Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Mantan Presiden AS Menyesal Bujuk Ukraina Serahkan Nuklirnya
Mantan Presiden AS Menyesal Bujuk Ukraina Serahkan Nuklirnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton menyesal tentang perannya dalam membujuk Ukraina untuk menyerahkan senjata nuklirnya pada tahun 1994.
Menurutnya, Clinton Rusia tidak akan menginvasi Ukraina jika Kyiv masih memiliki penangkal nuklirnya.
"Saya merasa taruhan pribadi karena saya membuat mereka [Ukraina] setuju untuk menyerahkan senjata nuklir mereka. Dan tidak ada dari mereka yang percaya bahwa Rusia akan menarik aksi ini jika Ukraina masih memiliki senjata mereka," katanya dalam wawancara dengan RTÉ, dikutip Rabu (5/4/2023). 


Pada Januari 1994, Clinton menandatangani perjanjian tripartit dengan presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin, dan Ukraina, Leonid Kravchuk, untuk menghilangkan gudang senjata nuklir strategis yang tersisa di tanah Ukraina setelah jatuhnya Uni Soviet.
Amerika Serikat juga menjadi pihak dalam perjanjian terkait di akhir tahun yang sama, yang mencakup komitmen Rusia untuk menghormati integritas teritorial Ukraina.
Komitmen ini dipatahkan pada 2014, ketika Rusia menginvasi dan mencaplok Krimea dan makin hancur ketika memulai perang yang lebih luas melawan Ukraina tahun lalu. 


"Saya tahu bahwa Presiden Putin tidak mendukung perjanjian yang dibuat Presiden Yeltsin untuk tidak pernah mencampuri batas wilayah Ukraina, sebuah perjanjian yang dia buat karena dia ingin Ukraina menyerahkan senjata nuklir mereka," tuturnya.
Dia mengatakan Ukraina sejatinya takut menyerahkannya karena mereka pikir itulah satu-satunya hal yang melindungi mereka dari ancaman Rusia.
"Ketika sudah nyaman baginya, Presiden Putin menghancurkannya dan pertama-tama merebut Krimea. Dan saya merasa tidak enak karena Ukraina adalah negara yang sangat penting."
Clinton pun menegaskan dukungan Barat untuk Ukraina harus tetap teguh.
"Saya pikir apa yang dilakukan Putin sangat salah, dan saya percaya Eropa dan Amerika Serikat harus terus mendukung Ukraina," ujarnya. 


Dosen hukum University of Galway, Larry Donnelly, menilai pengakuan penyesalan Clinton "sangat jujur". Menurutnya, hal tersebut dapat dimengerti setelah apa yang terjadi dalam setahun terakhir.
"Dapat dimengerti mengapa dia melakukan apa yang dia lakukan, mencoba untuk denuklirisasi dunia, mencoba untuk meningkatkan hubungan dan terlibat secara konstruktif dengan Rusia... Tentu juga dapat dimengerti mengapa rakyat Ukraina marah tentang hal itu," katanya.
Donnelly menilai banyak dari warga AS dapat tergerak secara moral jika mereka melihat peran Amerika Serikat dalam apa yang terjadi, terutama pada 1994. 


sumber
0
630
36
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.