Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yellowmarkerAvatar border
TS
yellowmarker
Baru Kali Ini Sepi Order Menjelang Lebaran
Quote:


3 April 2023 09:22 WIB

Kondisi salah satu mesin produksi tekstil yang tidak dioperasikan oleh pabrik tekstil di Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/3/2023). Masifnya kain impor yang membanjiri pasar lokal menyebabkan permintaan yang diterima pelaku industri tekstil Majalaya merosot drastis. (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA, MEDIANA 

Menjelang hari raya Idul Fitri, biasanya pabrik tekstil dan produk tekstil sibuk bukan main untuk memenuhi lonjakan permintaan. Lazimnya, kesibukan ini bahkan sudah terjadi sejak beberapa bulan sebelumnya. Namun, itu tak terjadi kali ini. Boro-boro sibuk hingga lembur, mesin-mesin pabrik malah tak semuanya dapat beroperasi karena sepi order.

Pagi itu, Kamis (30/3/2023), Dedi, bukan nama sebenarnya, tengah berkeliling mengawasi aktivitas operasional produksi di pabrik tekstil tempatnya bekerja. Direktur pabrik tekstil di kawasan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ini sesekali menegur pekerjaan karyawannya atau sekadar menyapa mereka.

Tiba-tiba langkahnya terhenti di depan sebuah mesin. Matanya nanar menatap mesin produksi tekstil yang siang itu tidak beroperasi. ”Bukannya rusak, tapi memang tak beroperasi karena sedang sepi order,” ungkap Dedi.

Padahal, saat ini sedang menjelang Lebaran. Lazimnya, kegiatan di pabrik yang memproduksi kain motif untuk garmen ini selalu luar biasa sibuk menjelang Lebaran. Bahkan, para karyawan harus lembur. Semua mesin bekerja terus siang dan malam dengan kapasitas maksimal 100 persen. Kesibukan itu biasanya sudah terjadi mulai 3-6 bulan sebelum Lebaran. Kini, lanjut Dedi, utilitas produksi pabriknya tidak sampai 60 persen.

Quote:


Tak hanya kesibukan di bagian produksi, biasanya truk kontainer pun berjejer antre untuk membawa kain produksi pabrik. Namun, kini tempat parkir truk lengang. Hanya ada satu truk yang terparkir di sana.

”Tiga puluh tahun saya berkecimpung di industri ini, rasanya baru kali ini mau Lebaran tapi sepi produksi,” ujar Dedi.

Ia meminta agar identitas dan nama perusahaannya tidak disebutkan lantaran khawatir kepercayaan pemasok, perbankan, dan calon pembeli bakal makin tergerus dengan situasi yang tengah dihadapinya.


Kondisi salah satu mesin produksi tekstil yang tidak dioperasikan oleh pabrik tekstil di Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, karena kurangnya order yang masuk, Kamis (30/3/2023).

Menurut Dedi, penurunan aktivitas produksi ini terjadi karena minimnya permintaan dari pembeli. Saat ini pasar dalam negeri dibanjiri oleh produk impor baik yang didatangkan secara resmi maupun ilegal. Tak hanya jumlahnya yang berjejalan memenuhi pasar, harganya pun lebih murah ketimbang produk dalam negeri.

Dedi mengamati, masyarakat lebih memilih produk impor yang lebih murah ketimbang produk dalam negeri lantaran daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih dari tekanan pascapandemi Covid-19. Kebutuhan sandang pun akhirnya dipenuhi dengan barang impor yang lebih murah.

Stok lama

Kondisi serupa juga dialami pengusaha lain di Majalaya. Asep (bukan nama sebenarnya) juga mengeluhkan masa menjelang Lebaran tahun 2023 ini yang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Alih-alih memproduksi kain baru, malahan stok kain lama masih ada sebanyak 40.000 meter dari 120.000 meter yang diproduksi 1,5 tahun sebelumnya. Stok itu belum habis terjual.



”Kami biasa memproduksi kain untuk stok penjualan Lebaran karena konfeksi suka kebanjiran permintaan jahit pakaian. Biasanya, 5–6 bulan sebelum perayaan Idul Fitri, stok kain sudah habis terjual semuanya dan pabrik siap memproduksi kain untuk setelah Idul Fitri. Jumlah stok 40.000 meter itu sebenarnya sedikit, tetapi kok tidak cepat terjual (padahal Lebaran tinggal sekitar dua minggu lagi),” kata Asep.

Karena masih ada stok kain dari tahun sebelumnya, dia mengatakan, untuk pertama kalinya, menjelang Lebaran tahun ini, pabriknya tidak memproduksi kain. Dia juga masih berusaha memasarkan stok atau mencari pembeli yang mau memesan kain baru.

Quote:


Asep yang menjadi produsen kain di Majalaya sejak 1979 ini tentu pernah melewati berbagai masa sepi penjualan selama ia berkecimpung dalam produksi tekstil. Misalnya, krisis moneter 1998 yang membuat pasar dalam negeri menurun. Belakangan juga masa sulit karena pembatasan sosial dalam masa pandemi Covid-19 tahun 2020.

Namun, pada momen Lebaran di tengah kedua masa sulit itu pun, Asep merasa masih bisa menjual cepat kain yang diproduksi dari pabriknya. Sebab, pasar dalam negeri ketika itu belum dipadati kain impor.

”Tahun ini benar-benar sepi. Jika situasi ini berlanjut, saya kira bahaya,” kata Asep.


Aktivitas pekerja di sebuah pabrik tekstil di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/3/2023). Pabrik ini memproduksi kain untuk mode dan kain seprai untuk memenuhi pasar domestik.

Asep menduga, penyebab sepinya penjualan kain karena beberapa hal. Salah satunya, karena pembeli, termasuk konfeksi dalam negeri berskala menengah ke bawah sekalipun, kini cenderung memilih kain impor yang lebih murah.

”Keberadaan kain impor murah merajalela. Sementara kami produsen kain dalam negeri pada saat bersamaan harus berhadapan dengan kenaikan harga bahan baku, benang, dan energi yang signifikan,” imbuh Asep.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Majalaya Aep Hendar Cahyadi membenarkan kondisi itu. Rata-rata pengusaha tekstil di Majalaya kini mengalami penurunan permintaan yang drastis.

”Gambarannya, kalau dulu bisa memproduksi lima jenis kain, sekarang hanya tiga jenis. Jika dulu sarung ramai diburu jelang Lebaran, kini relatif tidak,” ujar Aep yang juga menjabat sebagai Ketua Komunitas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Majalaya.

Dia menyampaikan, sebelum pandemi Covid-19, pelaku industri TPT di Majalaya sudah tertekan dengan adanya produk TPT dari luar negeri, termasuk TPT ilegal dan bahan baku reject. Kondisi ini masih terjadi sampai sekarang. Aep menduga hal itu menjadi penyebab utama sepinya penjualan produk TPT Majalaya, bahkan pada momen menjelang Lebaran.

Baik Dedi, Asep, maupun Aep sama-sama kompak meminta perlindungan pasar dalam negeri dari serbuan impor kain. ”Kami meminta perhatian dari pemerintah untuk melindungi pasar dalam negeri dari impor. Kalau dalam negeri sudah diisi impor, kami pelaku industri tekstil ini jadi kesulitan dapat pasar,” ujar Aep

Editor:
NUR HIDAYATI



Quote:


" Kalo kerja itu pasti untung.
Kalo enga untung ngapain kamu kerja. "
-AR Pajak-


Diubah oleh yellowmarker 14-04-2023 00:03
agam_patra
viniest
78Kg
78Kg dan 11 lainnya memberi reputasi
12
3.5K
137
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.