- Beranda
- Stories from the Heart
Kampung Ghaib Di Tengah Kota - KUNCEN
...
TS
pakolihakbar
Kampung Ghaib Di Tengah Kota - KUNCEN
Diam dirumah sendirian bukanlah hal yang menakutkan, bahkan menjadi suatu hal yang biasa untuk kaum rebahan. Tapi, bagaimana jika di lingkungan tempatmu tinggal adalah tempat bersemayamnya makhluk tak kasat mata? Masih beranikah kamu untuk tinggal sendirian di dalam rumah?
Quote:
Krieeeet...
Bunyi pintu kamar berderit di tengah malam terdengar begitu menyakitkan telinga, menandakan bahwa bukan hanya gw yang belum tertidur dirumah ini tetapi seseorang yang sedang membuka pintu kamar gw yg suara deritannya mengganggu ketenangan gw yg sedang mengerjakan tugas di meja belajar yg berada di samping tempat tidur gw.
"Ayah? Bunda?" Panggil gw sambil menengok ke arah pintu yg berada di belakang gw untuk memastikan keadaan.
Sosok ayah gw pun muncul lengkap dengan pakaian dinasnya dan berdiri tegap diambang pintu kamar gw.
"Belum tidur nak?" Tanya ayah dengan datar sambil menatap gw yg sedang menoleh ke arahnya.
"Masih ngerjain tugas yah, sedikit lagi beres kok. Ayah baru pulang dinas?" Tanya gw sambil mengetuk2 pulpen ke meja.
"Oh, ya sudah kalo sudah beres langsung istirahat ya nak. Ini sudah malam" ujar ayah dengan datar tanpa menjawab pertanyaan gw.
"Iya yah" jawab gw singkat yang dibalas oleh ayah hanya dengan senyumannya.
Gw pun segera melanjutkan aktifitas yang sempat tertunda karena kehadiran ayah yang tiba tiba membuka pintu kamar gw. Setelah 1 jam kemudian, tepatnya jam 01.23 WIB gw pun selesai mengerjakan tugas dan langsung pergi ke dapur yang berada di lantai bawah untuk mengambil segelas air karena kebetulan rasa haus mendera setelah berjam2 berkutat dengan tugas kuliah yang harus gw kerjakan karena sudah mendekati deadline untuk di kumpulkan.
Gw pun membuka kulkas dan langsung mengambil sebotol air dingin lalu langsung menuangkannya ke gelas. Tiba² sekelibat bayangan melintas tak jauh dari tempat gw berdiri menuju ruang cuci baju yang letaknya bersampingan dengan dapur.
"Mungkin abang baru pulang, mau naruh cucian" batin gw.
Gw pun langsung meminum air dingin yang baru aja gw tuangkan, lalu setelahnya gw bergegas pergi ke kamar yang terletak di lantai 2 untuk segera mengistirahatkan diri karena gw merasa sudah cukup lelah malam itu. Gw pun melangkah dengan gontai saat mendekati pintu kamar gw yang sedikit terbuka.
He.. he.. he.. heemmmm
Terdengar suara perempuan bersenandung dari dalam kamar gw yang membuat gw sedikit tertegun. Ada perasaan takut menjalar begitu saja saat mendengar senandung yang biasa gw dengar di film² horor indonesia dimana biasanya setan perempuan yang akrab disebut dengan kuntilanak bersenadung sambil menyisiri rambut panjangnya.
Jantung gw berdegup kencang saat pelan2 gw pegang handle pintu kamar gw dan mendorongnya pelan.
Hihihi...
Suara tawa itu terdengar jelas setelah suara senandung yang cukup membuat gemetar bagi gw yang secara langsung mendengarnya.
"Bismillah.." ucap gw pelan sambil membuka pintu kamar dengan pelan.
Deg...
Gw pun sempat membeku sejenak saat melihat sosok yang tak asing dan sering digambarkan sebagai wujud kuntilanak di film2 Indonesia dengan rambut panjang menutupi wajah, daster putih panjang sambil menyisir rambutnya dengan jari jemarinya yang berkuku panjang.
Langkah gw terhenti di ambang pintu dengan tenggorokan yang tercekat seperti ada seseorang yang sedang mencekik leher gw. Keringat gw langsung bercucuran sebesar biji jagung karena gak menyangka bahwa gw akan melihat secara langsung bentuk dan rupa kuntilanak yang biasa gw lihat di film horor dan kini berada di hadapan gw dan di kamar gw.
"Masuk aja, gak usah malu.. hihihi" ujarnya sambil terus menyisir rambut dengan jemarinya.
Tanpa basa basi lagi gw pun langsung berlari ke arah kamar orangtua gw yang berada tak jauh dari kamar gw. Namun lagi2 tenggorokan gw tercekat karena gw melihat sesosok tubuh tak berkepala namun terlihat taringnya yang menembus lantai dan hanya sebatas lutut karena saking tinggi tubuh dan panjang taringnya.
"Shit! Gw lupa kalo ayah lagi dinas di Bandung dan bunda lagi ikut ayah" ucap gw mengumpat sambil berjalan mundur dari ambang pintu kamar orangtua gw.
Gw pun berlari menuju lantai bawah dengan tergesa2 sampai gw mendengar suara nenek2 yang menegur gw yang berasal dari ruang cuci.
"Jangan lari2 cu, bahaya nanti bisa jatuh dan terluka" ujarnya.
Gw pun terhenti di ruang tamu yang letaknya bersebrangan dengan ruang cuci dan terpaku sejenak.
"Siapalagi itu?" Tanya gw dalam hati dan sambil sedikit komat kamit karena ketakutan.
Sosok itu pun berjalan mendekati gw dan benar2 menampakkan wujudnya di hadapan gw yang membuat gw langsung lari terbirit2 mencari pintu keluar.
Gw pun keluar rumah dengan sedikit merasa lega meskipun lelah karena gw berlarian dan gw belum beristirahat sama sekali setelah beraktifitas seharian ditambah harus mengerjakan deadline tugas hingga larut malam. Dengan terseok2 gw berlari menuju pagar, namun sebuah suara yang berasal dari pohon mangga yang ayah gw tanam di halaman rumah membuat gw terpaku sejenak. Gw pun menoleh ke pohon mangga itu dengan pelan sebelum akhirnya gw benar2 kembali lari terbirit2.
"Hihihi.. ada yang ketakutan nih" ujar suara itu.
Dan lagi2 kuntilanak yang entah sama atau gak dengan yang ada di kamar gw menampakkan wujudnya di pohon mangga itu sambil menguncang2 kakinya yang tak nampak itu.
"Ayaaah, bundaa.." teriak gw tertahan sambil berusaha lari sekencang2nya mendekati pagar.
Karena rumah gw yang terbilang luas membuat gw harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencapai pagar rumah.
Gw pun terseok2 dengan tenaga seadanya keluar dari pagar rumah dan menyusuri jalanan komplek yang begitu tenang karena waktu menunjukkan tengah malam. Setelah cukup jauh beberapa blok dari rumah, gw pun terduduk di depan sebuah ruko untuk mengistirahatkan badan gw yang cukup lelah ini.
Gw pun menyandarkan badan gw dan memejamkan mata sejenak supaya bisa merecharge tubuh yang sudah melemah ini. Tiba2 sayup2 dari kejauhan terdengar beberapa suara orang yang sedang bercengkrama sambil terus melangkahkan kakinya dengan irama sepatu yang terhentak ke lantai ruko secara bersamaan.
Gw pun menghiraukannya karena selain gw bukan orang yg kepo, gw merasa sangat lelah jadi gw lebih memilih untuk tetap memejamkan mata dan gak menghiraukan 3 orang yang sedang melangkah ke arah gw.
Tiba2 seseorang diantara 3 sosok yang gw kira manusia ini berhenti tepat di depan gw sedangkan yang duanya berhenti sekitar 3 langkah dari tempat kawannya berhenti.
"Misi kak numpang tanya, sekarang jam berapa ya?" Tanya suara itu yang dibayangan gw adalah seorang perempuan dengan rentang usia sekitar 15-16 tahun.
"Gak tau, gw gak bawa jam ataupun hp" jawab gw sambil tetap memejamkan mata karena saking lelahnya.
"Oh ya udah deh, terima kasih ya kak.. maaf mengganggu" ujar perempuan itu sambil berlalu pergi
Baru selangkah dari tempatnya semula, terdengar sesuatu yang jatuh tepat di depan gw.
Blukk..
"Aduh jatuh.. bisa tolong ambilkan kak? Aku pakai rok, gak bisa jongkok" ujar perempuan itu.
Gw pun refleks meraba lantai didepan gw masih dengan memejamkan mata sambil mencari sesuatu yang jatuh di hadapan gw tanpa melihatnya.
"Mau olahraga kali ya nih cewek, bawa bola" pikir gw
Gw pun membuka mata sambil berusaha berdiri dari tempat gw beristirahat tadi dan mengasongkan benda yang gw kira bola itu kepada perempuan yg sedaritadi mengajak gw berbicara.
Nafas gw tercekat saat mata gw terhenti di lehernya yang penuh darah, perempuan yang sedaritadi mengajak gw berbicara ternyata gak memiliki kepala dan yang berada di tangan gw adalah kepalanya dengan mata terpejam.
Setelah terpaku selama beberapa detik, gw pun langsung melempar kepala perempuan itu lalu berusaha lari menjauh dari ruko sambil sesekali menengok ke arah ketiga perempuan tanpa kepala yang masih diam ditempatnya.
Berkali2 gw terjerembab ke aspal dan rerumputan karena rasa takut yg memaksa tubuh yg sudah lemah ini untuk mengeluarkan tenaga ekstra. Gw pun berusaha bangkit sambil berlari dan melihat ke sekeliling gw dimana kanan kiri gw terdapat bangunan2 rumah yang megah namun banyak dihuni oleh sosok tak kasat mata yang kali itu bisa gw liat langsung bentuknya tanpa gw harus pergi ke orang pintar untuk membuka mata batin atau indera keenam gw.
Namun sekuat apapun gw berlari, gw gak pernah bisa keluar dari komplek perumahan dimana gw dan keluarga gw tinggal. Gw akan tetap stuck gak jauh dari rumah gw dan para makhluk tak kasat mata semakin show off di tempatnya masing2, di area pekarangan masing2 rumah yang ada di komplek perumahan itu.
Gw pun memejamkan mata sejenak sambil terengah2 berusaha merapalkan doa2 yang pernah diajarkan guru ngaji gw dan berharap bisa membantu gw mengatasi kesulitan yang sedang gw alami ini.
Tak lama kemudian, sayup2 terdengar kumandang adzan subuh yang membuat lutut gw lemas dan tubuh gw lunglai seketika. Gw pingsan ditempat saat mendengar kumandang adzan subuh hingga pada akhirnya, warga sekitar yang mulai beraktifitas pada jam 05.00 WIB menemukan gw tergeletak di aspal pinggir jalan gak jauh dari rumah gw.
Gw pun di gotong beramai2 dan dibawa masuk ke rumah seorang ustadz yang tinggal sekitar 2 blok dari rumah gw. Muka gw terlihat pucat dan tubuh gw dingin seperti baru keluar dari freezer.
Pak Jun, selaku ustadz yang cukup terkenal di komplek gw pun merapalkan doa2 sambil memegang kening gw dan beberapa warga lainnya mencoba membantu dengan mengoleskan minyak kayu putih untuk membantu supaya tubuh gw menghangat dan gw cepat sadar.
Tiba2 gw berteriak dan tubuh gw mengejang. Tak lama dari itu, gw pun tertawa lalu gw menangis. Gw pun kesurupan.
"Siapa kamu?" Tanya Pak Jun sambil menekan tulang selangka gw.
Gw hanya menjawab dengan cekikikan, lalu kembali berteriak.
"Kamu mau keluar sendiri atau saya keluarkan kamu dengan paksa dari tubuh ini?" Tanya Pak Jun lagi dengan tenang.
"Hihihi" jawab gw sambil menundukkan kepala.
Pak Jun pun mulai merapal doa2 lagi sambil memencet tengah2 antara kedua alis dan disusurnya hingga ke ubun2 gw.
"Aaaaah sakit" ujar gw dengan tubuh yang dikendalikan oleh makhluk yang tak kasat mata itu.
"Ayo keluar, kalo gak keluar saya akan bikin kamu lebih sakit dari ini bahkan saya bisa membunuh kamu!" Ujar Pak Jun dengan sedikit membentak.
Makhluk yang berada dalam tubuh gw ini langsung mengeluarkan ekspresi sedih dengan perantara wajah gw karena ia sedang bersemayam di tubuh gw.
"Tolong bilang supaya anak ini dan keluarganya jangan menjual rumahnya itu dan pindah, kami semua sudah nyaman dengan keberadaan mereka" Jawab gw tanpa kendali.
"Kami semua? Emang kalian ada berapa banyak di dalam rumah itu?" Tanya Pak Jun lagi.
"Kami berlima, dari sekian banyak orang yang menempati rumah itu silih berganti cuma keluarga ini yang kami senangi dan kami gak rela mereka pergi dan pindah ke tempat lain karena kami sudah nyaman" Jawab gw lagi
"Ya sudah nanti saya sampaikan kepada keluarga anak ini cuma kalo mereka bersikeras untuk tetap pindah, kalian jangan ganggu mereka.. bisa?" Tanya Pak Jun.
Gw pun mengangguk pasrah tanpa kendali, Pak Jun kembali merapalkan doa2 lalu menekan diantara kedua belikat gw dan menghempasnya. Gw pun kembali lunglai, karena pingsan.
Sudah bukan rahasia umum sebenarnya bahwa rumah yang gw tempati sekarang adalah "basecamp"nya makhluk tak kasat mata, karena beberapa makhluk yang menghuninya memiliki energi yang lebih kuat dibanding dengan makhluk lainnya. Dan makhluk2 yang berada dirumah gw bukanlah makhluk2 jenis rendah yang seperti arwah gentayangan yang berada di kasta terendah tapi memang mereka adalah dari kalangan jin kelas menengah yang bahkan pada siang haripun bisa nampak dan mengajak siapapun dari kalangan manusia berkomunikasi layaknya manusia.
Ayah gw sendiri yang bekerja di sebuah institusi milik pemerintah membeli rumah itu 7 tahun silam dikarenakan harganya yang murah padahal letaknya strategis di tengah kota dan tak jauh dari tempatnya bekerja. Bahkan sekarang, dipinggir jalan depan komplek pun berdiri sebuah mall megah yang membuat sebagian orang awam sulit mempercayai bahwasanya komplek rumah gw adalah komplek perumahan terangker meskipun berada di tengah kota.
Dan memang ayah berniat untuk menjual rumah yang sekarang kami sekeluarga tempati itu karena mendekati masa pensiunnya, ayah ingin punya rumah di kampung supaya bisa bercocok tanam dan berternak daripada hidup dengan hiruk pikuk perkotaan.
"Alhamdulillah, akhirnya sadar juga" ucap Pak Jun sambil mengusap ubun2 gw dengan pelan.
Gw pun hanya membalasnya dengan senyum karena jujur saja kejadian demi kejadian yg gw alami membuat tubuh gw terasa benar2 lelah dan lemas.
"Dek, bilang sama bapak dan ibumu.. kalo bisa diadakan pengajian di rumahmu itu kalo memang sekiranya mereka ingin tetap menjual rumah itu dan pindah darisana" ujar Pak Jun sambil sesekali menggosokkan lengannya di pahanya.
"Emangnya kenapa Pak Ustadz?" Tanya gw dengan bingung.
Pak Jun pun langsung menceritakan semua yang terjadi selagi gw tak sadarkan diri tadi dan ia pun menceritakan beberapa kejadian yang memang pernah terjadi dan serupa dengan yang gw alami semalam. Rupanya semalam adalah malam bulan purnama dimana makhluk tak kasat mata akan mendapatkan energi yang lebih besar dari biasanya yg membuatnya bisa benar2 menampakkan wujudnya pada manusia. Itu sebabnya mungkin sosok yang gw liat menyerupai ayah gw mengingatkan gw untuk segera istirahat setelah selesai mengerjakan tugas dikarenakan ia tahu bahwa hal ini akan terjadi dan ia sebagai "penghuni" rumah yg gw tempati merasa bertanggungjawab untuk menjaga gw.
Rupanya, dulu komplek yang gw tempati adalah sebuah kampung yang dimana tempat para jawara pada masa penjajahan dulu itu tinggal dan mereka yang menganut serta memiliki kekuatan yang diluar nalar untuk melawan para penjajah. Banyak dari mereka yang meninggal karena adanya pengkhianatan dari bangsanya sendiri yang mengetahui titik lemahnya.
Lalu, para jawara itu dengan mudah disingkirkan namun tidak dengan "khodam" yang mereka miliki. "Mereka" tetap berdiam diri di tempat dimana tuannya dulu hidup dan tinggal dan membuat sebuah perkampungan dimana perkampungan tersebut menjadi kampung yang ghaib atau tidak terlihat oleh kasat mata.
Namun, seiring berjalannya waktu kepercayaan mengenai kampung gaib itu mulai terkikis karena hiruk pikuk kehidupan di tengah kota dan mengenai mindset yang dibangun bahwa kampung gaib itu tidak pernah ada apalagi di kawasan perkotaan membuat developer perumahan menjadi tertarik untuk mendirikan beberapa rumah di tanah kosong yang sebenarnya merupakan sebuah perkampungan yang tak kasat mata itu dan salah satunya adalah rumah yang menjadi tempat tinggal gw dan keluarga.
Dan akhirnya, Ayah dan Bunda yg baru pulang setelah beberapa hari menginap di Bandung pun gw ceritakan soal kejadian2 mistis yg gw alami dan menceritakan ulang sejarah dari tanah dimana berdirinya bangunan rumah yg sekarang kami sekeluarga tempati dari cerita Pak Jun.
Ayah dan Bunda pun langsung mengadakan pengajian dirumah yang dipimpin oleh Pak Jun. Dan semenjak diadakannya pengajian itu, rumah yang tadinya terasa panas dan sesak sekarang jauh lebih terasa adem karena sesekali hembusan angin masuk ke dalam rumah. Sangat berbeda jauh dibanding dengan keadaan sebelumnya yang kini membuat kami merasa dilema untuk tetap menjual rumah itu.
Para makhluk yang bersemayam di rumah gw dan menempati tiap2 kamar yg ada di rumah pun, kini lebih membaur dengan kami yang para manusia. Tak jarang mereka mengajak ngobrol dan bercanda di kala masing2 dari kami, pemilik rumah sedang memiliki waktu senggang untuk bersantai. Dan tak jarang pula mereka menampakkan wujudnya kepada para tamu yang datang untuk sekedar bersilaturahmi dengan kami.
Selain keluarga gw, keluarga lain yang masih satu komplek pun hidup berdampingan dengan makhluk2 tak kasat mata yang mendiami kediamannya. Meskipun energinya tak sekuat yang berada di kediaman gw, setidaknya sesekali "mereka" menampakkan wujud aslinya kepada warga sekitar atau orang luar komplek yang sedang berkeliling jualan di dalam komplek. Dan hal itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi dan bukan merupakan sebuah kejadian mistis yang wah bagi para warga sekitar.
*Tamat*
Semoga para pembaca dapat menikmati cerita ini ya, yang gw tulis dengan pengalaman pribadi yang terjadi di lingkungan sekitar gw. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pengejaan kata2, typo dsb karena khilaf adalah milik penulis dan kesempurnaan adalah milik Tuhan
Quote:
iinsusilawat677 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
782
15
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.2KThread•46.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya