Kamis, 14 September 2023 | 08:46 WIB
Suasana sepi di Pasar Tanah Abang, Rabu 13 September 2023 (Beritasatu.com / Hidayat Azriel)
Penulis: Hidayat Azriel | Editor: FMB
Jakarta, Beritasatu.com - Siapa yang tidak mengenal Pasar Tanah Abang, pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara. Pasar, yang didirikan oleh pejabat VOC Yustinus Vinck pada tahun 1735 itu kini mulai nampak sepi dari pengunjung.
Hal tersebut terlihat dari sejumlah toko yang sudah mulai tutup di lantai 3A, seakan Pasar Tanah Abang sudah tak lagi diminati pengunjung.
Uni Nilam, salah seorang pedagang yang sudah berjualan puluhan tahun, mengaku kini Pasar Tanah Abang sudah mulai sepi dari pengunjung karena tergerus online. Dirinya terpaksa harus belajar untuk berjualan secara online, tetapi itu pun sulit.
Saat berjualan live secara online, hanya dikunjungi 2 atau 3 penonton saja. Menurut Nilam, dirinya bukanlah seorang selebgram sehingga penjualannya secara online menjadi terkendala karena tidak mempunyai follower.
"Kalau di offline sepi untuk saat ini karena banyaknya online. Buat saya yang pemula itu keluh kesahnya karena penontonnya sedikit karena kita bukan selebgram ataupun artis jadi kita tidak punya follower. Mau tidak mau saya harus belajar online untuk mengikuti zaman," kata Nilam, Rabu (13/9/2023)
Selain itu, Nilam yang mengaku sudah satu tahun lebih berjualan dengan cara online, tetapi omzet yang didapat dari berjualan online hanya sedikit berbeda dari berjualan secara offline.
Nilam mengaku mampu menjual hingga tiga lusin celana saat berjualan secara online dibanding berjualan offline yang hanya bisa menjual lima hingga 10 potong celana saja.
"Aku live di TikTok itu kurang lebih sudah tahun yang lewat, cuma ya begitu karena kita bukan yang terkenal, omzetnya sedikit-sedikit saja daya belinya. Walaupun follower saya sedikit di online tetapi pembelian lebih banyak online daripada yang datang langsung ke toko," tambahnya.
Sementara itu, dari kalangan pembeli yang masih suka mengunjungi Pasar Tanah Abang mengaku keuntungan belanja secara langsung adalah karena bisa melihat dan mencoba langsung barang yang ingin dibeli.
Seorang konsumen, Fia, mengatakan dirinya justru lebih suka datang langsung ke toko karena bisa memilih secara langsung ukurannya dan sesuai dengan yang diinginkan dibanding membeli secara online yang tidak sama dengan apa yang dipesan.
"Kalau saya sih lebih suka offline karena bisa milih milih ukurannya dan bisa sesuai, kalau online itu tidak sesuai yang datang" ucap Fia.
Sedangkan konsumen yang suka belanja online mengatakan keunggulan marketplace karena harganya jauh lebih murah dan lebih praktis.
"Kalau saya lebih suka belanja secara online, kalau online menghemat biaya tanpa lagi mengeluarkan ongkos dan yang kedua harga juga jauh lebih murah. Kalau di online itu tidak dapat saya cari yang saya inginkan, saya mau tidak mau ya saya dateng ke Pasar Tanah Abang" ucap Vina, konsumen.
Quote:
Curhat Pedagang Pasar Sepi Pembeli: 3 Jam Live TikTok Tidak Ada yang Nonton, Ada yang Nawar tapi Sadis Banget
Kamis, 14 September 2023 16:14 WIB
Ilustrasi jualan di Tiktok live. Foto : Tiktok
Reporter Andika DwiEditor Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit pedagang pasar yang mengeluhkan sepinya pembeli di media sosial TikTok belakangan ini. Padahal mereka sudah mulai mencoba berjualan online dengan melakukan siaran langsung lewat TikTok live. Hal ini pun menarik perhatian banyak orang hingga ramai dibicarakan di media sosial Twitter atau X.
“Saking sepinya pasar offline, kita bukan artis, live pun gak ada yang nonton. Kenapa ya, sekarang orang pada gak mau dateng lagi ke pasar,” tulis keterangan pada unggahan gambar di akun Twitter @tanya*****, Jumat, 8 September 2023. Unggahan tersebut pun telah memiliki lebih dari 74 ribu tayangan dengan 583 suka.
Selain unggahan tersebut, ternyata banyak pedagang pasar yang juga membagikan curhatannya di media sosial mengenai sepinya pembeli yang mengakibatkan turunnya omzet penjualan. Lantas, seperti apa curhatan pedagang pasar tersebut?
Curhatan Pedagang Pasar Sepi Pembeli
Di media sosial TikTok, banyak pedagang yang mengeluhkan sepinya pembeli di pasar tradisional hingga membuat para pedagang terpukul karena pendapatan yang turun drastis. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa 2023 menjadi tahun terberat bagi para pedagang tradisional ditengah gempuran e-commerce dan perdagangan online.
“Banyak yang bilang jualan tahun 2023 sepi banget. Aku juga merasakannya, sudah hampir 12 tahun jualan tapi tahun ini yang paling berat terkadang balik modal saja tidak bisa. Semoga para pedagang diluar sana selalu diberi rezeki yang berlimpah, amin,” tulis warganet dengan akun @winda******* pada keterangan unggahannya.
“Daerah ku tepatnya di pasar, tempat jualanku sangat sepi tidak ada pengunjung. Ya Allah semua ku serahkan padamu. Berdoa ataupun ikhtiar sedang aku lakukan,” tulis @puput******* dalam unggahan video yang memperlihatkan kondisi tokonya yang sepi.
“Hari ini kami jualan dari pagi sampe sore tapi nggak ada yang beli. Toko sepi banget, yang lewat pun cuma satu-satu doang. Ada yang mampir tapi nawarnya sadis banget, padahal kami udah jelaskan kenapa harganya segitu sedetail mungkin…,” curhat warganet dengan akun @tokosur***********.
“Kenapa di Kaltim tahun 2023, pedagang pada resah, karena jualannya pada sepi dan lesu. Ada apa dengan pencari rezeki begitu susahnya sekarang. Saya juga merasakannya, gimana di tempat teman-teman,” tulis keterangan pada unggahan @andra******.
“Pasar jadi sesepi ini. pedagang metro bos-bos lain pada gulung tikar, entahlah,” tulis @dienbus********.
Curhat Pedagang Sudah Live Tetap Sepi
Sepinya pasar tradisional membuat sejumlah pedagang akhirnya mulai beralih dengan berjualan secara online di e-commerce. Media sosial TikTok yang kini telah merambah menjadi e-commerce melalui TikTok Shop pun dimanfaatkan pedagang untuk mempromosikan produknya.
Salah satu fitur yang banyak digunakan adalah siaran langsung atau live TikTok sambil memperkenalkan produk. Sayangnya, berjualan dengan cara ini pun tidak mudah karena sepinya penonton dan pembeli.
Seperti cerita salah satu warganet yang sudah live TikTok dan berjualan selama tiga jam, namun tetap belum ada pembeli. “Udah hampir 3 jam live jualan, ga ada yang nonton. Mohon bantuan supportnya ya semua,” curhat seorang netizen dengan akun @vegi**.
Ada juga pedagang yang sudah melakukan live selama satu jam penuh tetapi tidak ada yang beli karena penonton hanya sampai sepuluh orang. “Nasib pedagang kecil, live selama 1 jam gak ada yang beli satupun, penonton hanya stay 10 orang. barang jadi diam dan numpuk lagi,” tulis @thej*** dalam keterangan unggahan videonya.
Curahan hati tentang sepinya pembeli meski sudah live TikTok pun dialami oleh beberapa pedagang yang baru mengalihkan bisnisnya secara online. “Ku kira live jualan produk itu mudah. hari ke-10 live penonton masih sepi banget, rasanya mau nyerah. Penonton keluar masuk terus dan kadang sering 0 penonton padahal live setiap hari berjam-jam. Bantu support aku ya guys biar selalu semangat buat live setiap hari,” tulis @alficol*******.
Selain itu, ada juga pedagang yang mempertanyakan sampai kapan kondisi sepi pembeli ini berlangsung. “Live jualan tiap hari jam 06.00 – 22.00 tapi ga ada satupun yang checkout. Sampai kapan ya Allah jualan sepi kaya gini? Padahal kami jual barang import sudah paling murah,” curhat @yun**.
TikTok Shop Tidak Boleh Merangkap jadi Social Commerce
Mengenai TikTok yang dianggap memukul UMKM di Tanah Air, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas angat suara soal TikTok Shop yang belakangan ramai diperbincangkan.
Zulhas menegaskan seharusnya TikTok tidak merangkap fungsinya sebagai media sosial dan social commerce.
"Izin gak boleh satu. Dia media sosial, jadi sosial commerce. Nanti mati yang lain," ujar Zulhas saat ditemui di Hotel Harris Vertu, Jakarta, Senin, 11 September 2023.
Adapun yang dimaksud dengan social commerce adalah gabungan media sosial dan e-commerce, seperti Instagram Shop, Tiktok Shop, Facebook Store, dan sebagainya.
Zulhas menjelaskan, dengan TikTok merangkap media sosial dan social commerce, produk hasil UMKM bisa jadi kalah bersaing. Pasalnya, social commerce dengan algoritmanya memungkinkan market intelligence dilakukan dan mengarahkan konsumennya ke produk yang mereka hasilkan.
Sebelumnya, ia mengaku sudah banyak pihak yang mengeluhkan langsung ke dirinya soal ekspansi besar-besaran TikTok Shop. Oleh sebab itu Kemendag perlu bersama sejumlah pemangku kebijakan yang lain mengaturnya.
"Ini mau diatur. Banyak yang datang ke saya. Beauty datang, UMKM datang, fesyen datang, yang katanya diserbu besar-besaran. Makanya akan kami tata lagi," tutur Zulhas.
RADEN PUTRI | CAESAR AKBAR | ANTARA
Sumber
Offline sepi, nyalahin online.
Kalo online juga sepi, mau nyalahin apalagi.
Kalo TS sih patokannya sederhana.
Kalo motivator2 mulai muncul ya berarti beneran sepi.
Kalo konten2 law of attraction bertebaran, ya berarti memang sepi.
Kalo rame apa yang perlu diattract kan ya.
Kalo iklan banyak itu tanda produknya ga laku.
Siapa bilang kosmetik laris tanda daya beli meningkat.
Tanda banyak orang jelek yang iya.