Dalam konteks Indonesia, skin whitening masih dianggap sebagai "the beauty standard" yang menyebabkan persepsi negatif terhadap kulit gelap. Hal ini menjadikan cemoohan menjadi hal lumrah ketika seseorang menjalin hubungan dengan pasangan berkulit gelap.

Belakangan ini, pasangan Makruf dan Arum Puspitasari menjadi viral di Indonesia berkat foto dan video prewedding mereka yang menampilkan perbedaan warna kulit. Salah satu video di TikTok mereka telah ditonton lebih dari 18,1 juta kali dalam lima hari sejak diunggah. Video tersebut menampilkan mereka berbusana adat Jawa dengan bangga.

Namun, momen kebahagiaan mereka dirusak oleh serangan online dari troll-troll yang membanjiri kolom komentar dengan kata-kata bodoh seperti "Pasti dia hanya seorang pelawak," "Uang adalah segalanya," dan "Bagaimana dengan anak-anak mereka?"

Pasangan ini membalas serangan tersebut melalui akun TikTok Arum @arum_pps. Mereka dengan tegas menyatakan bahwa cinta mereka adalah nyata dan tidak tergantung pada penampilan fisik.

"Kami bukan orang kaya. Kami hanya orang biasa," tulis mereka menjawab komentar yang menuduh Arum menikahi Makruf karena uang.

"Kami berharap dapat membuktikan keraguan kalian," jawab mereka kepada seseorang yang menganggap hubungan mereka tidak serius.

Menurut Arum, usia 26 tahun, mereka bertemu pada November 2021 ketika Makruf sedang bernyanyi di sebuah kafe di Purwodadi, Jawa Tengah. Arum langsung terpikat oleh sifat rendah hati, kebaikan, dan selera humor Makruf.

Meskipun tanggal pernikahan mereka belum diumumkan, kami, bersama dengan banyak orang yang mendukung Arum dan Makruf secara online, mendoakan kebahagiaan mereka saat memulai kehidupan baru bersama.

Perbedaan warna kulit tidak boleh menjadi penghalang bagi cinta sejati. Kisah Makruf dan Arum mengingatkan kita bahwa cinta sejati tidak mengenal warna kulit, status sosial, atau penampilan fisik. Penting bagi kita untuk merubah cara berpikir dan menghapus stereotip yang sudah ketinggalan zaman. Sebagai masyarakat yang semakin maju, kita harus menerima perbedaan dan menghargai nilai-nilai sejati seperti kebaikan hati, kejujuran, dan solidaritas.

Untuk menanggapi permasalahan ini, ada beberapa solusi yang bisa diambil. Pertama, pendidikan dan kesadaran harus menjadi fokus utama. Dengan pendidikan yang inklusif, kita dapat menghilangkan prasangka dan memperkuat pemahaman bahwa kecantikan dan cinta sejati tidak tergantung pada warna kulit. Selain itu, penting juga untuk mempromosikan keadilan sosial dan melibatkan masyarakat dalam melawan diskriminasi.

Media sosial juga memiliki peran penting dalam memerangi prasangka dan membentuk pemahaman yang lebih baik tentang cinta yang sejati. Dengan konten positif dan inspiratif, kita bisa menciptakan lingkungan online yang aman dan mendukung. Masyarakat juga harus aktif dalam melawan pelecehan online dan melaporkannya kepada pihak berwenang.

Kesimpulannya, perbedaan warna kulit tidak boleh menjadi penghalang bagi cinta yang sejati. Kisah Makruf dan Arum telah mengingatkan kita akan kekuatan cinta yang mampu melampaui batasan sosial dan fisik. Kita harus bersatu dalam mengatasi prasangka dan diskriminasi, serta menghargai keberagaman sebagai kekayaan yang memperkaya kehidupan kita. Semoga kisah mereka menjadi inspirasi bagi kita semua untuk membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan saling mendukung dalam cinta dan persaudaraan.