Kisah kehidupan Susanto, yang akrab dipanggil Gogon, setelah mengikuti program bantuan uang kaget/bedah rumah di salah satu stasiun televisi ternyata tidak semewah yang terlihat di layar. Meskipun program tersebut menunjukkan momen-momen haru saat rumahnya dibedah dan direnovasi, kenyataan di balik layar jauh lebih kompleks.

Gogon, seorang sopir angkot yang dulu tinggal di Pamulang, Tangsel, memiliki kehidupan yang lebih sering dihabiskan di jalanan daripada di rumah. Profesinya yang tidak menentu sering kali membuatnya harus mencari nafkah dengan bekerja sebagai kuli renovasi rumah dadakan. Namun, setelah rumahnya dibedah oleh program televisi, banyak yang mungkin berpikir bahwa Gogon dan keluarganya akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Namun, kenyataannya tidak seindah itu. Gogon masih berjuang untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupannya. Berikut beberapa aspek penting yang menggambarkan realitas kehidupan Gogon setelah rumahnya dibedah:

1. Biaya Listrik:Salah satu kendala utama adalah biaya listrik. Gogon menghadapi kesulitan membayar tagihan listrik untuk peralatan-peralatan elektronik seperti TV dan kulkas yang diberikan oleh program TV tersebut. Akhirnya, ia terpaksa menjual beberapa peralatan elektronik tersebut untuk mengatasi masalah finansialnya.

2. Pekerjaan Yang Tidak Menentu: Gogon masih menghadapi ketidakpastian dalam pekerjaannya. Profesinya sebagai sopir angkot tidak menjamin penghasilan yang stabil, sehingga ia masih mencari pekerjaan tambahan, seperti membersihkan toren air, untuk mengatasi kebutuhan ekonominya.

3. Usaha Kecil-Kecilan: Meskipun program televisi memberikan modal usaha kepada Gogon dalam bentuk jualan minuman seperti Pop Ice dan Teh Sisri, usaha ini tidak berlanjut. Kendati begitu, hal ini menunjukkan bahwa Gogon memiliki niat untuk mencari tambahan penghasilan.

4. Kehidupan Keluarga: Gogon, yang dulunya tinggal sendiri, sekarang harus merawat istri dan anak tirinya. Ini menambah beban kehidupannya karena ia harus memastikan bahwa mereka memiliki tempat tinggal dan makanan yang cukup.

5. Ketulusan Dalam Program TV: Dalam beberapa adegan program TV, terlihat bahwa Gogon menghadapi kesulitan dalam mengikuti naskah yang telah diberikan. Hal ini menggambarkan bahwa beberapa momen dalam program tersebut mungkin merupakan hasil improvisasi dan bukan situasi yang sepenuhnya asli.

6. Kondisi Rumah: Gogon membagikan informasi menarik bahwa rumah yang dibedah menggunakan gypsum, bukan semen. Ini mengindikasikan bahwa rumah tersebut mungkin tidak memiliki daya tahan yang lama, dan perlu pemeliharaan berkala.

Dari kisah Gogon, kita dapat melihat bahwa realitas kehidupan seseorang setelah mengikuti program televisi tidak selalu seindah yang ditampilkan di layar. Meskipun program tersebut dapat memberikan bantuan awal berupa renovasi rumah dan peralatan elektronik, tantangan kehidupan sehari-hari seperti biaya listrik, pekerjaan yang tidak menentu, dan pengelolaan usaha kecil-kacilan tetap menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Kisah Gogon juga mengingatkan kita untuk melihat lebih jauh dari apa yang ditampilkan di televisi dan memahami bahwa kehidupan setiap individu memiliki kompleksitasnya sendiri. Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, Gogon terus berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya, mencoba untuk memanfaatkan modal usaha yang diberikan, dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam kehidupannya setelah rumahnya dibedah oleh program televisi.

Perlu diingat bahwa cerita ini adalah cerita nyata, dan informasi yang disampaikan didasarkan pada pengalaman pribadi Gogon dan penuturan yang diberikan oleh penulis.


sumber: link