muyasyAvatar border
TS
muyasy
Dinikahi Jin - KUNCEN



Kisah ini nyata adanya. Namun, kali ini aku menulisnya dengan diberi bumbu penyedap agar horornya dapet supaya kalian bermimpi dengan indah.






Rania sering bermimpi bertemu dengan laki-laki tinggi, tegap dan tampan. Sampai laki-laki itu membawanya ke sebuah rumah dengan aksen ukiran dan joglo. Lalu, rambutnya dihiasi dengan bunga melati. Kemudian, Rania dan laki-laki itu naik ke sebuah dokar yang berwarna emas. Rania tahu kalau itu hanya mimpi, tetapi wanita itu mau-mau saja jika diajak laki-laki yang tidak dikenalnya untuk berhubungan badan atau selayaknya menjadi istri dalam mimpinya. Toh, karena laki-laki itu tampan, kata Rania.

Mimpinya berulang kali datang dan Rania tahu kalau itu salah. Dia juga tidak bercerita pada suaminya, karena percuma saja. Suaminya tidak percaya dengan hal diluar logika.

Suatu hari Rania dan suaminya, Andi, diliputi rasa gelisah. Tiap malam mereka mencium bau wangi bunga kadang bau busuk. Keduanya berpikir mungkin bau tersebut dari bangkai tikus atau bunga melati di depan rumahnya.

Tepat tengah malam, ada suara gedoran pintu depan dengan keras. Rania dan anaknya kaget bukan main.

"Mas, coba cek siapa yang mengetuk pintu dengan keras begini?"

Andi menggerutu tidak jelas sambil melangkah ke depan. Lalu, Rania langsung tertidur lagi.

Tetiba pintu kamar tertutup dengan sendirinya. Rania seakan tuli padahal pintu tersebut seperti dibanting sampai mengeluarkan suara berdebum.

"Suara apa itu di belakang?" tanya Andi sambil membuka pintu depan dengan pelan. Dia menengok ke kanan dan kiri, nyatanya tidak ada siapa pun di luar sana. Hanya suara desau angin yang begitu kencang.

Andi kembali menutup pintu dan menguncinya, lalu dia kembali ke kamar untuk tidur kembali. Hawa yang lumayan dingin, lebih enak untuk tidur bergelung selimut tebal. Namun, langkahnya terhenti karena bau busuk yang menyengat. Laki-laki itu sampai menutup hidung.

"Ehh ... bau ini nggak ilang-ilang! Bau apa, sih, ini?"

Tampak lampu ruang tengah menyala sendiri. Andi terperangah melihatnya. Matanya memicing. Terdapat sesosok pocong mengintip di samping lemari hias. Kain kafannya lusuh dan kotor. Wajah pocong tersebut penuh darah dengan kedua mata yang hampir keluar. Andi yang awalnya tidak percaya dengan hal mistis, kini dia tersentak dengan pemandangan di depannya yang mengerikan.

Kakinya lemas dan badannya gemetaran. Namun, dia berusaha untuk menggapai pintu kamar. Dia buka dengan paksa, tetapi sangat sulit dibukanya.






"Dek, buka pintunya! Ada pocong ... ada pocong!"

Andi menggedor pintu sampai menendangnya berulang kali, tetapi tetap tidak bisa dibuka.

Lagi, lampu ruang tengah yang menyala kini mati kembali. Andi meringkuk di depan pintu kamar sambil gemetaran. Dia melihat lemari hiasnya lagi. Kosong!

"Pocongnya mana?" tanya Andi dengan pelan. Dia pun terpaksa tidur di kamar sebelah dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Paginya, Rania bangun pagi dengan raut heran. Suaminya tidak ada di sampingnya. Terakhir kali dia mengingat jika suaminya membuka pintu depan karena ada yang mengetuk dengan keras. Kamarnya juga terkunci rapat.

"Loh, Mas kok tidur di sini?" Rania mendapati suaminya tidur di kamar sebelah.

"Dek, kemarin kamu tidurnya kayak orang mati! Aku memukul pintu kamar berulang kali, tapi kamu nggak bangun-bangun!"

"Masa' sih. Aku nggak denger apa pun."

"Aku terkunci dari luar dan ada pocong di samping lemari hias itu," tunjuk Andi pada lemari hias yang penuh barang keramik.

Rania bergidik ngeri. Jujur saja, dia benar-benar tidak mendengar teriakan atau ketukan pintu dari luar kamarnya. Lebih mengherankan lagi, kamarnya terkunci dari dalam. Kok bisa? Padahal kemarin dia hanya menutupnya saja. Aneh bukan.

Singkat cerita, Andi memanggil seorang Ustad untuk datang ke rumah. Suami Rania akhirnya percaya juga dengan adanya makhluk gaib. Ustad tersebut meneliti seluruh penjuru rumah, lalu mendoakan rumah dan kehidupan Rania serta Andi agar dijauhi dari makhluk gaib.

Beberapa waktu kemudian, rumah Rania sudah seperti sedia kala. Namun, entah kali ini suasananya sangat beda. Dalam rumah terasa panas dan bau busuk pun kembali tercium.

"Apa setannya kembali lagi, Dek?" tanya Andi disela-sela mereka sarapan. Akan tetapi, istrinya tidak menjawab pertanyaannya.

"Dek! Makan kok sambil ngelamun," bentak Andi.

"Eh, maaf, Mas. Aku nggak denger tadi."

Rania memikirkan mimpinya yang hampir setiap hari bercengkerama dengan seorang laki-laki tampan. Lelaki itu sama dengan mimpi-mimpi sebelumnya. Laki-laki itu romantis dan pengertian padanya. Kadang ada anak-anak kecil yang selalu meminta gendong padanya. Dia turuti saja permintaan anak-anak itu, karena dia pun suka dengan anak kecil.

Rania pun masih belum berani bercerita pada suaminya. Alasannya tetap sama, takut jika Andi tidak percaya dengan mimpinya yang berulang. Apalagi dia sedang memimpikan laki-laki lain. Jadi, dia pendam sendiri saja.

Entah, karena Andi sudah tidak nyaman lagi dengan rumahnya, dia terpaksa bercerita pada ayah mertuanya.

Kemudian, tak lama dengan hari yang ditentukan oleh ayah mertuanya, seorang ustad lain bernama Abidin datang ke rumah Andi. Rania merasa ustad tersebut menatapnya terus-menerus sampai dia merasa risi.

Setelah semuanya duduk di kursi ruang tamu, Ustad Abidin bertanya pada Rania, "Maaf, apa Ibu sering mimpi seorang laki-laki?"

"Iya Ustad," jawab Rania sambil melirik suaminya. Dia takut kalau suaminya marah. Nyatanya, Andi terkejut dan menutupi kemarahannya.

"Ustad Abidin kenapa bisa tau," gumam Rania pelan.

"Ikhlaskan, Bu. Itu tidak baik jika dibiarkan. Apalagi banyak anak kecil di mimpi Ibu. Berarti mereka anak Ibu dengan jin itu."

"Apa? Maksudnya apa Ustad? Saya tidak mengerti." Andi marah. Dia mengira istrinya selingkuh.

"Istri Mas Andi disenangi jin dan sudah menikah dengan jin tersebut. Serta, sudah mempunyai beberapa anak dari pernikahan mereka. Maka dari itu, saya coba bantu untuk mengusir jin itu pada tubuh Bu Rania," jelas Ustad Abidin panjang lebar.

"Bisa-bisanya kamu ...."

"Maaf, Mas. Aku tidak berani bilang padamu. Kamu nggak percaya dengan hal semacam ini, kan. Jadi, aku ...."

"Lalu, kamu diam saja sampai kamu punya anak dengan jin itu, hah!"

"Sudah, sudah Mas Andi. Jangan marah kepada istrinya Mas. Bu Rania juga tidak paham dengan mimpinya. Mungkin ini hanya bunga tidur saja, tapi ini adalah rayuan jin," kata Ustad menengahi.

"Maaf, Bu. Mari saya doakan. Nanti tirukan doa saya dan jangan berpikiran buruk. Ikhlaskan. Buang jin dalam tubuh Anda," lanjut beliau.

Ustad Abidin berdoa dengan fasihnya. Rania menirukan doa yang diucapkan oleh Pak Ustad. Lalu, Rania menangis dengan keras."

"Maaf, aku harus pergi. Ikhlaskan aku. Aku ikhlas pergi!"

Cukup lama Ustad Abidin berdoa sampai Rania berhenti menangis. Akan tetapi, dia masih sesenggukan.

Tak lama kemudian, Ustad Abidin menyudahi doanya dan Rania serta Andi diberi nasihat agar keduanya bisa membentengi diri agar bisa dijauhkan dari jin yang menggoda keluarganya.

Jika lengah, bisa saja mereka akan didatangi oleh jin yang sama. Membentengi diri dengan mengaji, berdoa, salat dan tak lupa juga amalan-amalan yang mendekatkan hati mereka kepada yang Maha Kuasa.

TAMAT


Demikianlah kisah Rania dan Andi. Semoga keluarga mereka dijauhkan dari marabahaya.




Picture for pinterest
Diubah oleh muyasy 27-08-2023 04:52
delia.adel
riodgarp
rinandya
rinandya dan 20 lainnya memberi reputasi
21
2.1K
255
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.