Di sini gue cuma mau ngebahas aja karena belum lama ini gue bahas soal menikah tanpa nafsu sama temen kantor gue. Jadi gue bahas ini juga karena pengalaman gue pribadi sebelumnya. 

Jadi gue nonton di YouTube. Dr. Boyke ngebahas soal ini. Waktu itu ada bintang tamu yang bertanya, "Apakah bisa langgeng jika menikah tanpa nafsu?" Maksudnya adalah cewek yang dinikahi seorang cewek yang baik, lucu, jago masak, jago ngurus anak tapi di ranjang ternyata ga bisa memenuhi hasrat suaminya. Misal body, face atau hasrat-nya tidak sesuai dengan selera suaminya.

Dr. Boyke menjawab, "tidak bisa." Menurutnya sex itu penting, kalau itu tidak terpenuhi dikhawatirkan akan berselingkuh.

Karena itulah di luar negeri kadang pasangan itu tinggal bersama untuk simulasi berumah tangga. Selain mencocokkan sifat, sikap, mereka juga mencocokkan hasrat seksual. Kalau di Indonesia jelas hal seperti ini adalah hal yang tabu. Sex before married, kumpul kebo, tinggal bersama adalah hal yang dilarang oleh agama, norma, dan etika kalau di Indonesia. Berbeda dengan negara Barat seperti Amerika, Eropa atau negara asia seperti China, Jepang dan Korea. Hal tersebut sudah biasa.

Jadi Dr. Boyke menyarankan, selain sifat dan sikap, saat pacaran pasangan juga harus menyadari kalau mereka berdua saling nafsu, ya ga perlu test drive dulu juga, saat pelukan atau saat memandang juga pasti ketauan kan loe nafsu atau kaga sama pacar luh? Apakah loe menginginkan pacar luh? You know what i mean.

Karena itu mencari pasangan berarti bukan cuma sekedar kaya raya, baik hati, jago masak, jago ngurus anak, jago cari duit, tapi juga harus saling nafsu dalam hal berhubungan, saling menginginkan, makanya setiap orang ada tipe kan, gue aja kalau nonton p0rn ga semua ceweknya gue suka bahkan di antara 20 cewek pemeran film dewasa, gue cuma suka 2 cewek doank yang bisa bikin gue nafsu, sisanya filenya gue hapus karena ga tertarik.

Bukan cuma tipe doank, seperti contoh kalau istri ga suka begituan maunya sebulan satu kali doank, sedangkan suami maunya sepuluh kali dalam sebulan. Dari sana aja udah beda hasrat. Khawatir timbul ketidakcocokkan.

Gue pribadi setuju sih sama Dr. Boyke. Kalau menurut kalian gimana?