Link Referensi

Gelar sarjana adalah salah satu gelar akademik yang diberikan kepada individu setelah menyelesaikan program pendidikan tinggi di perguruan tinggi. Gelar ini menunjukkan bahwa seseorang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu dalam bidang studi yang dipilih. Hal ini cukup umum di Indonesia.

Di Indonesia, penulisan gelar sarjana diatur oleh senat perguruan tinggi dan biasanya ditulis di belakang nama seseorang yang berhak. Gelar sarjana ditandai dengan huruf S diikuti oleh inisial bidang studi. Misalnya, jika seseorang telah menyelesaikan program sarjana pendidikan, gelarnya akan ditulis sebagai "S.Pd." di belakang namanya.

Penting untuk memahami cara penulisan gelar sarjana dengan benar. Huruf S pada gelar sarjana ditulis dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik. Selain itu, huruf inisial bidang studi juga ditulis dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik. Hal ini memastikan penulisan gelar sarjana yang sesuai dengan aturan kebahasaan.


Sumber Gambar

Namun selain sarjana, salah satu gelar yang cukup diperhitungkan dan cukup tinggi kedudukannya adalah gelar PhD. Atau bisa disebut dengan Doctor of Philosophy. Gelar ini disebut-sebut sebagai gela penghargaan tertinggi dalam ilmu pengetahuan dunia atau dalam dunia akademik sehingga banyak orang yang ingin mendapatkan gelar ini.

Salah satunya adalah Zhang Xinyang. Ia adalah seorang penerima gelar PhD di usia 16 tahun. Bahkan di usia 10 tahun dirinya sudah memulai kuliah dengan jurusan Matematika Terapan. Publik pada saat itu pun menjadi heboh dan kagum dengan kecerdasan Zhang Xinyang yang di atas rata-rata. Saat ini, Xinyang telah menginjak usia 28 tahun.

Mungkin kalian berpikir, jadi apa dia sekarang? Seornag Ilmuwan, pengusaha, orang berpengaruh atau seorang dosen di universitas ternama dunia. Namun faktanya, Xinyang kini masih menganggur dan belum mendapat pekerjaan. Bahkan untuk kebutuhan sehari-hari, Xinyang masih bergantung dengan apa yang diberikan oleh orang tuanya.


Sumber Gambar

Setiap hari, Xinyang tidak melakukan apa-apa dan hanya duduk-duduk disekitaran rumah. Kadang mondar-mandir tanpa kegiatan dan tujuan yang jelas. Hal ini merupakan kepercayaan dari Xinyang sendiri yang menyebut bahwa apa yang ia lakukan ini merupakan kunci dari kebahagiaan. Ya, mungkin begitulah cara ia memandang hidup.

Takdir seseorang memang tidak ada yang tahu. Tapi yang namanya takdir itu bisa diubah dengan kemauan dan kegigihan kita. Xinyang sangat memiliki potensi untuk bisa menjadi orang hebat. Tapi jika ia memilih untuk tidak melakukan apa-apa ya percuma saja. Ia hanya akan menjadi seperti apa yang orang lihat saat ini meski dirinya menyandang gelar PhD.

Sebetulnya, Zhang Xinyang meski anak yang pintar tapi juga memiliki berbagai kontroversi. Beberapa kontroversi tersebut mungkin akan TS jabarkan di lain kesempatan karena cukup panjang. Kisahnya merupakan kisah yang menarik dan bisa dijadikan pembelajaran.


Sumber Gambar

Mungkin pada akhirnya semua orang memiliki keputusannya sendiri. Kita tidak bisa menuntut Zhang Xinyang menjadi orang sukses hanya karena dia seorang yang bergelar PhD. Mungkin ia punya keinginan lain dalam hidupnya. Dan orang tuanya pun masih ingin merawatnya di usianya yang sudah sangat dewasa dan matang seperti ini.

Bukan bermaksud membandingkan. Seorang lulusan SD dengan kegigihan dan ketekunannya bisa saja memiliki jabatan bagus di perusahaan saat ini. Tapi seorang lulusan PhD seperti Xinyang tanpa kemauan dan kegigihan seperti si lulusan SD, maka tidak jadi apa-apa.



Jadi gimana menurut kalian? :binguns

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi