Selain di Ukraina, ketegangan antara Amerika dan Rusia baru-baru ini terjadi di Suriah Gan, insiden kali ini melibatkan Su-35 dan MQ-9. Kejadian baru-baru ini di Suriah mengingatkan kita akan kejadian di Laut Hitampada 13 Maret 2023, waktu itu Su-27 menyirami MQ-9 dengan avtur hingga menyebabkan drone jatuh ke Laut Hitam.

Sementara itu pada insiden di Suriah, Su-35 yang merupakan adik dari Su-27 dilaporkan telag melepaskan suar parasut (parachute flare) di jalur lintasan MQ-9 Reaper. Kejadian ini merupakan yang pertama kali. Sementara Pentagon menyebut Rusia berperilaku tidak aman dan profesional. Meskipun aktivitas semacam ini yang melibatkan aset udara Rusia dan AS bukan hal baru di Timur Tengah.

Menurut artikel Military Watch Magazine, kejadian yang melibatkan Su-35 dan MQ-9 terjadi pada 5 Juli 2023. Total ada 3 Su-35 dan 3 MQ-9 yang terbang pada tanggal tersebut. Pada tanggal 5 Juli, MQ-9 hendak melakukan serangan terhadap ISIS, tapi di tengah perjalanan diganggu oleh 3 Su-35.

Sementara Kementerian Pertahanan Rusia menanggapi dengan mengklarifikasi bahwa, pencegatannya terhadap pesawat tak berawak Amerika adalah sebagai tanggapan atas pelanggaran mereka terhadap mekanisme dekonflik antara pasukan kedua negara di Suriah. Menurut Rusia, pesawat Amerika menembus terlalu dalam ke bagian wilayah udara Suriah. Frekuensi penerbangan pesawat AS ke wilayah udara Suriah yang dijaga Rusia meningkat sejak awal bulan Juni 2023.

Karena meningkatnya gesekan dengan pesawat Rusia, Angkatan Udara AS pada 14 Juni 2023 mengerahkan dua pesawat tempur F-22 ke Uni Emirat Arab, dengan basis utama operasi di Timur Tengah; F-22 bisa digunakan untuk menjangkau target di Suriah. Baru-baru ini Angkatan Udara Rusia sendiri pada 6 Juli 2023 memulai latihan dengan Angkatan Udara Suriah untuk kontrol wilayah udara Suriah dan menangkis serangan pesawat asing.



Sementara itu pada 6 Juli 2023, Pentagon merilis video saat Su-35 melepaskan parachute flare ke MQ-9. Dalam video tersebut beberapa Su-35 mendekati MQ-9, diikuti dengan munculnya parachute flare di jalur penerbangan drone.

Dalam insiden ini, tidak ada MQ-9 yang jatuh. Di sisi lain, lokasi dari insiden di Suriah yang melibatkan drone MQ-9 dan jet tempur Rusia belum diungkapkan secara eksplisit, membuat area pertemuan kedua aset udara ini masih tidak jelas.




Parachute flare digunakan untuk menciptakan cahaya terang di langit, biasanya digunakan dalam penerbangan untuk memberi sinyal lokasi pesawat atau untuk menerangi area tertentu di darat. Ketika parachute flare dikeluarkan dari pesawat, kemudian parasut kecil akan mengembang untuk memperlambat penurunannya. Saat suar (flare) turun, perangkat ini akan menyala terang, menciptakan sumber cahaya yang dapat dilihat dari kejauhan.

Dalam penerbangan, parachute flare sering digunakan untuk menandakan bahaya atau untuk menandai lokasi pesawat yang jatuh.  Juga dapat digunakan untuk menerangi zona pendaratan atau untuk memberikan panduan visual bagi pilot selama operasi di malam hari.

Selain dilakukan sebagai penanda lokasi, artikel indomiliter.com; parachute flare juga digunakan sebagai target latihan uji coba penambakan rudal udara ke udara dan udara ke permukaan. Parachute flare berbentuk seperti bom kecil, yang bisa dilengkapi dengan infrared flare atau radar reflector, untuk mendukung uji coba penembakan rudal pencari panas atau rudal yang dipandu radar. Parachute flare untuk uji tembak rudal biasanya dijatuhkan dari external pylon pesawat tempur.



Waktu pembakaran parachute flare yang lebih lama dibandingkan dengan umpan inframerah standar ditambah tingkat penurunan yang juga lambat, punya potensi menimbulkan bahaya yang besar bagi drone Reaper. Di mana drone ini tidak dapat bermanuver dengan kesadaran situasional yang rendah.

Selain menjatuhkan parachute flare, seorang sumber dari USAF mengatakan jika salah satu Su-35 memposisikan nesawatnya di depan MQ-9 sambil menyalakan afterburner. Aksi itu mengakibatkan operator drone MQ-9 kesulitan mengoperasikan drone dengan aman.

Pertemuan Su-35 dan MQ-9 kali ini semakin meningkatkan tensi angkatan udara kedua belah pihak, di mana insiden yang melibatkan pesawat tempur keduanya sudah sering terjadi pada beberapa tahun lalu. Pada 29 Juni 2023, seorang pejabat senior Rusia menyatakan bahwa Angkatan Bersenjata Rusia telah mendeteksi sepuluh kendaraan udara tak berawak (UAV) milik "koalisi anti-teroris internasional" yang dipimpin AS, melanggar peraturan wilayah udara di Suriah selama beberapa hari pada bulan Juni.

Meningkatnya jumlah pertemuan antara drone militer AS dan jet Rusia menimbulkan kekhawatiran bahwa pasukan Rusia suatu saat akan menjatuhkan drone tersebut, jika hal itu terjadi, maka berpotensi mengakibatkan eskalasi yang signifikan antara kedua belah pihak. Serta memperburuk dan memperumit situasi yang sudah sulit di wilayah tersebut.







Referensi Tulisan: Military Watch Magazine, indomiliter.com& bulgarianmilitary.com
Sumber Foto: sudah tertera