Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
[Cerpen #18] Panggilan Terakhir


“Ma … Mama tenang sebentar ya.”

Aku terbatuk. Kali ini, batuk itu mengeluarkan darah.

“Aku mau minta maaf sama Mama.”

Di ujung sana Mama tak bisa menghentikan suara tangisnya. Aku ingin dia berhenti menangis agar dia bisa mendengar kata-kata terakhirku dengan jelas.

“Maaf Ma, aku nggak bisa selesaiin kuliahku. Lima tahun uang kuliah sia-sia. Maafin aku.”

Kenapa aku tak pernah berusaha menyelesakan kuliahku secepat mungkin? Jika aku melakukannya, semua ini tak akan pernah menimpaku. Bukan berarti kuliahku sulit, aku hanya terlalu banyak bermain-main.

“Kasih tahu ke Papa aku minta maaf. Aku benar-benar nggak sengaja … itu kecelakaan. Kalau … kalau Papa bangun, tolong sampaiin maafku.”

Papa sudah koma selama dua tahun lamanya. Semua salahku. Aku menyombong karena baru saja mendapat sim dan ingin pamer ke Papa. Dengan berani aku mengambil kunci mobil dan mengajak Papa mengitari kota.

Namun ternyata kami terlibat kecelakaan. Aku selamat, tapi Papa mengalami luka di otak yang membuatnya tertidur tanpa kepastian kapan akan bangun. Jalaupun suatu saat nanti dia akan bangun, apa yang akan dia lakukan saat mengetahui anak semata wayangnya telah tiada?

Selain itu, setelah aku pergi, siapa yang akan menemani Mama? Kehilangan dua anggota keluarga akan terlalu berat untuknya.

“Ma … maaf. Maaf.”

Cuma maaf yang bisa keluar. Segala emosi, segala penyesalan, tak akan habis jika aku membahas semuanya. Hanya maaf. Ada banyak hal yang ingin kulakukan, ada banyak tempat yang ingin kukunjungi, ada rencana masa depan yang ingin sekali aku lakukan.
Namun semua itu tak lagi berarti. Karena aku akan segera mati.

Siapa yang pernah menyangka bahwa kota ini akan diguncang gempa yang sedemikian dashyat? Aku yang saat itu berada di kamar kos 4 lantai hanya bisa pasrah saat lantai dan atap runtuh menghujani kami semua.

Semuanya gelap, aku bahkan tak tahu mana yang atas dan mana yang bawah. Aku bisa merasakan sesuatu menusuk perutku dan darah mengalir ke luar dari sana. Secara insting aku tahu bahwa waktuku tak akan lama lagi dan karena itulah aku memutuskan menelpon Mama.

Kenapa baru sekarang aku menyadari kalau hidup manusia benar-benar rapuh? Semua orang terpana akan masa depan yang panjang, kemungkinan tak terbatas, dan hari esok yang lebih baik, tetapi kematian datang kapan pun dia mau.

Aku yang berada jauh dari keluargaku akan mati seperti ini, mati tanpa meraih apa pun. Karena itulah hanya maaf yang bisa kuucapkan pada Mama yang berharap besar padaku. Di detik-detik terakhir hidupku, hanya kegelapan dan isak tangis Mama yang menemani.

Ahh … kesadaranku mulai kabur. Samar-samar aku bisa mendengar suara dari kejauhan, suara tangis dan teriakan. Air mata yang susah payah kutahan pun akhirnya merembes begitu saja. Inilah kenyataan, inilah siklus alam. Tak peduli seberapa keras manusia menolak dan berusaha, Tuhan bisa menghancurkan segalanya dengan mudah. Tak peduli satu atau satu juta manusia, semua bisa diambil kembali dengan mudah.

“Ma … terima kasih.”

Setidaknya, aku masih punya kesempatan untuk melakukan satu panggilan terakhir.
Diubah oleh ih.sul 29-09-2023 03:28
rinandya
vizum78
kubelti3
kubelti3 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
6.1K
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.