Sumber Gambar

Toleransi merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam kehidupan sehari-hari, kita akan selalu menemukan adanya perbedaan. Di mana perbedaan itu kadang bisa sampai menimbulkan konflik jika kita tidak menyikapinya secara bijak. Untuk itu diperlukan adanya toleransi untuk membuat semuanya baik-baik saja.

Salah satu yang kerap menimbulkan perpecahan adalah konflik soal agama. Salah satu topik sensitif yang jika tidak dibicarakan secara bijak, maka akan memicu lahirnya keributan yang bisa saja meluas ke masyarakat. Untuk itu, di zaman ini sangat penting untuk kita mengedukasi mengenai toleransi dan rasa menghargai satu sama lain.

Satu hal yang juga penting untuk dilakukan adalah mengetahui bahwa toleransi pun ada batasnya. Di mana setiap agama dan kepercayaan bahkan individu memiliki batasnya sendiri dalam menerapkan toleransi. Di mana ada beberapa hal yang sudah tidak bisa ditoleransi karena sudah masuk ke dalam koridor kepercayaan masing-masing.


Sumber Gambar

Sehingga sebagai orang dengan kepercayaan sendiri, kita perlu bisa membentengi diri sendiri. Dan menetapkan sampai sejauh mana kah toleransi itu bsia diterapkan dalam kehidupan. Jangan seperti kejadian yang terjadi Muara Enim, Sumatera Selatan ini. Di mana terdapat kejadian yang menjadi perdebatan bagi beebrapa pihak.

Di mana beredar sebuah video di mana menunjukkan sebuah sesi acara peresmian bangunan Gereja untuk ibadah umat Kristen. Akan tetapi ada yang berbeda di mana dalam acara peresmian itu, diiringi dengan marawis dan shalawat nabi layaknya acara-acara Muslim yang sering kita lihat. Inilah yang kemudian menjadi perdebatan, apakah boleh menggunakan shalawat nabi untuk meresmikan gereja?

Menanggapi hal ini, MUI Sumsel akhirnya buka suara. Menurut mereka, tidak seharusnya peresmian gereja memakai shlawat nabi dan marawis. Karena marawis banyak menyebut nama Allah SWT dan merupakan suatu hal yang bersifat religius bagi umat Muslim. Jadi seharusnya cukup digunakan dalam acara keagamaan umat Muslim saja.


Sumber Gambar

Apalagi penggunaan shalawat di dalam peresmian gereja itu. Padahal shalawat adalah nyanyain pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, sehingga penggunaannya di gereja dianggap tidak tepat. Meski begitu, MUI Sumsel menganggap hal itu sebagai kekhilafan semata dari orang-orang di sana dan berharap supaya hal serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Ya, seperti yang TS sebutkan di atas. Kebersamaan antar umat beragama sangat tidak apa-apa terjadi. Toleransi dan sebagainya juga merupakan hal yang penting. Tapi perlu juga kita tahu batas-batas dari toleransi itu sendiri. Bila sudah memasuki ranah hukum syariah Islam, maka sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Sudah jadi urusan masing-masing.


Sumber Gambar

Semua ini merupakan hal yang penting untuk diketahui. Jangan sampai terlalu terlena dalam toleransi dan tidak sadar dengan batasannya. Dan nantinya malah terjadi ketersinggungan antar satu pihak dan pihak lain. Sehingga terjadi percekcokan antar sesama umat beragama yang membuat hubungan malah menjadi kurang harmonis. Hindari juga bercandaan yang membuat hubungan antar agama jadi memburuk.

Sebenarnya tidak jelas juga sih konteksnya, kenapa harus memakai shalawat nabi di acara peresmian gereja. Tapi terlepas dari itu semua, semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi banyak orang agar hal serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari. Mengingat isu-isu mengenai agama sangat sensitif dan bisa berpotensi menimbulkan keributan di masyarakat.



Jadi menurut kalian, apakah wajar menggunakan marawis dan shalawat di acara peresmian gereja?


Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi