Berbeda dari kebanyakan buku yang dibuka dengan kata pengantar penulis. Galuh Araya mengawali buku ini dengan sebuah puisi gelap tentang kematian, sebagai pengantar sepuluh cerita pendek dalam 109 halaman yang dikumpulkan dalam satu judul buku Nyanyian Origami.


Judul: Nyanyian Origami
Editor: Elsaja
Proofreader: Elsaja
Cover: Ndey
Tata letak: Elsaja
ISBN: 978-623-9335-0-8
Penerbit: CV. Lumbung Cendekia


Meskipun tidak benar-benar memahami pesan yang dimaksud penulis tetapi aura kegelapan sangat terasa ketika saya selesai membaca puisi tersebut. Semakin komplek ketika seksama memperhatikan cover buku yang bergambar seorang gadis dan cermin yang memperlihatkan bentuk asli wajah Sang gadis.

Quote:

Sesal

Akan menjadi apa
kehidupan yang bersandar pada penyesalan?
dipasung ketakutan
terikat keangkuhan
dipaksa bersumpah untuk tidak berdaya.

Aku bernazar untuk mati
aku disaksikan kehancuran
hidup dalam sistem yang menjijikkan.
menjadi pelayan atas kebencian sendiri.

Aku dibenci surga, tuhan,
Dan hal-hal baik lainnya

Cinta sampah, enyahlah birahi
mendesah, sperma darah, orgasme tiada henti.

Kutuklah aku mati, neraka menanti
mengakar menjalar doa menakutkan.
terikat beban gelap adalah keintiman.

Saksikan!

Aku tersenyum, tak berdaya melambaikan tangan
tanpa daya ...
tanpa perlawanan ...
lihatlah aku ...
Mati.

Ndey-2020


Sebagai gambaran untuk memperjelas tentang isi buku ini, berikut saya tulis sepuluh judul cerita dalam buku ini:

1. Nyanyian Origami
2. Senja Tenggelam di Cangkir Kopi Alda
3. Putih Mata Ayah
4. Dongeng Cinta Piano Usang
5. Perempuan di Depan Kamarku
6. Dua Lelaki Tua
7. Risalah Kesunyian
8. Petarung
9. Hari dimana Aku Ikut Mati
10. Agape

Dari kesepuluh judul tersebut rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan, penulis cerdas dalam membuat judul yang menarik dan anti mainstream. Alih-alih membocorkan isi dari cerita, judul-judul tersebut membuat saya bertanya-tanya, kira-kira tentang apa ceritanya? Namun tak satupun yang dapat diterka.

Antara cerita yang satu dan lain tidak ada kaitannya sama sekali. Dalam kata lain satu buku memuat beragam cerita berada dalam genggaman. Benar, ceritanya pendek dan ringkas tetapi masing-masing cerita mempunyai kesan yang dalam dan kuat. Tentu saja hal itu karena penulis mampu menuturkan kisah dengan apik sehingga saat membacanya kita bisa merasa sedih, muram dan merasakan derita yang dalam.

Seperti gading yang tak retak, begitupun buku ini. Meskipun tidak mempengaruhi cerita tetapi sedikit mengganggu karena ada typo yaitu pada halaman 63. Entah karena faktor apa.


Salam
husnamutia/Mutia AH




Tak banyak yang bisa diketahui tentang penulis (Galuh Araya). Namun selain suka menulis cerpen, penulis juga suka menulis puisi. Beberapa karyanya dimuat di beberapa media. Sudah menerbitkan Buku kumcer ‘Nyanyian Origami’ (2020) yang berisi kumpulan cerita pendek, dan ‘Pohon Insomnia’ (2022) yang berisi kumpulan puisi. Puisi-puisinya bisa dibaca di ideide.id

Terima kasih sudah membaca sampai akhir, tulisan ini adalah opini pribadi penulis dan tentunya banyak kekurangan dalam mereview jadi ane mohon maaf yang sebesar-besarnya.