nanitrianiAvatar border
TS
nanitriani
Beranjak Dewasa, Teman Hidup Hanyalah Sepi. Begitu, kah?

Ketika terlepas dari masa remaja yang bisa dikatakan menyenangkan: punya banyak teman, banyak waktu untuk pergi bermain, bersenang-bersenang, dan tertawa. Namun, ketika semuanya berakhir: teman berkurang, jarang pergi bermain, jarang bersenang-senang, dan sedikit waktu untuk tertawa, mungkin itulah namanya “dewasa”. Tidak semua orang dewasa merasa seperti itu, mungkin sebagian kecil, atau bisa jadi sebagian besar. Apakah Gan/Sis juga termasuk ke dalam sebagian itu?

Tidak bermaksud membahas kehidupan orang lain, thread ini hanya serpihan kecil dari kisah pribadi yang mungkin sebagian dari pembaca turut merasakan hal-hal berikut ketika sudah beranjak “dewasa.”

1.     Merindukan Masa Lalu


Sewaktu kecil, aku pribadi mendambakan menjadi orang dewasa. Bagaimana, sih, menjadi dewasa itu? “Aku menginginkan hidup bebas tanpa ada kekangan dari orangtua atau dari orang dewasa di sekitar. Mungkin menyenangkan menjadi dewasa, bisa berkuasa dan mendikte anak kecil.” Ya, pikirku kala itu. Namun, setelah dirasa, masa kanak-kanak dan masa remaja jauh lebih menyenangkan. Menurutku, lebih mudah ketika hidup hanya mengikuti arus aturan yang ditentukan orang dewasa dibandingkan dengan harus menentukan jalan hidup sendiri. Rasa ingin diperhatikan dan dipedulikan masih ada, namun dunia memaksa untuk hidup mandiri dan kuat. Berat, bukan?

2.      Ditinggalkan Teman Dekat


Ketika melihat cerita teman dekat yang dibagikan di media sosial, yang dulu sangat dekat, yang dulu seperti saudara, yang dulu menangis dan tertawa bersama, yang dulu makan satu piring, bergandengan tangan, dan berjalan beriringan, duh, sayang, dia kini tertawa bersama teman barunya. Sedangkan aku masih tenggelam di masa lalu, merindukannya. Sekadar pengingat bagi diri sendiri secara khusus, perlu digaris bawahi, sebenarnya tidak ada yang meninggalkan dan ditinggalkan. Merasa ditinggalkan oleh teman dekat itu hanya perasaan belaka. Untuk berusaha menenangkan diri ketika merasa sendiri, harus ada objek yang disalahkan, yaitu menuduh orang lain meninggalkan kita. Padahal, memang semuanya berjalan seperti seharusnya. Ketika beranjak dewasa, satu persatu teman menjalani kehidupan masing-masing dengan jarak yang membentang jauh. Sekali lagi, tidak ada yang meninggalkan dan ditinggalkan secara disengaja, masing-masing menjalani hidup seperti biasanya dengan garis hidup yang berbeda.  

3.     Khawatir Karena Belum Kunjung Menikah


Untuk Gan/Sis yang sudah ada di fase dewasa, hati dirasa siap menikah, namun ternyata belum ada jodohnya? Baik, aku punemoticon-Big Grin. Kesepian semakin melanda ketika melihat teman-teman sebaya sudah mendapatkan pasangan hidupnya. Ketika sepi mengungkung, perasaan iri melihat orang lain sudah memiliki teman hidup. Sedangkan aku? Masih sendiri saja. Rasanya, aku pun butuh teman mengobrol saat hendak tertidur di malam hari, tertawa kecil dengan suara lembut karena setengah kantuk, mempunyai tempat untuk mengadu ketika seisi dunia sedang tidak berpihak. Namun apa boleh buat, lagi-lagi harus mendekap sunyi kala malam menyepi.

4.     Circle Pertemanan Semakin Sempit


Saat dewasa, tak mudah untuk berteman dengan setiap orang yang ditemui. Jika tak saling membutuhkan, maka tak berteman. Sesederhana itu menjadi orang dewasa versi diriku, namun, ya, cukup memilukan. Saat dewasa, aku pun memiliki teman, untuk berbagi tawa, berbagi tangis, bertukar pikiran, berfoto bersama untuk membagikan senyum atau untuk sekadar membagikan keadaan sibuk karena memang ingin terlihat sibuk, namun tidak untuk berbagi cerita, beban di hati, masa lalu yang menghantui. Tidak. Mempercayai seseorang untuk berbagi cerita yang datang dari hati tak semudah saat remaja dahulu. Pemikiran semakin dewasa, semakin pula mem-filter apa yang keluar dari mulut. Jika dirasa tak terlalu penting dan orang lain tak perlu tahu, maka bungkam. Ketika berteman sudah menggunakan akal sehat dewasa, semuanya tidak seru lagi. Ada yang setuju?

5.     Memendam Sendiri Permasalahan Hidup


Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, semakin dewasa, semakin menurun pula tingkat kepercayaan kita kepada seseorang. Karena itu, jika dilanda masalah, sedang galau, sedang gundah, dan lain sebagainya, lebih nyaman untuk mengurung diri di kamar dan mendengarkan musik yang membuat tangis pecah tak terpendam. Terkadang, semakin otak digunakan, semakin malas mengutarakan apa maunya hati. Ada kalanya, memutuskan untuk bercerita kepada seseorang ketika dada terasa sesak, malah membuat keadaan semakin parah, membuat luka semakin menganga. Maka dari itu, seringkali lebih memilih untuk memendamnya sendiri daripada harus menceritakannya namun tak berpengaruh apa-apa bahkan membuatnya semakin parah. Karena semakin dewasa, semakin sadar bahwa tak ada yang patut diandalkan selain diri sendiri.  

 

Bagaimana? Ada yang sedang merasakannya juga?

Kata siapa dewasa itu menyenangkan? Ketika ingin tertawa bebas, namun sering tertekan. Bahkan ketika ingin menangis pun, harus ditahan, apa menyenangkan? Duh, ketika ingin curhat dengan teman-teman, namun ternyata lebih nyaman untuk menelan sepi, apa menyenangkan? Ketika sunyi terasa menenangkan, dan ramai terasa berisik, apa menyenangkan?

Untuk menenangkan diri sendiri di fase dewasa ini, tidak ada pihak yang perlu disalahkan. Kunci dari segala problematika itu adalah “bersyukur”. Ya, bersyukur akan hidup yang telah diberi. Tak ada salahnya, kok, untuk menangis sambil menyendiri. Tapi, tetap ingat Tuhan, ya. Tuhan telah mengizinkan kita melangkah sejauh ini, menghirup udara segar sampai saat ini, jantung berdetak tiada henti sampai detik ini, semuanya patut disyukuri. Menjadi dewasa mungkin tidak semenyenangkan saat anak-anak dahulu, ketika masih ada yang mengusap air matamu saat menangis, ketika masih ada yang mengompres keningmu saat demam, ketika masih ada yang menyuapi nasi ke mulutmu. Indah, bukan? 

Coba lihat ke belakang, setelah sejauh ini, setelah berhasil melewati banyak rintangan, apa mungkin ingin diulang dari awal? Semuanya begitu berharga dan tak boleh disia-siakan. Maka, tersenyumlah dan lanjutkan langkahmu dengan dada yang lapang. Ingat, sendiri tidak selalu tentang sepi, ada kalanya sendiri itu tentang mandiri dan berani.

Selamat menikmati masa dewasamu!
emoticon-Smilieemoticon-Smilieemoticon-Smilie

Sumber:
Opini Pribadi




Sumber Gambar:
Cover
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Diubah oleh nanitriani 18-04-2023 13:39
kepala.plontos
moemoeh
ytbjts
ytbjts dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.2K
40
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.