Sumber Gambar

Setiap orang hidup selalu memilki harapan mimpi dan cita-cita. Seseorang dengan cita-citanya itu tentu berharap bisa menggapainya dan hidup sesuai dengan yang diinginkan. Bagi mereka yang serius, mereka akan bersungguh-sungguh dan bekerja keras demi menggapai cita-citanya. Bahkan mungkin dengan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan.

Menjadi polisi barangkali salah satu cita-cita yang paling diidamkan banyak orang pada saat mereka kecil dulu. Pada saat kecil, kita kerap kali takjub dengan kegagahan seorang polisi dengan seragamnya menegakkan keadilan di luar sana. Hal inilah yang kemudian memotivasi anak-anak untuk menjadi seorang polisi kelak.

Akan tetapi menjadi polisi bukanlah hal mudah. Karena banyak sekali ujian dan rintangan yang harus dihadapi untuk bisa memiliki seragam cokelat yang membanggakan itu. Yang saat kecil selalu kita pandang gagah dan keren. Salah satunya seperti orang tua yang ada di Cirebon ini. Yang sangat mendambakan anaknya bisa menjadi polisi.


Sumber Gambar

Tapi sayangnya cara yang dilakukan pria bernama Wahidin untuk memasukkan anaknya ke kepolisian kurang tepat. Pria yang berprofesi sebagai tukang bubur ini ingin memasukkan anaknya dengan cara instan yaitu dengan menggunakan orang dalam. Seorang AKP dengan inisial SW dan seorang PNS di bidang SDM berinisial HN.

Kabarnya Wahidin menyerahkan sejumlah uang secara berkala kepada SW dengan dalih bisa memasukkan anaknya dengan cepat sebagai Bintara Polri. Awalnya minta 20 juta untuk DP, eh keterusan minta terus hingga tak terasa sudah 300 juta keluar dan diberikan kepada SW sebagai uang pemulus anaknya untuk menjadi Bintara Polri.

Namun nahas, saat ikut tes di Bandung, anak Wahidin malah tidak lulus. Padahal ia sudah membayar uang ke SW yang katanya punya orang dalam untuk membantunya. Mirisnya, Wahidin sampai menjual rumah demi memasukkan anaknya ke Polri. Selain menjual rumah, Wahidin juga menabung sejak anaknya masih SD karena memang sejak dulu dirinya bercita-cita memasukkan anaknya ke Polri.


[URL=https://www.google.com/amp/s/www.cnbc.com/amp/2023/04/01/dont-be-fooled-by-these-9S E N S O Rmon-money-myths-finance-gurus-say.html]Sumber Gambar[/URL]

Sampai sini, apa yang bisa kita pelajari?

Ya, jalur instan sangat beresiko. Hal-hal negatif seperti penipuan ini sangat bisa mengancam kita. Dan kalau sudah terjadi, maka pelajarannya jangan sembarangan cari jalan instan. Apalagi yang pakai bayaran kaya gini. Siapa saja bisa jadi oknum penipu. Kalau memang merasa layak masuk Polri, ya pede saja ikuti tes yang ada.

Menurut TS, sejak awal Wahidin mungkin memang sudah merencanakan anaknya masuk Polri dengan jalur orang dalam. Buktinya ia sudah mengumpulkan uang sejak SD. Kemungkinan dirinya sudah merencanakan semuanya. Sejak awal ia memang ingin anaknya masuk dengan instan sebagai seorang Bintara Polri.


Sumber Gambar

Mungkin selain kasus ini, di luar sana masih banyak hal seperti ini yang terjadi. Di mana seseorang masuk kepolisian bukan karena kompetensi tapi karena uang. Dengan pemulus, mereka pun bisa masuk dengan mudah dan instan. Kualitasnya pun jadi diragukan. Sayang saja di kasus Wahidin ini ia bertemu dengan orang yang salah. Bukannya anaknya masuk malah rugi ratusan juta.

Kini, kita doakan saja supaya Wahidin kembali mendapatkan uangnya. Katena biar bagaimana pun dia korban penipuan. Sekarang ini ia sedang dibantu oleh law firm Hanum NS untuk meminta keadilan ke pihak kepolisian untuk menangkap oknum bernama SW yang menipu tukang bubur ini. Semoga beruntung dan uangnya bisa kembali ya.



Menurut kalian, kenapa orang sampai sebegitunya rela keluar uang demi masukin anaknya ke Polri?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi