(Foto: Instagram/@najwashihab)


Peringatan penting!

(jika ada nama sama yang tertulis, maka itu hanya kebetulan saja





"Tamara"



Teriakku . . . tersenyumku melihat wajahnya,

"Lho kok tahu, belum lupa yah sama saya?"

"Tamara Geraldine yah?" Tanyaku,

"Bukan Tamara Neisha."

"Oh iya Tamara Geraldine kan presenter!" ucapku setengah meledek.

Itu, dia adalah Tamara teman sekelas saat di SMA PGRI 2 Slawi, kami sekawan satu sekolahan sedang mengadakan reunian setelah dua-puluh tahunan tak bertemu. Hampir 90% teman satu kelas hadir, ada Yudhi yang sekarang menjadi petugas imigrasi, Djoko yang paling aneh di kelas dulu dan sering dipanggil Mukidi oleh temannya, sekarang dia tukang ledeng keliling, Rahman, April, Wati, Intan, Juned alias Junior dan banyak lagi lainnya.






Ramai acara kali ini, maklum kita sudah puluhan tahun tidak bertemu.

"Makan dulu kawan!" teriak Tamara Neisha,

Tamara, dia bisa dikatakan siswi tercantik di sekolah ini dulu, ada lagi satu yang juga cantik namanya pun sama Tamara namun beda kelas, mirip pinang dibelah dua, jadi primadona di sekolahan, dua Tamara yang mirip padahal sama sekali tidak berkerabat.

Bersaing malah waktu itu, hanya Tamara 3 IPS 4 itu orangnya kalem sedangkan Tamara 3 IPS 3 agak urakan, sering sekali nongkrong di kantin dekat WC sekolah saat jam pelajaran berlangsung dan temannya pun kebanyakan cowok.






Selesai makan tiba-tiba terasa mules nih perut, saya pun lari ke WC sekolahan tempat base camp si Tamara, murid cantik kelas 3 IPS 3 dulu.

Sepi maklum hari Minggu reuniannya, tidak ada murid sekolah, sunyi ruangan pojok sekolah ini seperti tak berubah dari zaman dulu waktu aku sekolah.

Bau pesing menyengat, gelap, aku pencet saklar,... klek!

Lho, kaget.

"Lho, kok kamu disini Tam?" teriakku agak ketakutan, bingung juga, dia kan tadi masih makan?.

"Iya tadi aku kebelet pipis" ucapnya tersenyum genit, berjalan keluar dari WC, ...

Tiba-tiba dia pegang pundakku tanpa ngomong sepatah pun, bau badannya sangat semerbak,

"Aneh" pikirku, Tamara nggak kayak gini, dia suka dijailin tapi nggak melawan, nggak agresif kayak gini. Mana mau dia pegang-pegang cowok.





Rasa haru masih menyelimuti, yang anak-anak cewek sudah pulang seperti halnya dulu, para mantan siswa laki-laki 3 IPS 4 masih di kelas, ngobrol-ngobrol,...

Aku jenuh, coba lihat di ruangan kelas lain, mungkin masih ada temanku yang beda kelas yang kukenal, ketemu Hendra, Azmi, Lukman dan yang lainnya.

Ngobrol sebentar tiba-tiba terbesit pikiran "bukannya dulu waktu masih sekolah sering bolos tinggalin pelajaran ke kantin dekat WC tadi?"






Juned yang orang Tegal dan nggak pernah merantau, buka usaha di kampungnya sendiri, tahu banyak cerita disini tiba-tiba ngomong,...

"Tahu nggak, tempat kita minum sekarang ini serem lho."

"Kenapa Jun?" Aku kaget.

"Banyak para siswi yang kesurupan bahkan ditemui arwah penasaran Tamara."

"Apa?",

Teriakku, Ghoni dan Sulton cuma ngakak mendengarkan cerita Juned.

"Aku tadi...",

Aku batalkan ngomong jujur baru ketemu Tamara tadi disini, pas di WC,...

"Dia gantung diri gara-gara dirudapaksa rame-rame oleh teman-temannya disebuah kebun singkong, peristiwa itu sudah lama Jon, sekitar setahun saat kita baru lulus dulu" kata Juned.






"wkwkwkwk" semuanya pada tertawa kecuali aku,...

"Maklum, Tamara biasa nongkrong disini, mungkin dia kangen dengan tempat-tempat favoritnya dulu" terang Ghoni.

Bingung,

"wkwkwkwk" semuanya kembali tertawa.

Juned dorong pundak saya yang sedang duduk jongkok sambil minum sampai jatuh,

"wkwkwkwk"

"Masa nggak tahu Tamara, Tamara Pertamina, yang dulu kelasnya di seberang kelas kita, 3 IPS 3."

"Oh,"

Aku makin kaget, dan nggak mau bangun lagi setelah didorong Juned,

"Ternyata, ternyata ... ternyata bukan Tamara Neisha."




Selesai.









Wkwkwkwk,... Juned, Ghoni, Sulton dan Andreas aku lihat masih tertawa terbahak-bahak.