Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pilotproject715Avatar border
TS
pilotproject715
Bahrawi: Ateisme Makin Diminati, Karena Islam Hanya Lahirkan Osama dan Abu B Baasyir


WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi menyatakan sains atau ilmu pengetahuan selalu menantang konsep-konsep teologi atau keagamaan yang mendasar.

Di satu sisi, kata Islah Bahrawi para pemeluk agama masih sibuk berdebat dengan teks dan konteks masa lalu yang dipaksa paling ideal untuk diterapkan hari ini.

"Sains selalu menantang konsep-konsep teologi paling mendasar. Stephen Hawking, Dawkins beserta rombongannya, membangun 'agama' baru di muka bumi melalui sains-kontrateistik," Islah Bahrawi di akun Twitternya, @islah_bahrawi, Rabu (19/7/2023).

"Sementara pada sisi yang lain, para pemeluk agama masih sibuk berdebat soal teks dan konteks masa lalu yang dipaksa "paling ideal" untuk diterapkan hari ini. Sebagian para pemikir agama masih saja asyik bertempur dengan klaim-klaim otentisitas dan revivalistik yang telah terwariskan selama ratusan tahun," katanya.

Menurutnya para pemikir agama modern masih belum beranjak dari hal tersebut.

"Para pemikir agama era moderen masih belum sanggup beranjak. Kita masih sibuk dengan perdebatan-perdebatan fisik yang selalu dipaksa menjadi metafisik ketika sains sudah sejak lama menjangkau 'beyond of metaphysics'," kata Islah.

Akhirnya, menurut Islah, akselerasi peradaban manusia seolah tidak bisa lagi diimbangi oleh diskursus teologi.

"Pada saat yang sama, dunia sains mengambil ceruk kosong wilayah ini. Dan di satu sisi juga, pemeluk agama terjebak paksa dalam aksi-aksi penghakiman kepada sesama umat manusia untuk sesuatu yang sama sekali ditolak oleh sains," paparnya.

"Jadi wajar kalau ateisme semakin populer karena agama seolah tidak mampu lagi berbanding sejajar dengan akselerasi peradaban manusia," kata Islah.

Di Bandara Dubai, menurut Islah, dirinya menemukan buku-buku penulis "Neo-atheism" seperti Dawkins.

"Di sebuah toko buku di sudut sempit kota Bouficha, Tunisia, saya menemukan tulisan Hawking dan Darwin," katanya.

"Itulah fakta yang ada hari ini. Silakan kita saling mencaci dan menghakimi antar sesama pemeluk agama. Teruslah kita sibuk dengan perdebatan remeh temeh yang tak pernah ada habisnya. 'Lanjutkan pembantaian-pembantaian atas nama tuhanmu, sosok menakutkan yang kalian ciptakan sendiri itu..', kata Nietzsche.

Dalam konteks Islam, kata Islah dunia sains hari ini pada dasarnya adalah bagian dari kontribusi para pemikir Muslim abad pertengahan.

"Sejarah membuktikan itu. Namun ilmu pengetahuan Islam semakin meredup setelah Islam terus menerus digiring paksa oleh pemeluknya ke arah gerakan-gerakan politik,' kata dia.

"Selanjutnya Islam tidak lagi mampu melahirkan tokoh-tokoh sains sekelas ahli kimia Jabir ibnu Hayyan atau pakar matematika Al-Khawarizmi. Yang dilahirkan hari ini justeru sosok-sosok seperti Osamah bin Laden, Abu Bakar al-Baghdadi atau Abu Bakar Baasyir," ujarnya.

Sokongan Dana Gerakan Radikal

Sebelumnya Islah Bahrawi, di Simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika di Hotel Afrika, Selasa (18/7/2023) mengatakan pendanaan gerakan radikal yang masuk dari Timur Tengah khususnya Arab Saudi ke Indonesia sudah lagi bergeser.

Tak lagi disokong oleh lembaga tapi orang per orang.

Menurut Islah perubahan ini tak lepas dari ikhtiar Mohammed Bin Salman, putra mahkota Raja Salman bin Abdulaziz, untuk melunturkan imej Arab Saudi sebagai donatur gerakan kelompok radikal.

"Tapi tetap masih ada yang menjadi donatur untuk gerakan radikal. Hanya saja donatur yang sekarang dilakukan orang per orang. Mereka pengusaha," ucap Gus Islah.

Oleh karena itu semua aksi radikal di Indonesia lahir bukan dari ruang hampa, karena selalu dipengaruhi oleh kepentingan politik pihak luar.

Pendanaan yang mengalir dari Timur Tengah ke Indonesia ini target utamanya adalah eksportasi paham Wahabi. Paham ini menjadi warna tunggal Arab Saudi untuk meneguhkan dominasi Bani Saud.

Gus Islah mengakui, pendanaan dari orang per orang di Timur Tengah ke Indonesia cara dan metodenya beragam. Salah satunya ada yang dititipkan ke TKW yang pulang ke Indonesia.

Sudah menjadi konsep umum, pemahaman radikal atas nama agama apapun menjadi penyakit di mana saja. Bukan saja di Indonesia tapi juga dunia. 

Di sini, kata Gus Islah, agama dijadikan instrumen untuk kepentingan politik kelompok tertentu bahkan negara. "Ini yang disebut politisasi agam," ucap dia.

Menurut hematnya, ketika umat Islam terlalu sibuk dengan politik berarti sudah terjerumus dalam agenda permainan mereka. Padahal, DNA Islam bukan politik.

"Peradaban Islam tidak melekat dengan politik. Sebut saja dinasti Islam yang memimpin dunia, misalnya Andalusia, tidak ada legacy yang diwariskan."

"Masjid berubah menjadi gereja, Al-Qur'an dibakar, dan tidak ada keturunan Islam yang lahir dan berkembang di Eropa setelah dinasti Islam di Andalusia memimpin. Begitu pun dinasti Utsmaniyah, tidak berhasil," beber Gus Islah.

Tak dipungkiri kelompok radikal memang menolak demokrasi. Tapi mereka menggunakan instrumen demokrasi seperti partai politik legal sehingga leluasa bergerak untuk mendirikan tujuan utamanya.

Tentu saja ideologi kelompok radikal ini bertentangan dengan ciri khas bernegara bangsa Indonesia diikat dengan konsensus, musyawarah mufakat dan gotong royong.

"Cita-cita politik kita berpegang pada gagasan ashabiyah Ibnu Khaldun, kesepakatan bersama. Maka sebagai warga Negara Indonesia kita berpegang pada Pancasila", tegasnya.

Gus Islah mengatakan yang diwarisi oleh Nabi Muhammad SAW adalah akhlak dan ilmu pengetahuan, bukan DNA politik.

Nabi Muhammad tidak menuliskan nama untuk jadi penerusnya. Karena memang yang ingin dibangun dalam tradisi nubuwah setelahnya adalah bukan kekuasaan.

"Yang diwariskan Nabi adalah akhlak dan ilmu. Oleh sebab itu, yang harus dikejar oleh para mahasiswa adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terbukti menjadi sebab kemajuan", pesan Gus Islah untuk mahasiswa peserta Simposium.

Gus Islah juga mengingatkan dampaknya ketika kelompok radikal ini menguat dengan paham politik Islam pesanan luar, maka memori kolektif bangsa Indonesia dengan tradisi dan leluhurnya akan hilang.

Itulah yang terjadi di Arab Saudi. Di mana Bani Saud akan memberangus warganya jika secara keyakinan dan politik berbeda dari kerajaan. Maka yang ada hanyalah sejarah Bani Saud, bukan sebelumnya.

tribunnews.com
kaiharis
surya.paloh69
viniest
viniest dan 10 lainnya memberi reputasi
11
2.5K
266
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.