c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Papua Masuk Wilayah Kesultanan Tidore, Apakah Benar Seperti Itu?






Hi sobat kaskus,


Kesultanan Tidore adalah salah satu kesultanan yang berada di wilayah Maluku Utara, Indonesia. Kesultanan ini memiliki sejarah panjang yang melibatkan peran penting dalam perdagangan rempah-rempah, khususnya cengkih, pada masa lalu. Berikut adalah ringkasan sejarah Kesultanan Tidore:

Awal Mula: Kesultanan Tidore didirikan pada abad ke-13 oleh Raja Tidore pertama, yaitu Raja Marehen. Pada awalnya, wilayah ini merupakan bagian dari Kerajaan Ternate yang merupakan kesultanan tetangga, namun kemudian terpisah menjadi entitas yang independen.



Persaingan dengan Kesultanan Ternate: Seiring berjalannya waktu, Kesultanan Tidore menjadi salah satu kekuatan penting di Maluku, terutama dalam perdagangan rempah-rempah. Namun, terjadi persaingan sengit antara Tidore dan Ternate atas kendali wilayah dan perdagangan rempah-rempah, khususnya cengkih.

Peran dalam Perdagangan Rempah-Rempah: Kesultanan Tidore dan Ternate menjadi dua pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting di wilayah Maluku. Cengkih adalah salah satu rempah-rempah paling bernilai yang banyak diburu oleh pedagang Eropa pada masa kolonial. Persaingan antara kedua kesultanan ini juga menjadi bagian dari persaingan antara bangsa-bangsa Eropa seperti Portugal, Spanyol, dan Belanda, yang mencari jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku.



Dominasi Kolonial Belanda: Pada abad ke-17, Kesultanan Tidore berhasil mendapatkan dukungan dari Belanda, yang kemudian berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Maluku. Dengan bantuan Belanda, Tidore berhasil mengalahkan Ternate dan mengendalikan sebagian besar perdagangan rempah-rempah.

Penjajahan dan Penurunan Kesultanan: Pada abad ke-19, Belanda berhasil menegakkan kekuasaannya di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Tidore. Kesultanan Tidore dipaksa untuk mengakui kekuasaan kolonial Belanda, dan peran serta kedaulatan kesultanan semakin berkurang.

Periode Modern: Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kesultanan-kesultanan tradisional kehilangan kedaulatannya. Begitu juga dengan Kesultanan Tidore, yang menjadi bagian dari Indonesia sebagai kesatuan negara modern.



Meskipun kesultanan sebagai entitas politik formal telah berakhir, warisan sejarah Kesultanan Tidore tetap hidup dalam budaya dan tradisi masyarakat Maluku Utara. Para pemimpin lokal masih memegang peran penting dalam upacara adat dan kehidupan masyarakat setempat. Kesultanan Tidore juga menjadi salah satu objek wisata sejarah yang menarik di wilayah Maluku Utara.

Lalu bagaimana dengan Papua, yang katanya masuk wilayah kesultanan Tidore?

Pada masa lalu, wilayah Papua (terutama bagian barat Pulau Papua) memang berhubungan dengan Kesultanan Tidore dalam beberapa konteks sejarah. Namun, perlu dicatat bahwa Papua tidak menjadi bagian dari Kesultanan Tidore secara langsung atau menjadi wilayah yang sepenuhnya dikuasai oleh kesultanan tersebut.



Pada abad-abad sebelumnya, wilayah-wilayah di Nusantara (kawasan Indonesia) memiliki hubungan dagang, politik, dan budaya yang kompleks. Beberapa kesultanan, termasuk Kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate (keduanya berada di wilayah Maluku), memiliki interaksi dengan wilayah Papua.

Pada masa lampau, hubungan antara kesultanan-kesultanan di Maluku dengan wilayah Papua berfokus pada perdagangan, khususnya rempah-rempah seperti cengkih. Kesultanan Tidore dan Ternate berperan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan menjalankan kegiatan perdagangan dengan pulau-pulau sekitarnya, termasuk Papua.

Wilayah Papua sendiri pada masa lalu terdiri dari berbagai kerajaan dan komunitas suku yang memiliki sistem pemerintahan lokal masing-masing. Jadi, meskipun terdapat interaksi dengan kesultanan di Maluku, Papua tetap mempertahankan otonomi dan kedaulatannya sebagai wilayah yang terpisah.

Dalam sejarah juga mencatat kalau Kesultanan Tidore kemudian mengangkat 4 Raja lokal di Raja Ampat Papua untuk memimpin di wilayah Waigeo, Misool, Salawati dan Waigama yang merupakan 4 pulau terbesar di antara gugusan kepulauan tersebut, dari situlah kemudian nama Raja Ampat disematkan. Kepulauan Raja Ampat karena kepulauan tersebut memiliki empat orang Raja.



Selain itu, pada akhirnya, dengan tiba dan berkembangnya pengaruh kolonial di wilayah Indonesia, termasuk Maluku dan Papua, kekuasaan kesultanan-kesultanan tradisional merosot dan wilayah-wilayah tersebut berada di bawah penguasaan kolonial Belanda.

Dengan demikian, meskipun ada hubungan sejarah dan interaksi antara wilayah Papua dan Kesultanan Tidore, Papua tidak pernah menjadi bagian integral dari Kesultanan Tidore dalam arti politik atau administratif yang menyatakan bahwa Papua sepenuhnya berada di bawah kendali kesultanan.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. Ane c4punk pamit undur diri, See u next thread.

emoticon-I Love Indonesia



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2023
referensi : 1
Pic : google

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star









madjoeki
bukan.bomat
kokonaga
kokonaga dan 11 lainnya memberi reputasi
12
1.8K
87
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.