sumber gambar
Mengangkat kisah dari mitos yang dipercaya di kalangan masyarakat Jawa dan Kalimantan. Dimana sosok ini menjadi salah satu sosok jin atau makhluk halus tak kasat mata yang kisahnya diceritakan dari masa ke masa sejak zaman dahulu kala.
Indonesia adalah negara yang dekat dan erat dengan berbagai macam kisah-kisah mistis. Dimana setiap daerah memiliki kisah dan ceritanya masing-masing yang menarik untuk disimak meskipun tak jarang membuat bulu kuduk merinding.
Berikut sekilas kisah mistis sosok api hidup bernama Banaspati.
🔥Teror Banaspati, Hilangnya Tempat Singgah🔥
"KUNCEN"
Quote:
Tinggal di pelosok desa, bagi orang-orang kota tentu ini adalah impian mereka di hari tua, dimana saat masa pensiun telah datang, waktu-waktu luang akan digunakan untuk bertani di kebun atau sekedar menikmati indah dan asrinya alam pedesaan.
Namun sebenarnya tidak bagi masyarakat yang tinggal di pelosok desa sejak kecil. Mereka ingin keluar dari desa dan tinggal di kota entah itu hanya sekedar untuk mencari pekerjaan, hiburan, kehidupan yang lebih layak, atau alasan yang lainnya.
Aku sendiri bisa dikatakan suka tidak suka tinggal di desa, sebab ada beberapa hal yang memang membuat alam desa menjadi membosankan dibandingkan dengan gedung-gedung tinggi yang sering muncul di layar televisi rumah.
Terlahir di era awal tahun 90-an, desaku bisa dikatakan masih sangat asri. Listrik dari PLN belum masuk ke kampungku, bahkan sampai di tahun 2010 PLN awal pertama kali masuk dan disambut gembira oleh masyarakat desa Suka Jaya, termasuk dengan keluargaku.
Masuknya PLN ke pelosok desa, tentu saja membawa kegembiraan bagi banyak orang. Setelah berpuluh-puluh tahun setiap malam hari hanya diterangi cahaya damar atau lampu templok yang terbuat dari kaleng bekas susu diisi minyak tanah dengan diberi sumbu kapas alang-alang, akhirnya akan digantikan dengan lampu-lampu bohlam.
Aku ingat, anak-anak seusiaku dulu juga membahas akan membeli alat-alat elektronik seperti kulkas dan TV berwarna. Sebab sebelumnya di desaku hanya ada beberapa orang yang memiliki TV itupun hitam putih, sedangkan kulkas tidak ada dan saat ingin minum es pun harus beli es balok yang digergaji percentimeter.
"Do, ibumu beli TV berwarna ya?,"tanyaku pada Edo saat berjalan pulang dari sekolah.
"Iya, Lif. Besok kalau PLN sudah masuk kita lihat Doraemon ya di rumahku!," ajaknya.
"Oke, siap," jawabku.
Jujur aku bukan dari keluarga berada, tidak punya TV atau alat elektronik di rumah. Menonton TV seringkali di rumah Edo, karena jarak rumah kami hanya terhalang pekarangan kosong yang bisa dikatakan tidak terlalu jauh.
Singkat cerita, para petugas PLN sudah datang ke desaku. Berjumlah puluhan orang, memiliki tugas yang berbeda-beda dan menetap di rumah Pak Kades.
Setiap hari mereka sibuk mempersiapkan semuanya, mulai dari memasang tiang listrik, kabel, dan menebangi pohon di pinggir jalan karena menghalangi kabel-kabel listrik yang akan dipasang dan dialirkan dari rumah ke rumah.
Dari sinilah awal kisah mistis ini berawal, dimana para pekerja PLN mengalami kendala dalam pemasangan tiang listrik sebab adanya sebuah pohon beringin besar yang kata ayahku sudah tumbuh di tempatnya tumbuh yaitu di ujung kampung selama puluhan tahun.
Berdasarkan hasil musyawarah antara aparat desa, masyarakat, juga pegawai PLN, akhirnya diputuskan untuk penebangan pohon beringin tersebut agar prosesnya lekas selesai. Selama penebangan pohon beringin yang disaksikan banyak orang yang ikut serta bergotong royong memangkas ranting, semuanya berjalan lancar. Tiang berhasil berdiri tepat di samping bekas pokok pohon beringin, selanjutnya petugas PLN hanya tinggal pasang kabel dan menyelesaikan proses pemasangan KWH listrik di rumah warga.
Keanehan terjadi selang malam hari setelah pohon beringin ditebang habis. Aku dan Edo menjadi orang-orang pertama yang melihat keanehan tersebut. Tiang listrik yang siang tadi terlihat berdiri tegak setelah ditebangnya pohon beringin, tiba-tiba saat kami pulang dari surau yang ada di pojok seberang jalan, tiang listrik itu sudah rubuh tepat di jalanan.
"Lif, kok tiang listriknya rubuh?," tanya Edo padaku.
Aku hanya terdiam, sedikit bingung dan berpikir apa yang membuat tiang listrik itu rubuh sedangkan sore tadi berdiri tegak.
"Eeeh, iya ya. Kok bisa rubuh?," tanyaku balik pada Edo.
"Apa kenak angin ya?," tanya Edo menduga-duga.
"Udah biarin lah, besok juga dibenerin lagi," kataku pada Edo, dan kami pun melanjutkan jalan pulang.
Keesokan harinya, warga dibuat heboh dengan rubuhnya tiang listrik yang ada di bekas pohon beringin.
Ternyata tiang listrik tersebut rubuh tanpa penyebab, bahkan pekerja PLN pun juga dibuat kebingungan kenapa bisa tiang tersebut rubuh sedangkan mereka sudah memasang dengan kuat.
Bukan hanya itu, ada beberapa orang warga sekitar pohon beringin yang mengaku rumahnya didatangi bola api, dimana mereka menduga bahwa itu adalah Banaspati yang tinggal di pohon beringin dimana ceritanya sudah beberapa kali dibahas karena beberapa juga sempat melihat keberadaan bola api di dekat pohon beringin jauh sebelum pohon beringin tersebut ditebang.
Seolah terbawa angin, cerita teror Banaspati itu diceritakan dari mulut ke mulut. Mendakak desa yang dulunya cukup ramai saat sore setelah Maghrib menjelang isya' tiba-tiba menjadi sepi seperti desa mati.
Cerita teror Banaspati tidak hanya berhenti disitu, bahkan kali ini Pak Ngadino yang merupakan kepala desa Suka Jaya mengaku melihat langsung Banaspati saat dirinya pulang dari memantau ronda.
"Lik, aku mambengi ngerti Banaspati!," ujar Pak Kades pada ayahku.
"Nangendi lak mu reti?," tanya bapak pada Pak Kades.
"Kui, nang bekas ringin. Opo dek e ra terimo omahe ditebang yo?," ucap Pak Kades bertanya-tanya.
"Lah, iyo paling yo," kata bapak mengiyakan ucapan Pak Kades.
Percakapan panjang bapak dan Pak Kades malam itu masih mempertanyakan alasan munculnya Banaspati yang membuat warga heboh.
Teror tersebut terus ada berhari-hari, bahkan tidak sedikit warga yang sakit akibat merasa khawatir dengan munculnya Banaspati yang tidak segan-segan menampakkan diri kepada siapapun.
Warga pun mendesak Pak Kades untuk mencari solusi, sebab mereka tidak mau hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan kekhawatiran.
Pak Kades yang merasa bingung dengan keadaan yang semakin rumit dan resah pun memanggil semua tokoh masyarakat dan tokoh agama di desa Suka Jaya untuk mencari solusi, termasuk bapakku yang juga teman Pak Kades.
Keputusan dari musyawarah bersama antar tokoh desa dan tokoh agama, menemukan titik temu solusi. Warga Suka Jaya akan mengadakan pengajian dan ruwatan untuk membersihkan desa dari danyang yang menggangu warga.
Dua hari dua malam pengajian dan wayangan digelar tepat di bekas pohon beringin angker tempat tinggal Banaspati.
Warga berbondong-bondong membawa makanan dan sesaji untuk dimakan bersama dan dijadikan jamuan.
Tidak luput ustadz dan dalang yang didatangkan dari luar desa Suka Jaya diminta untuk mendoakan warga agar selamat dan jauh dari teror Banaspati. Pastinya sesuai dengan cara dan kepercayaan masing-masing karena warga desa Suka Jaya masih memegang teguh adat budaya termasuk juga masih mempercayai klenik Jawa.
Sehari dua hari berlalu. Kehidupan warga kembali normal seperti sebelumnya.
Selesainya pekerjaan para petugas PLN ditandai dengan terangnya rumah-rumah warga dengan nyala lampu bohlam, dan ditinggalkannya damar-damar teplok di gudang masing-masing layaknya Banaspati yang dipindahkan ke tempat lain.
~ SELESAI~
Terkait kisah Banaspati, mitos ini masih dipercaya oleh masyarakat khususnya Suku Jawa di beberapa daerah di Indonesia.
Banaspati diidentikkan dengan hantu api yang bisa berubah menjadi besar, tinggal di pohon-pohon besar ataupun hutan belantara.