Media sosial sempat dihebohkan dengan beredarnya sebuah video seorang ibu-ibu jama'ah haji asal Makassar, Sulawesi Selatan yang berpenampilan mencolok saat tiba di bandara setelah dari ibadah haji.

Pada video yang beredar viral di media sosial tersebut seorang ibu-ibu yang belakangan diketahui bernama Suarnati Daeng Kanang alias SDK mengakui bahwa dirinya mengenakan emas seberat 180 gram yang dibeli dari tanah suci saat dirinya sedang beribadah haji.

Setelah video tersebut heboh dan viral di media sosial, diketahui pihak Bea Cukai Makassar telah mencari tahu fakta serta kebenaran dari adanya pemberitaan tersebut dengan mendatangi secara langsung Suarnati Daeng Kanang ke tempat kediamannya.

Usut punya usut dari pertemuan pihak Bea Cukai dan Suarnati Daeng Kanang di rumahnya, diketahui fakta baru bahwa ternyata emas seberat 180 gram yang dipakai oleh SDK tersebut merupakan imitasi seharga 900 ribu rupiah yang dibelinya menjelang kepulangan dari tanah suci Mekkah ke Indonesia.

Terkait dengan terungkapnya fakta dan kebenaran kepemilikan emas 180 gram yang dibeli oleh SDK dari tanah suci Mekkah tersebut tentu saja mendapatkan berbagai macam komentar tanggapan dari warganet di media sosial.

Warganet yang semula mengaku takjub dengan Suarnati Daeng Kanang yang mampu membeli emas 180 gram di tanah suci, tidak menyangka bahwa mereka telah diprank oleh seorang ibu-ibu dengan menggunakan imitasi seharga 900 ribu rupiah.

Tidak sedikit netizen yang menyebut bahwa SDK hanya ingin disorot oleh media dan viral dengan menggunakan cara-cara tak lazim yaitu pamer emas sepulang ibadah haji dan mengatasnamakan itu sebagai budaya atau kebiasaan.

Membahas tentang pamer harta, sebenarnya perilaku ini tidak bisa dianggap normal atau wajar untuk dilakukan oleh siapapun GanSis.

Pamer merupakan bentuk dari kesombongan yang nyata, dimana seseorang merasa lebih baik atau lebih unggul dibandingkan orang lain entah itu dengan tujuan untuk merendahkan atau memang untuk menunjukkan kelas dan strata sosial.

Adapun pamer harta entah apapun itu bentuknya juga tidak baik bagi diri sendiei GanSis. Selain dapat menimbulkan pandangan negatif dari orang sekitar, juga dapat memancing Agan dan Sista untuk menjadi target kejahatan entah itu perampokan, pencurian, dan penjambretan.

Tentu saja ini dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi kita semua GanSis, yaitu untuk hidup lebih sederhana, tidak mudah pamer dengan tujuan untuk menunjukkan kelas sosial atau untuk mendapatkan penghormatan, dan selalu merendah karena harta adalah titipan semata.