Sumber Gambar

Menjadi makhluk bumi, tentu manusia mendambakan tempat yang nyaman, aman dan memiliki cukup sumber daya untuk hidup. Faktanya, bumi tentu memenuhi semua syarat tersebut untuk menjadi rumah yang nyaman bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Bumi memberikan apa yang kita butuhkan untuk hidup, bukan yang kita inginkan.

Sangat wajar jika manusia memiliki banyak keinginan, karena pada dasarnya manusia memang memiliki akal untuk menciptakan berbagai hal yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya. Akan tetapi memang manusia kadang kala terlalu serakah dan tidak tahu apa itu arti puas. Selalu ingin yang lebih dan lebih untuk memenuhi keinginannya.

Hingga habislah bumi dikeruk oleh manusia itu sendiri. Banyak kerusakan alam yang disebabkan oleh keserakahan manusia mulai dari eksploitasi tambang, hutan dan masih banyak lagi sumber daya yang benar-benar dikeruk oleh manusia. Menjadikan bumi yang semakin hari semakin mendekati ke masa-masa terburuk yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.


Sumber Gambar

Salah satu bentuk dari kerusakan alam itu sendiri adalah pemanasan global. Kondisi di mana suhu bumi terus meningkat dan sampai berdampak pada perubahan iklim yang siginfikan. Selama ini, kita telah merasakan banyak dampaknya. Akan tetapi, baru-baru ini dikabarkan bahwa pemanasan global telah berakhir. Ya, berakhir!

Berakhirnya pemanasan global ini sama sekali bukan kabar bahagia yang patut kita syukuri. Karena setelah pemanasan global, bumi akan memasuki era pendidihan global. Era di mana panas bumi akan lebih meningkat ketimbang pemanasan global yang terjadi sebelumnya. Bumi sudah tidak memanas lagi, melainkan mendidih. Hal inilah yang membuat banyak ilmuwan mulai khawatir.

Hal ini pertama kali diumumkan Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ia mengingatkan bahwa bumi tidak akan memanas lagi, akan tetapi akan mendidih. Meningkatnya suhu panas di beberapa belahan dunia seperti Eropa, Asia dan Amerika Utara secara signifikan mulai mencemaskan banyak pihak.


Sumber Gambar

Bahkan Guterres menyebut bahwa panas yang terjadi akhir-akhir ini hanyalah permulaan dari perubahan iklim yang lebih ekstrem lagi nantinya. NASA, Organisasi Meteorologi Dunia dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus mengatakan bahwa pertengahan tahun 2023 ini akan menjadi pertengahan tahun dengan suhu paling panas dalam sejarah.

Selain itu Presiden Amerika Serikat, Joe Biden juga ikut buka suara dengan kondisi bumi saat ini. Ia mengingatkan akan adanya ancaman lain terkait cuaca panas ini. Seperti kerusakan ekosistem, kelangkaan bahan pangan hingga kebakaran hutan. Selain itu, ia meminta jaminan keselamatan bagi para pekerja yang bekerja lapangan di luar ruangan.


Sumber Gambar

Perubahan iklim sudah tidak bisa disangkal lagi, mungkin masih banyak yang meremehkan atau menganggap ini sepele. Tapi ketahuilah bahwa sikap acuh kita inilah yang bisa membuat kita menyesal nantinya. Kita memang tidak bisa berbuat banyak tapi setidaknya dengan mengetahuinya kita akan lebih siap dalam menghadapi kemungkinan terburuknya nanti. Atau setidaknya ikut berperan agar kondisi ini tidak semakin parah.

Seperti yang kita tahu, suhu panas merupakan fenomena yang akhir-akhir ini banyak terjadi. Baru-baru ini Jepang menjadi salah satu negara yang diterpa suhu panas. Setelah sebelumnya Eropa juga merasakan hal yang sama. Lalu baru-baru, suhu panas melanda Korea dan menyebabkan banyak peserta jambore tumbang. Negara-negara ini seharusnya tidak sepanas negara tropis dekat khatulistiwa seperti Indonesia.

Bahkan sebelumnya, yang terparah pernah terjadi di India, Bangladesh dan Thailand di mana kabarnya suhu mencapai 50 derajat celcius lebih.



Jadi menurut kalian, akan seperti apakah bumi di era pendidihan global ini?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi