Sumber Gambar

Berhubungan seksual memang menjadi salah satu hal yang kerap dilakukan beberapa orang. Hal ini juga menjadi kebutuhan bagi setiap orang yang wajar dilakukan, asalkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Di mana pasangan harus lebih dulu menikah sebelum berhubungan seks. Sehingga tidak menyalahi aturan apalagi sampai melanggar norma masyarakat.

Biasanya, hubungan seks dilakukan oleh orang yang sudah dewasa yang sudah cukup umur. Tapi cukup umur juga belum cukup. Ia juga harus teredukasi dengan baik sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi jika belum menikah dan belum memiliki kejelasan dengan pasangan, ada resiko yang mungkin saja terjadi usai melakukan hubungan tersebut.

Umumnya, usia yang biasanya legal untuk menikah atau berhubungan seks adalah di atas 18 tahun. Namun lagi-lagi, orang dengan usia segitu pun harus dilihat lagi edukasi dan kesiapannya. Jangan sampai belum memiliki pengetahuan yang cukup tapi sembarangan melakukan sehingga hal yang kurang baik terjadi dan malah jadi merugikan.


Sumber Gambar

Sayangnya, terlalu jauh kita bicara soal usia 18 tahun ke atas dan edukasi seks. Karena fakta di lapangan, masih banyak orang yang tidak mempedulikan ini. Ya, masih banyak juga orang yang berhubungan seksual di bawah usia legal tersebut. Bahkan dilakukan di usianya yang masih belia dan masih duduk di bangku pendidikan sekolah.

Menurut BKKBN di Indonesia, pada 2023 rata-rata remaja sudah melakukan hubungan seks di usia 16-17 tahun. Angka ini bahkan mencapai 60%. Yang berarti banyak gadis yang kehilangan keperawanannya di usia tersebut, di usia yang masih di bawah umur. Lalu kemudian, ada usia 19-20 tahun dan usia 14-15 tahun. Kedua usia itu masing-masing sebesar 20%.

Bahkan ada yang berhubungan seks di usia 14-15 tahun, usia yang masih sangat muda dan entah apakah sudah teredukasi dengan baik atau belum. Ada banyak yang menyebabkan terjadinya hal seperti ini. Salah satunya adalah karena lingkungan. Lingkungan sekolah atau pergaulan yang negatif dapat menjerumuskan remaja ke dalam perbuatan tak terpuji seperti ini.


Sumber Gambar

Karena ajakan dan hasutan teman, kemudian berubah menjadi rasa ingin tahu berlebih. Atau karena tuntutan pergaulan di mana seseorang harus mendapat pengakuan sebagai anak hits dengan mencoba hal-hal negatif seperti tadi. Atau yang paling parah adalah karena pacaran. Perasaan cinta yang hanya sesaat itu lantas membuat remaja menjadi bodoh dan melakukan yang tidak seharusnya.

Perkembangan teknologi dan globalisasi jadi salah satu faktor. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dan saling memiliki keterkaitan. Dengan adanya teknologi, globalisasi menjadi semakin nyata dan bisa kita rasakan. Di mana sekat antar negara tidak lagi ada dan kita bisa mengakses segala informasi dari berbagai negara dengan mudahnya.


Sumber Gambar

Nah, kadang informasi atau konten yang di bawa oleh arus globalisasi ini tidak selalu baik. Ada juga hal negatif yang turut ikut bersamanya. Anak muda bisa mulai terpengaruh dengan gaya hidup luar negeri yang semakin menjauhkan karakter masyarakat kita. Dan mungkin pedoman hidupnya pun bisa berubah, ini juga yang patut kita hindari.

Jadi pada dasarnya, hal seperti ini sangat mungkin terjadi di luar sana. Ada banyak faktor yang menentukan, jadi sebagai orang tua harusnya bisa lebih aktif dalam mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Selalu awasi di pergaulan mana anak kita masuk.



Kalau menurut kalian, langkah apa yang tepat untuk menangani ini?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi