JAKARTA, investor.id – Sebanyak empat bank BUMN terimbas restrukturisasi dan memiliki eksposur utang ke tiga BUMN karya, yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP Tbk (PTPP). Keempat bank itu adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI/BBNI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI/BBRI).

Berdasarkan riset JP Morgan, yang dikutip Senin (10/7/2023), total kredit empat BUMN itu ke BUMN karya mencapai Rp 42 triliun. Akan tetapi, bank-bank itu telah menyisihkan provisi besar untuk pinjaman ke Waskita dan mencukupi untuk BUMN konstruksi lain, seiring dengan turunnya loan at risk. Dengan demikian, imbas restrukturisasi BUMN karya terhadap kinerja kredit empat bank itu minim.

“Artinya, biaya kredit empat bank itu diprediksi masih sesuai dengan panduan yang ditetapkan,” tulis JP Morgan.

Broker asing itu mencatat, BUMN konstruksi berperan besar dalam era booming infrastruktur selama 2015-2019. Mereka bertindak sebagai kontraktor dan investor, yang mau tak mau harus berutang untuk menuntaskan proyek. Hal ini berimbas terhadap neraca BUMN konstruksi.

Waskita, tulis JP Morgan, berinvestasi besar di proyek tol Trans Jawa. Kini, perseroan memiliki 11 ruas tol dengan nilai investasi US$ 5 miliar, setelah menjual delapan tol dalam 3-4 tahun terakhir. Saat ini, sekitar 70% tol Waskita masih dalam proses konstruksi.

Sementara itu, Wijaya Karya atau Wika memiliki 23% saham Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), proyek yang dikerjakan perusahaan patungan (JV) Indonesia dan Tiongkok dengan investasi US$ 7,5 miliar.

JP Morgan menilai, kebanyakan megaproyek yang digarap BUMN konstruksi masih merugi. Ini membuat neraca BUMN konstruksi terganggu. Kondisi ini diperparah oleh naiknya suku bunga pinjaman.

Sejalan dengan itu, tulis JP Morgan, Wika dan Waskita mengajukan skema restrukturisasi utang. Wika telah meminta penundaan pembayaran utang bank. Perseroan memiiliki total utang berbunga Rp 32 triliun kuartal I-2023. Hasilnya, perseroan mencetak rugi bersih Rp 521 miliar pada periode itu.

JP Morgan memprediksi KCJB merugi US$ 100-150 juta per tahun saat mulai beroperasi. Ini akan menambah kerugian Wika berkisar US$ 23-35 juta per tahun.

Dengan margin laba bersih 4-5% per tahun, JP Morgan mencatat, Wika harus menaikkan pendapatan sebesar 42% menjadi Rp 9 triliun untuk mengompensasi kerugian dari proyek KCJB. “Bagi kami, ini sulit diraih oleh perseroan,” tulis JP Morgan.

Sebelumnya, Waskita memperpanjang masa penghentian sementara pembayaran kewajiban (standstill) sesuai keputusan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) Berkelanjutan III Tahap II dan III menjadi September 2023 dari tadinya Juni. Seiring dengan itu, perseroan menargetkan modifikasi master restructuring agreement (MRA) bisa diselesaikan pada Agustus 2023.

Saham WSKT hingga kini masih disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) akibat penundaan bayar bunga utang. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya saat ini belum mendapatkan permintaan pencabutan suspensi dari saham tersebut. Di sisi lain, untuk menentukan tindakan selanjutnya, BEI memerlukan konfirmasi dari pihak terkait perihal kepastian pembayaran bunga utang dari WSKT.

Adapun Wika resmi mengajukan penundaan pembayaran pokok dan bunga kepada perbankan sebesar Rp 12,6 triliun. Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menjelaskan, saat ini perseroan tengah mengusulkan standstill atas fasilitas pokok dan bunga kepada lembaga perbankan.

Pemerintah telah mengeluarkan jurus untuk menyelamatkan Waskita dan Wika dari krisis utang dan arus kas negatif. Pemerintah berencana mengalihkan (inbreng) 75% saham Waskita ke PT Hutama Karya (HK) dan memberikan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 8 triliun ke Wika.

Editor: Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)


Sudah HUTANG nya gede, ber-BUNGA, RUGI pula.