Arab, perjuangan Palestina juga terkadang mendapat bantuan dari sejumlah negara di luar Arab, termasuk Uni Soviet, dalam perang Yom Kippur 1973.

Namun, uniknya, kekalahan itu tidak dipandang sebagai mutlak kekalahan. Sebaliknya, kemampuan mendesak dan melumpuhkan pasukan Israel di awal pertempuran sudah menjadi ”simbolisasi kemenangan” bagi negara-negara Arab-Palestina. Bagaimanapun, mereka mengakui dan paham akan soliditas warga Israel dalam berperang dan dukungan negara besar seperti AS dan negara Barat.



Dalam serangan kali ini, bahkan AS sudah mengirimkan kapal induk Gerald Ford dan gugus tempurnya yang membawa 70 jet tempur, fregat, kapal perusak, termasuk kapal selam dengan kelengkapan rudal-rudal nuklirnya. Dukungan AS ini bahkan diberikan sebelum ada dukungan terbuka yang diberikan oleh negara-negara Arab sebagaimana dalam peperangan sebelumnya.

Dengan kondisi kesiapan militer yang demikian, di atas kertas pertempuran antara Hamas versus Israel tentu ibarat David melawan Goliat. Israel memiliki 169.500 tentara aktif dengan 465.000 tentara cadangan. Sementara kelompok bersenjata Palestina diperkirakanmemiliki anggota sekitar 10.000 orang yang mudah berkembang menjadi 50.000 orang dalam situasi perang.



Dengan gambaran ketimpangan militer tersebut, tentu bukan kemenangan peperangan fisik yang dikejar kelompok bersenjata Palestina, tetapi lebih pada kemenangan perang simbolik dan politis. Dengan kemampuan menewaskan 600-an warga Israel dan menawan seratusan warga sipil, kelompok bersenjata Palestina sudah memberikan dampak kerusakan psikologis yang setara dengan akibat perang besar enam hari dan perang Yom Kippur bagi Israel.

Kini, dengan semakin dekatnya rencana serangan darat Israel ke Jalur Gaza, kedua kubu baik Israel maupun kelompok bersenjata Palestina patut berhitung tentang kerugian yang ditimbulkan dengan meneruskan peperangan ini. Apalagi, perang ini nyata-nyata mengorbankan ribuan nyawa warga sipil Israel maupun Palestina sendiri. Apakah senilai, mengobarkan perang yang sedemikian besar hanya untuk mencapai kemenangan simbolik? (LITBANG KOMPAS)


Editor:

ANDREAS YOGA PRASETYO



sumber
bocilura
kasihudin
kubelti3
kubelti3 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
903
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer Dunia
Militer Dunia
176Thread383Anggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.