Jerangkong - KUNCEN

Beranda

...

Stories from the Heart
Jerangkong - KUNCEN

amekachi

22-09-2023 02:30

Jerangkong - KUNCEN

Desa Grobog Wetan, kecamatan Pangkah, kabupaten Tegal waktu itu sekitaran tahun 1998. Semilir angin menerpa pohon cemara, lapangan bola yang ramai dipenuhi orang kini menjelang senja mulai hening, matahari berwarna kuning keperakan seakan malu-malu untuk tengelam.

Disinilah aku lahir dan dibesarkan, melewati masa kecil yang sangat indah di sebuah desa yang bisa dikatakan cukup terpencil, desanya puluhan kilometer dari perkotaan dan rumahku pun di pojok desa yang hanya memiliki 3 tetangga.

Rumahku, rumah temanku Munah dan Rahmat. Karena memang harus berjalan cukup jauh agar bisa berkumpul dengan teman yang lain maka biasanya kita bertiga kalau sudah malam tiba hanya bermain bertiga saja, saat itu kita sedang asyik main dami (batang padi bekas baru dipanen).

Quote:

Rahmat: "Dhan nanti malam kita kesini lagi yuk?"

Aku Dhani menjawab: "ngapain Mat malam-malam ke galengan, ngeri ah!"

Munah: "hihihihi, iya nih mas ada-ada saja. Kan mending dengerin Rangga Geni di radio?"

Rahmat menunjuk ke arah wangan (sungai kecil): "kalau kita nyari ikan sekarang, nggak ada dhan. Palingan itu!" Dia menujuk ikan kecil-kecil seperti emas tapi perutnya gemuk (ikan bleteng)."

"Tapi kalau sudah malam-malam, ikan mas, lele, mujaer dan belut pada naik semua lho!" Ujar Rahmat lagi dengan meyakinkan...

"Wah, nggak lah Mat. Kamu sama Dhani saja yang nyari ikan nanti malam, aku takut,"

"Nanti ada tengkorak berjalan ngejar-ngejar kita lho!"

"Hiiiiiiii" Munah begidik, dia memang anak gadis kecil, adik kelasku di sekolah dan umurnya sekitar 10 tahunan

"Ah, takhayul itu!" Ujar Rahmat membusung dada

"Jangan percaya Dhan, itu paling pak petani yang baru pulang dari sawah saja. Ketakutan duluan makanya jadi kepikiran lagi ketemu tengkorak hidup".

Suara adzan Maghrib yang mendayu-dayu pun mengakhiri perbincangan kita bertiga, sebenarnya aku nggak terlalu minat untuk ikut sama Rahmat nyari ikan malam-malam. Tapi mau gimana lagi, orang temanku cuma si Rahmat doang.

"Dhani, Dhan....main yuk!" Suara Rahmat cempreng berteriak memanggil, padahal aku saja belum selesai makan,

"Wah nak Rahmat, masuk dulu. Dhani aja belum selesai makan."

"Wah, mau nyari ikan nih?" Tanya ibuku sambil memandang Rahmat yang membawa peralatan seperti pancing, senter, jaring, ember dan perlengkapan lain

Rahmat: "iya bu."

"Nggak apa-apa! asal hati-hati ya, takutnya ada ular nanti!".

Quote:

Kami berdua pun berangkat menuju sungai kecil sekitar jam setengah 7 malam, benar ternyata memang ikannya kalau malam seperti pada keluar semua. Kita jaring semuanya, lubang-lubang dipinggir sungai kita pancingi dan dapatkan belut beberapa ekor,

"Wah, mantap nih hehehehe"

"Kita bakar-bakaran nanti malam!"

"Hehehehe hehehehe hehehehe"

Tawa dan canda mengiringi perburuan mencari ikan kita malam ini, tanpa disadari oleh dua bocah kecil itu sesosok berwujud manusia, kurus kering, tinggal tulang bagaikan tengkorak berjalan, dari kejauhan mendekati mereka,

Krek, krek, krek, krek

Krotak, krotak, krotak, krotak

"Woi, nih lihat Dhan, lihat nih!"

"Hahahaha"

"Saya dapat lele gede banget, lele dumbo kayaknya."

"Hahahaha" Rahmat berteriak kegirangan.

Krek, krek, krek, krek

Krotak, krotak, krotak, krotak

"Suara apa itu?"

Rahmat dan aku menoleh ke arah utara, di sorotnya dengan senter bangunan kali Tangsi, tampak wujud menyeramkan:

"Jerangkong!"

Rahmat dan Dhani sama-sama berteriak,

"Jerangkong!"

"Jerangkong, lari Mat lari!"

"Cepat mat, cepat."

Quote:

Dengan kecepatan penuh, berlari di tengah dami sisa batang padi, loncat galengan, masuk area perkebunan tebu, injak-injak tanaman bodin (ubi rambat), tembus hamparan jagung semua dilewati.

"Mana ember isi ikannya Dhan?" Tanya Rahmat

"Udah lari saja, jerangkong terus ngejar kita!"

Saya sampai tersengal-sengal tak kuat lagi berlari, namun ketika tengok kebelakang bayangan manusia tengkorak itu masih ada, jerangkongnya ngejar terus!

Akhirnya sampai di sebuah bangunan pertama kalinya, ini di sebuah sekolahan. Kami terus lari, jerangkong tersebut terus mengejar,

"Tunggu Dhan, tunggu, tunggu!"

"Huh huh huh huh huh"

"Loncat pagar sekolahan aja Dhan!" Ujar rahmat

"Oh, iya"

Kami pun meloncati pagar sekolah setinggi 1 meter, berlari lagi kemudian lihat kebelakang....

Desssssssssss

Tubuh jerangkong itu menabrak tembok sekolahan dan menghilang.

Aku dan Rahmat pun menuju teras rumah, huh aku seka peluh keringat yang sangat banyak dari kelelahan bercampur ketakutan itu dengan tangan. Sudah capek dan badan pun kotor tapi nggak dapat apa-apa, ember yang penuh ikan pun hilang entah kemana, nggak kepikiran diambil karena sudah panik duluan.

(Jerangkong adalah sosok makhluk halus yang memiliki wujud seperti tengkorak hidup, diceritakan kalau ditemuinya maka akan terus dikejar dan cara menangkalnya adalah dengan meloncati pagar, karena jerangkong tidak bisa naik pagar).

Pict: Google