Aku adalah orang yang sungguh malang sudah terlahir dari golongan rakyat jelata pun saat sekolahku baru beranjak kelas 3 SMP ayahku penopang ekonomi keluarga sudah pergi menghadap ilahi, namun ketempuh jalan ini dengan sabar semua takdir darinya pastilah itu juga yang terbaik untukku karena dia lebih tahu yang terbaik untuk hambanya.

Bersyukur punya ibu yang sangat pekerja keras, walau hanya seorang wanita namun dengan luar biasa berhasil memberi makan dan menyekolahkan 3 anaknya, aku adikku dan kakakku begitulah ibuku pahlawanku yang raut mukanya mirip seperti salah satu artis kenamaan di negeri ini.

Namanya kehilangan seorang ayah tentu keluarga kami jadi jomplang, banyak cara membantu ibu untuk mencukupi keluarga, kita bertiga berjualan keliling di kampung dengan berbagai macam jenis makanan yang berbeda.



Aku berjualan gorengan di sore itu, dan tanpa disadari karena gorengnya nggak habis habisan akhirnya sampai ke pinggir kota, tapi akhirnya habis juga menjelang malam.

Berjalan menyusuri trotoar yang lengang tiba tiba terkagetkan oleh suara,

"tit, tit, tit "

Kutengok ternyata sebuah mobil warna hitam, seorang ibu ibu muda melongok dari kaca mobil yang sedikit terbuka,

"mas, tolong mas maaf apakah kamu tahu arah Perumahan Cluster Asri Permai"

"oh itu bu, masih jauh sekitar 10 kilometer lagi dari sini, belok kiri kemudian belok kanan, ada tanjakan turun, arah timur ada minimarket yang disebelahnya juga minimarket nah dibelakangnya itu Perumahan Cluster Asri Permai" jawabku,

"oh agak susah ditemukan yah mas"

"tanya tanya orang dipinggir jalan aja bu nanti"

Ibu itu menjawab "kamu bisa nggak mengantarku ke perumahan tersebut?"

"boleh bu, saya juga habis pulang berjualan nih" tegasku.





Saya pun memasuki mobil tersebut yang ternyata adalah seorang anggota DPRD dari kabupeten sebelah, setelah berkenalan aku tahu namanya Harum Suciwati.

Mobil terus berjalan pelan tante Harum, hanya mau dipanggil tante walau saya sebenarnya kurang akrab dengan ucapan tersebut, jika panggilan wanita yang lebih tua kalau tidak sebut ibu ya mbakyu karena mungkin selama hidup jarang menggunakan kata tersebut karena lebih familiar kata "bibi".

Karena sedan berjalan lambat kita saling bercerita atau lebih tepatnya tanya jawab hingga tahu bahwa tante harum ke Griya Permai untuk menemui suaminya di rumah wanita lain disana, sebenarnya bukan untuk melabraknya karena memang keretakan rumah tangga tante Harum dengan sang suami telah lama terjadi, hanya agar mempercepat proses perceraian saja kata tante Harum.

Aku hanya manggut manggut-manggut saja karena tak tahu apa yang sebenarnya ia bicarakan mungkin juga karena masih bujangan, hingga tak terasa telah sampai di Griya Permai walau sebenarnya justru sekarang saya harus berjalan lebih jauh lagi menuju rumah sendiri tapi tak apalah, namanya juga bantu orang lain.

"terima kasih ya mas sudah bantu saya"

"oh iya tan sama sama, saya pulang ya tan".



Tante Harum tiba tiba memegang tanganku "lho kok pulang, bukannya ini jauh dari rumahmu lebih baik tunggu saya sebentar, nanti tante anterin sampai kerumah kamu setelah urusanku selesai" janji tante harum.

"tunggu saja di mobil, aku cuma sebentar".


Bersambung...