DiNa853Avatar border
TS
DiNa853
Hilang dan Tak Kembali





Pintu lift telah tertutup, hanya ada aku seorang di sana. Yu Ling--teman satu jurusanku di Nanyang Technological University ( NTU ), Singapura--beberapa menit yang lalu memintaku datang ke rumah flatnya di daerah Sengkang Central. Entah, ada hal penting apa yang perlu ia bicarakan sehingga aku harus datang sesegera mungkin. 


Gadis blasteran Indo-China itu telah bermukim di Singapura sejak lulus sekolah menengah pertama. Ibunya bekerja sebagai seorang akuntan bank, sedangkan ayahnya seorang cloud engineering di sebuah perusahaan IT di negara berlambang singa itu. Aku mulai kenal dengannya saat sama-sama mendaftar di NTU. Karena merasa memiliki latar belakang negara yang sama, kami pun mudah mengenal satu sama lain hingga jadi sahabat seperti sekarang. Ayah dan ibuku tinggal di Jakarta, sedangkan aku tinggal bersama kakak perempuanku yang bekerja di sebuah rumah sakit di sana. 


"Nathalie, mari masuk!" pintanya setelah aku menekan bel pintu rumahnya. 


Kami berjalan beriringan. Ia mempersilahkanku duduk di sofa ruang tamu. Sebuah TV layar lebar berukuran 40 inchi terpampang di depan sana pada sebuah kabinet yang memang di desain khusus untuk benda itu. 


"Mau minum apa, Nat?" tawarnya.


"Apa aja, Ling," jawabku seraya mengeluarkan ponsel dari dalam tas selempang. Sebuah pesan wa terkirim ke nomor Kak Irma untuk memberitahu bahwa aku tengah berada di rumah Yu Ling. Tadi aku lupa pamit padanya yang masih berada di dalam kamar. 


Sesaat kemudian, gadis bermata sipit itu membawa dua kaleng minuman cincau dingin dan sebungkus tortilas. Ia menyodorkan satu kaleng, lalu duduk persis di samping kanannku.  


"Kayaknya penting banget, Ling? Ada apa?" tanyaku seraya membuka kaleng minuman itu. 


"Rosi belum pulang dari kemarin, Nat," jelasnya dengan mimik khawatir. 


Rosi alias Rosidah adalah seorang house maid asli Indonesia. Ia sudah bekerja dengan keluarga Yu Ling hampir dua tahun. Masa kontraknya berakhir tepat saat National day Singapura, 9 Agustus nanti. Rencananya akhir Juli, ia akan pulang ke Indonesia untuk mengurus perpanjangan visa dan kontrak kerjanya. Yu Ling cukup akrab dengan janda beranak satu itu. Selain pandai memasak, ia juga rajin dan tidak neko-neko.  


"Have you call her?" (sudahhkah kamu menelponnya?) 


Yu Ling mengangguk, sudah berkali-kali ia melakukannya, tetapi tetap saja tidak tersambung. Ia belum memberitahu kedua orang tuanya yang tengah liburan di Dubai. Biasanya jika Rossi mengambil off day atau hari liburnya, ia akan pulang sebelum pukul tujuh malam. Akan tetapi, kali ini hingga pagi menjelang, batang hidungnya pun belum juga terlihat. 


"Temani aku lapor polisi, Nat, aku takut terjadi apa-apa dengan Rosi." 


"Okay, sekarang?" 

 

"Iya, makanya aku nyuruh kamu datang ke sini secepatnya." 


Tanpa menunggu lama, kami pun segera pergi ke police station terdekat untuk melaporkan Rosi yang hilang. Usai memberikan keterangan, kami pun dipersilakan pulang dan akan dikabari jika ada perkembangan. 


*** 

Sore hari, Yu Ling memutuskan untuk ikut ke tempat tinggalku di Punggol. Ia ingin menginap karena di rumahnya sedang tidak ada siapa-siapa. Kebetulan, aku juga sedang di rumah sendiri, kakakku pulang malam nanti. Usai keluar dari stasiun MRT, kami berjalan bersisian dan mampir ke food court untuk membeli makan malam. Ketika sampai di blok tempat tinggal kami, telah ada beberapa orang menunggu di depan lift. 


"Ladies first," ucap seorang pria keturunan India mempersilakan kami dan dua orang wanita yang lain masuk ke dalam lift. 


"Thanks," balas seorang wanita paruh baya yang masuk terlebih dahulu diikuti seorang wanita yang lebih muda, kemudian kami menyusul. 


Pria itu masuk terakhir, lalu menekan nomor lantai yang ada di dekat pintu. Awalnya, aku tak menghiraukan pria yang kutahu adalah petugas kebersihan di blok ini. Akan tetapi, ia terlihat mencuri-curi pandang ke arah Yu Ling, sehingga aku sengaja berdeham dan mengajak sahabatku itu mengobrol hingga sampai di lantai 10, di mana flat kakakku berada. 


"Tahu nggak, Ling, pria kulit hitam tadi lihatin kamu terus," aduku padanya usai keluar dari dalam lift. 


Ia mengendikkan bahu, "Haiya, don't care, lah, Nat. Mungkin dia terkesima lihatin aku secantik ini," sahutnya asal. 


Aku menghentikan langkah sejenak, "Hmmm, kayaknya enggak, deh, Ling, ekspresinya itu kaya takut-takut gimana gitu," sanggahku. 


"Ah, sudahlah, Nat, kaya detektif aja kamu, buruan buka pintu, aku udah laper, nih. Gara-gara seharian mikirin Rosi jadi nggak sempet makan dari tadi pagi."


Aku pun mengalah, dan mempercepat langkah untuk segera membukakan pintu agar kami bisa makan dengan tenang. Yu Ling memilih segera menyantap makanannya, setelah mencuci tangan dan kaki. Sementara aku memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian terlebih dahulu. 


"Ling, ke NTUC di bawah bentar, yuk," ajakku usai dia mandi dan berganti baju. 


"Mau beli apa ke supermarket malam-malam gini, Nat?" sahutnya setelah melirik jarum yang menunjuk angka 10 pada jam dinding kamarku. 


"Hehe, pembalut."


"Kenapa nggak minta dibeliin Kak Irma kalau pulang nanti aja," sarannya. 


"Kelamaan, dia gantiin temennya jaga sampai pagi, Ling," terangku yang sudah dikabari Kak Irma lewat pesan WA, beberapa menit lalu. 


Akhirnya, kami pun pergi ke supermarket 24 jam itu yang juga hampir ada di seluruh penjuru Singapura. Namun, saat kami turun ke lantai dasar, kami berpapasan lagi dengan pria tadi sore. Ia melirik kami sekilas, kemudian mempercepat langkahnya menghindari kami. 


"Hei, wait!!!" seruku lantang, tetapi segera ditepis oleh Yu Ling. 


"Ngapain, sih, Nat? Ini udah malam," protesnya dengan wajah kesal 


Aku mencebik, "Orang itu aneh banget, Ling, masa lihat kita ketakutan gitu."


Lagi, Yu Ling mengajakku segera pulang dan melupakan sikap pria aneh itu. Katanya, tidak perlu menggubris orang yang tidak dikenal. Mau tidak mau aku pun, menurut saja apa yang dikatakannya dan melupakan sikap pria tersebut.


*** 

Dua hari berselang, belum juga ada kabar dari Rosi. Aku sempat bolak-balik Punggol-Sengkang demi menemani Yu Ling yang butuh seseorang untuk berbagi. Bersamaan dengan itu, blok kami yang terdiri dari 15 lantai dihebohkan oleh kondisi air yang berbau anyir. Sehingga, pihak pengelola memutuskan untuk memeriksa tampungan air yang berada di rooftop. 


Di luar dugaan di sana ditemukan sesosok mayat perempuan yang telah dimutilasi. Sungguh, membuatku mual, mengingat masih sempat menggunakan air itu untuk mck, sebelum airnya berbau. Polisi dan tim forensik segera bergerak untuk menangani kasus itu dan mencari identitas korban dan pelaku. 

****

Yu Ling begitu histeris saat mendapat kabar bahwa korban mutilasi itu adalah Rosidah. Ayah dan ibu Yu Ling pun sangat terpukul dengan nasib yang menimpa pembantu kesayangannya itu. Sehingga memutuskan untuk mengakhiri liburan mereka dan kembali pulang. 


Rosi dibunuh pacarnya yang tak lain adalah petugas kebersihan yang bekerja di blok tempat tinggalku. Hal itu ditengarai karena ia menolak untuk berhubungan intim dengannya. Handphone dan dompet milik Rosi dibakar untuk menghilangkan jejak. Namun, tempat pembuangan mayat itu justru memberikan titik terang bagi petugas untuk mengungkap kasus tersebut. 


Usur punya usut, beberapa bulan lalu mereka tak sengaja bertemu, ketika wanita tiga puluh tahun itu menyusul Yu Ling yang sedang bermalam di rumahku. Dari situ mereka mulai bertukar nomor telepon dan berlanjut hingga pertemuan di hari libur itu. Namun, hari libur yang seharusnya digunakan untuk refreshing dan melepas penat justru berubah menjadi malapetaka. 


___

End 

Demak, 18 Mei 2023

Pict: Pinterest








bang.toyip
indrag057
litata972959
litata972959 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.