Sumber Gambar

Momen prewedding tentunya merupakan salah satu dari rangkaian momen manis sebuah pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan. Saat itulah mereka akan mengabadikan momen bersama demi sebuah kenangan yang akan berlaku selamanya. Sehingga setiap pasangan ingin membuatnya berkesan karena kemungkinan tidak terulang lagi di masa depan.

Cara yang banyak digunakan untuk mengenang momen ini adalah dengan membuat konsep khusus yang menarik.  Konsep yang sangat melekat dengan diri mereka. Tapi apapun konsepnya, ada baiknya kita tetap memperhatikan kenyamanan dan kebersamaan juga. Jangan sampai pada akhirnya demi sebuah konsep kita malah merugikan banyak pihak.

Seperti yang terjadi di bukti Teletubbies di Bromo beberapa waktu lalu. Di mana pasangan yang hendak melakukan prewedding menggunakan flare malah menyebabkan kebakaran hebat yang menghanguskan padang sabana Bromo. Keindahan alam di Bromo pun menjadi rusak akibat dua sejoli yang ingin foto-foto untuk pernikahan yang entah apa temanya.


Sumber Gambar

Tidak hanya menyebabkan kebakaran. Mereka juga membuat musibah bagi warga desa sekitar di mana ada 6 desa yang mengalami krisis air akibat kejadian ini. Saat ini, sang WO sudah ditetapkan sebagai tersangka. Sedangkan pasangan yang hendak melakukan pernikahan kini dikenakan wajib lapor meski tidak ikut ditahan bersama si WO.

Beberapa waktu lalu pada 15 September 2023 pasangan ini akhirnya meminta maaf di hadapan tetua dan sesepuh Suku Tengger di Balai Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo. Akan tetapi ada gerakan mengejutkan yang akan dilakukan oleh pasangan ini usai meminta maaf. Di mana mereka akan menuntut balik petugas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Kuasa hukum pasangan prewedding itu juga menuding bahwa ada kelalaian dari petugas TNBTS yang juga yang menyebabkan terbakarnya kawasan Gunung Bromo. Hal ini karena petugas tidak membiarkan kliennya menyalakan flare di area Bromo. Kliennya mengaku tidak tahu bahwa flare berbahaya jika dinyalakan di Bromo dan harusnya itu jadi tanggung jawab petugas untuk menegur kliennya.


Sumber Gambar

Menurut sang kuasa hukum, petugas harusnya lebih peka dan memperhatikan lagi apa yang dilakukan oleh pengunjung wisata. Salah satunya dengan melihat barang apa yang dibawa dan harus ada himbauan kepada pengunjung. Sehingga dalam hal ini, menurutnya pihak TNBTS juga bersalah karena tidak memberi arahan dan larangan kepada kliennya agar tidak menyalakan flare.

Selain itu, sang kuasa hukum juga menyalahkan pihak TNBTS karena tidak adanya alat pemadam api di lokasi TNBTS. Sehingga pada saat api mulai berkobar, kliennya bingung harus memadamkan api dengan apa. Padahal menurutnya, hal semacam ini merupakan hak dari wisatawan yang harusnya dipenuhi oleh pengelola tempat wisata.


Sumber Gambar

Pernyataan ini tentu menyulut emosi netizen. Di mana banyak yang menyebut bahwa pasangan ini tidak tahu malu karena masih berusaha untuk membela diri dan menyalahkan pihak lain. Pasangan ini disebut bersikap seolah-olah menjadi korban padahal mereka sendiri adalah pelakunya. Mereka sendiri yang menyebabkan kebakaran itu terjadi.

Ya mau gimana lagi. Mungkin dari si pasangannya juga kurang pengetahuan soal rumput sabana yang mudah terbakar. Tapi seharusnya mereka research dulu, bahwa area itu kering dan sangat mudah terbakar. Tampaknya merekanya sendiri bisa dibilang kurang dalam memikirkan resiko-resiko dan kemungkinan bisa saja terjadi jika menyalakan flare di kawasan Bromo.



Jadi gimana menurut kalian, apakah pihak pengelola yaitu TNBTS bersalah dalam hal ini?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi