Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gagakhitam07153Avatar border
TS
gagakhitam07153
1291 MDPL
Alam selalu memiliki keindahan yang luar biasa dan mengajarkan kita tentang banyak.hal, mulai dari bersyukur, prihatin sampai saling memahami satu dengan yang lainnya. 1291 MDPL meski bukan terbilang tinggi tapi memiliki jalur track yang lumayan terjal, sedikit sekali bonus landai. Cocok sekali bagi pemula sebelum melakukan pendakian lebih tinggi bisa mendaki terlebih dahulu ke gunung ini untuk melatih fisik dan saya tahan tubuh.

Perkenalkan Aku adalah Bayu seorang pekerja lepas dan mahasiswa di salah satu universitas di Indonesia yang akan membagikan kisah nyataku.

Siang itu, begitu terik sekali matahari menerpa kulit, seteguk air putih yang ku minum dari botol tetap tak membuat tenggorok basah. Aku yang sambil membawa kuda besi melaju pulang kerja, terngantuk-ngantuk mengendarai motor. Kerap beberapa kali aku hampir terjatuh atau menabrak kendaraan lain, "Sialan, ada yang gak beres nih! Ilmu sirep lagi, seakan dia tau kalo aku melakukan perjalanan yang penting," batinku.

Teringat pesan guruku, aku lalu membacakan doa dan terus mengulang-ulang hingga rasa kantuk yang kualami berangsur hilang. "Alhamdulillah … terima kasih ya Allah," batinku.

Akupun melanjutkan perjalanan hingga sampai ke rumah, sejenak membersihkan badan dan menjalankan sholat lalu istirahat untuk menguatkan stamina pendakian sore hari. Alarm jam handphone telah aku setting menuju pukul 4 sore, tak lama aku terlelap dalam mimpi.

Sorepun tiba, aku telah melakukan perjalanan menuju gunung yang akan ku daki, melihat Kabut tipis mulai turun menyelimuti gunung di sebelah kanan ku memandang. "Akhir, aku bisa mendaki kembali welcome 1291 MDPL, aku siapkan jiwa dan ragaku untuk menapik setiap inchi perjalanan menuju puncak," seruku lirih.

Terpapang Gerbang bertuliskan selamat datang di depan mataku, aku mengurangi kecepatan kuda besi sambil melihat suasana objek wisata sekitar yang ramai. Sekitar telah banyak villa maupun perkembangan untuk nginap sekedar menikmati suasana malam di sekitar.

Di tengah tanjak dan villa, ramai orang-orang berhenti baik motor atau mobil sambil melihat di bawah jurang. Ternyata ada pengendara motor yang lepas kendali dan terjatuh ke dasar jurang, tak lama datang mobil ambulan desa sambil terdengar suara sirine khasnya ambulan.

Sebuah pertanda, bahwa pendakian kali ini tidaklah mudah, aku mengharuskan lebih hati-hati lagi mengingat kali ini Solo hiking yang akan ku lakukan seorang diri. Aku kembali melajukan kendaraan untuk segera sampai di parkiran motor sebelum pos pendakian.

Setelah 15 menit terlewati, akhirnya aku sampai di parkiran langganan yang biasa, setiap melakukan pendakian di gunung ini selalu menitipkan motor kepadanya.

"Mang, nitip motor biasa ya, rencana pulang besok sore atau siang estimasi," seruku kepada Mang Karsa yang menyewakan jasa titip kendaraan.

"Ok A, emang mau naik sama siapa?" tanya Mang Karsa.

"Sendiri Mang, Solo hiking sesekali, hehehe…, " jawabku.

"Sih Aa, biasa naik sendiri, Yah?" timpal Istri Mang Karsa bernama Teh Ayu.

"Teh, ramai gak pendakian hari ini?" tanyaku seperti biasa sebelum pendakian memastikan keadaan di track dan atas sebelum melangkah naik.

"Tadi siang lumayan sih A, tapi tadi ada aja beberapa mulai naik ke atas, tapi hati-hati A karena 5 hari lalu ada pendaki meninggal baru ketahuan 2 hari kemudian," ungkap Teh Ayu.

"Anak muda atau orang tua teh?" tanyaku sambil menyeruput secangkir kopi hangat yang sebelumnya di pesan warung Teh Ayu.

"Orang tua sih, kalo di lihat mau tektok (naik langsung turun tanpa nginep bagi yang belum paham) karena gak bawa apa-apa," seru Teh Ayu.

"Terlalu capek mungkin di paksakan Teh, apa lagi kalo Medan belum tau berani sendirian tanpa persiapan yang matang lebih bahaya," terangku.

"Iya, kemarin anggota medis bilang sih Bapak yang meninggal kecapean terus pusing nah jatuh ke belakang tapi kena batu. Karena ada darah kering di belakang kepalanya, ketauan pas ada pendaki mau turun dan lihat Bapak itu telah meninggal langsung lapor ke pos pendakian," jelas Teh Ayu.

Aku sesekali mengamati beberapa pendakian spiritual bersama rombongannya yang hendak naik, jangan heran karena beberapa gunung di Indonesia masih banyak menjadi destinasi beberapa spiritual untuk melakukan laku tirakat atau Tapa Brata.

Lantunan doa dan izin melintasi gunung ini kepada mereka yang menempati dimensi lain di gunung 1291 MDPL tersebut, dengan berucap bismillah aku langkahkan kaki kanan untuk melintasi track pendakian dan handlamp telah terpasang di kepala.

Jarum jam di Handphone telah menunjukkan angka 17:20 wib, langkah kaki selalu perhatikan dan melihat beberapa tanah tandus maupun ada genangan air yang sesekali ku hindari agar tidak terpleset jatuh. Terlihat 1 KM dua bayangan di depanku berjalan begitu cepat menaik track tanjakan tajam (biasa pendaki menyebutnya tanjakan putus asa karena baru mulai memasuk track udah mendapatkan tanjakan bukan jalan landai).

Aku terus melangkah mengejar dua sosok bayangan di depanku yang semakin dekat, hingga akhirnya aku berhasil menyusul mereka. Ternyata mereka adalah rombongan pendaki spiritual yang tadi kulihat di warung Teh Ayu, beberapa rombongan mereka naik menggunakan ojek gunung tapi hanya mereka berdua yang tidak memakai jasa ojek.

"Permisi Mang, izin istirahat bentar?" sapaku kepada mereka berdua yang duduk di warung kosong.

"Iya A, naik sendirian aja?" tanya orang yang berperawakan gemuk dan tegap itu.

"Iya sendiri aja Mang," jawabku.

"Rencana mau naik sampai mana A?" tanya orang itu lagi.

"Saya sampai puncak A, tapi lihat nanti orang jalan santai kok gak ngejar waktu juga," seruku.

Mereka berduapun pamit kepadaku untuk melanjutkan perjalanan, aku masih beristirahat sejenak di temani beberapa sahutan binatang hutan menjelang Maghrib. "Aku harus segera sampai di pos pendaftaran sebelum adzan berkumandang," batinku.

Tanpa menunggu lama, aku lanjutkan perjalanan kembali, sesekali berhenti untuk mengatur pernafasan dan ada beberapa ojek gunung melintas turun maupun naik. Air sungai yang biasanya ada tapi kali ini kering tak ada air yang melintas di track yang aku lalui.

Terlihat pendaki yang ku temui di warung tempat istirahat setelah tanjakan curam tengah beristirahat kembali di sebuah gubuk tempat tinggal warga sekitar. Aku kembali pamit dan tersenyum untuk melanjutkan perjalanan, entah mengapa firasatku agar bergabung dengan mereka untuk melakukan perjalanan.

Sambil mengurangi tempo perjalananku, aku berjalan mengikuti mereka berdua dari belakang sebagai swipper (barisan terakhir yang memastikan team dalam formasi lengkap). Lelaki yang ku ketahui bernama Tarman dan Ajat tersebut, bergantian meminum air botol yang mereka bawa dan mengatur nafas.

Beberapa ditengah perjalanan, aku melihat beberapa sosok bayangan hitam yang berpindah dan terdengar semak bulakar berbunyi seperti habis di lewati seseorang. Aku memperhatikan arah suara tersebut namun tak ada satupun hal yang terlihat oleh mataku.

Setelah beberapa kali istirahat di tempat gubuk kayu seperti rumah dan warung yang di buat oleh warga sekitar untuk istirahat, kami beristirahat akhirnya sampai juga di pos simaksi (pendaftaran) setelah mengisi formulir dan memberikan kepada petugas jaga lalu membayar, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk segera sampai di pos Maparaji.

Di tengah sawah yang mulai terlihat, aku sesekali melihat sosok mata merah menyala sedang memperhatikan kami. "A dulu aja, tinggal dikit lagi kita sampai," seru Mang Tarman.

"Baik mang, saya dulu ya kalo gitu di depan," jawabku sambil berjalan di depan mereka berganti posisi.

Terlihat dari raut wajah Mang Tarman sudah sangat lelah sekali berbeda dengan Mang Ajat yang masih sesekali menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

Setelah melintasi tanjakan, sebelah kanan terdapat sebuah warung dan kirinya gazebo kecil. Aku segera menuju ke warung tersebut untuk memesan teh manis hangat untuk menghilangkan haus, beberapa mata memperhatikanku dari rombongan Mang Tarman.

Aku hanya tersenyum diantara beberapa mata memperhatikanku dan berjabat tangan satu persatu dengan mereka. Akupun ikut duduk di balai warung, lalu membacakan doa agar mereka tidak mengetahui diriku dan menekan energi pada diriku agar tidak terlalu terlihat.

Mereka asik berbicara dengan bahasa Sunda yang kadang ku mengerti artinya sedikit, aku hanya tersenyum aja dan sesekali memainkan ponselku. Tak berapa lama keluar seorang lelaki paruh baya tinggi besar dari dalam warung yang kuduga, beliau adalah ketua rombongan ini karena mereka semua terlihat hormat.

"Darimana A?" seru ketua rombongan.

"Saya dari desa X pak," jawabku tenang.

"Rencana mau ke puncak?" tanya ketua.

"Iya pak, rencana kalo gak ada halangan pengen sampai ke puncak, kira-kira estimasi berapa jam lagi ya?" balasku.

"Oh,kira lebih 4 jamlah udah sampai puncak, tapi kalo sendirian bahaya," jawab ketua.

"Paling saya nunggu orang lain untuk kepuncak agar bisa naik bareng," seruku sambil tersenyum.

"Lebih baik begitu, karena kemarin baru aja ada yang meninggal karena kelelahan dan pendakian sendiri," jelas Ketua.

"Memang rencana saya, mau cari orang lain untuk naik pak selain belum tau track jalan pendakiannya ke atas," jawabku.

Tak lama, melintas dua orang pemuda yang berjalan begitu cepat melewati warung, akupun lalu pamit setelah membayar minuman. Aku berjalan santai menggunakan handlamp dan memperhatikan beberapa makam yang begitu banyak.

Seekor anjing, memperhatikanku dari jauh, saat mendekati anjing itu seolah minggir untuk memberikan jalan. "Kang, mau kemana?" Seketika ada suara yang membuatku berhenti sejenak.

Aku melihat tak ada seorangpun di samping maupun belakangku, "Siapa yang memanggilku, apa dia orang lain? Bukan tertuju kepadaku," batinku.

Terdiam sejenak di tengah track pendakian seorang diri, aku lalu membaca doa dan mengirimkan Al Fatihah untuk wilayah makam yang aku lewati. Usai mengakhiri doa, aku lalu melanjutkan perjalanan melewati sawah dan kebun kopi di tengah gelap gulita malam ini.

Di ujung track terdapat sebuah warung, akupun berhenti sejenak untuk beristirahat dan banyak sekali anak muda maupun orang tua yang berada di warung dan Mushola ini. Aku berjalan mencari kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat isya.

Terlihat beberapa orang tidur tak menentu arah, sehingga menganggu orang lain untuk beribadah. Aku yang menyaksikan itu hanya geleng kepala, jika tujuan dia untuk tidur dan mengejar dunia untuk apa datang ke gunung.

Beberapa orang yang menaiki gunung ini, tujuan utama mereka bukanlah puncak melain sebuah makam Kramat atau air pancuran yang berada di sekitar gunung ini. Konon air pancuran itu, bisa membersihkan jiwa dan raga kita yang kotor dan membuat hati lebih tenang.

Seorang kuncen datang menghampiriku yang tengah menikmati secangkir kopi dan cemilan ku bawa dari rumah.

"Jang, mau kemana?" tanya kuncen.

"Saya mau ke puncak pak," jawabku.

"Oh .. Bapak kira mau ke air pancuran di kejayaan?" seru Kuncen.

"Saya lagi menunggu barengan untuk naik puncak dan jalan santai pak, kebetulan track naik ke puncak saya belum tau dan baru pertama kali ini,"" jelasku.

"Mau ikut Bapak tawasulan gak, Jang?" tanya kuncen.

"Maaf pak, saya mau istirahat aja dulu sebelum lanjut ke puncak" jawabku lembut untuk menolak secara halus.

"Kalo gitu, Bapak tinggal dulu ya, Jang," jelas Kuncen.

"Baik, Pak," jawabku.

Seorang anak muda berusia sekitar 20 tahunan membawa sebuah hio dan berikan kepada kuncen, kulihat kuncen komat Kamit membaca sesuatu yang tak ku dengar bacaannya. Usai Komat kamit, kuncen lalu membakar hio tersebut dan menancap di pinggir jalan warung dan lintasan pendakian.

Tak berapa lama, beberapa orang pergi mengikuti sang juru kuncen untuk pergi ke sebuah makam melakukan tawasulan. Akupun mendekati hio yang telah menyala tersebut, "Seketika beberapa hawa gunung berubah agak aneh. Berasa dingin tapi agak berbeda dari dinginnya hawa pegunungan, siapa sebenarnya yang akan datang?" batinku.




joyanwoto
joyanwoto memberi reputasi
1
183
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Komunitas Penggemar Cerita Horor
Komunitas Penggemar Cerita Horor
1.1KThread908Anggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.