Sumber Gambar

Di masa sekarang ini dunia digital menjadi salah satu andalan banyak orang dalam melakukan bisnis. Ada banyak bisnis yang bisa dikembangkan dengan adanya sosial media dan internet. Branding-nya pun menjadi semakin mudah dan tentunya memiliki keuntungan sendiri. Bahkan mungkin dapat menghemat biaya pula karena tak perlu mengeluarkan banyak tenaga.

Ada banyak cara dalam mengembangkan bisnis ke arah digital, mulai dari sosial media, konten-konten yang menghibur, hingga berjualan di e-commerce. Salah satu yang akhir-akhir ini sedang gencar dilakukan adalah dengan menggunakan live shopping. Saat di mana penjual memasarkan produknya dengan cara live streaming di berbagai platform.

Dengan menjual secara live ini, pembeli bisa melihat lebih jelas bagaimana kualitas produk dan bagaimana produk apabila dipakai. Selain itu, live shopping terkadang menawarkan harga lebih murah ketimbang e-commerce biasanya. Jadi tak ehran jika live shopping selalu ramai pembeli dan menghasilkan banyak keuntungan bagi pelakunya.


Sumber Gambar

Namun beberapa waktu ini, live shopping menjadi perbincangan usai dianggap mematikan ekonomi UMKM. Hal ini pertama kali menjadi sorotan usai Pasar Tanah Abang sepi dan para penjual mengatakan hal ini disebabkan TikTok Shop. Hingga Kementerian UMKM pun bertindak dan menyelidiki hal ini bersama Kominfo juga.

Akan tetapi, ada kabar dari Mendag yang menyatakan bahwa TikTok Shop tidak dilarang dan tetap diperbolehkan. Permendag Revisi 2020 sebentar lagi akan diresmikan dan berlaku usai diteken oleh Zulkifli Hasan selaku Menteri Perdagangan. Dan dalam aturan baru itu, TikTok Shop tidak akan dilarang tapi hanya diberikan regulasi saja.

Bahkan kabarnya, akan dibuat Satgas pengawas e-commerce agar tidak terjadi pelanggaran dalam prakteknya. Sementara Kominfo menyatakan bahwa urusan perdagangan ini bukan lagi masuk ranahnya. Kominfo hanya mengurusi konten-konten yang ada di dalam TikTok Shop sehingga dalam urusan e-commerce sudah ada Kementerian lain yang berwenang.


Sumber Gambar

Di sisi lain, Kementerian BUMN juga ikut buka suara terkait polemik TikTok Shop ini. Menurut mereka, kini pelaku UMKM tengah terancam dengan harga murah yang ditawarkan banyak e-commerce seperti salah satunya TikTok Shop. Sehingga pelaku UMKM dituntut lebih kreatif lagi dan mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar yang ada.

Menurut Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN, Loto Srinaita Ginting para pelaku UMKM harus memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri yang tidak terdapat dalam produk TikTok Shop. Dengan begitu, barulah UMKM bisa bersaing dengan TikTok Shop dan e-commerce lainnya yang kini sedang marak.

Tapi memang begitulah. Kalau urusan barang yang dijual lebih murah, TS rasa TikTok Shop dan e-commerce lain hanya mencoba memenuhi kebutuhan konsumen. Di mana banyak konsumen di Indonesia yang senang sekali dengan harga murah. Terutama bagi yang memiliki budget minim, tentunya akan sangat membantu.


Sumber Gambar

Jadi tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku UMKM adalah dengan membuat keunikan yang tidak dimiliki oleh para e-commerce ini. Kalau ingin bersaing dengan produk dan harga yang biasa-biasa saja, pasti persaingan akan sangat berat dan berdarah-darah. Sedangkan kalau UMKM memiliki ‘sesuatu’ yang belum ada di produk mana pun, maka bisa saja UMKM menyaingi para e-commerce.

Jadi masalahnya adalah hanya soal kreativitas dan adaptasi. Ketimbang mengeluh dan menyalahkan TikTok Shop yang dianggap membuat UMKM sengsara, lebih baik mengatur strategi lagi supaya bisa masuk dalam persaingan.



Menurut kalian, TikTok Shop harus dilarang atau UMKM yang harus lebih kreatif?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2, Link Referensi 3
Tulisan dan Narasi Pribadi