Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Novianti686Avatar border
TS
Novianti686
DEEPA
DEEPA

(Cahaya)

Oleh: Ovie





21 Maret 2023, hari Rabu. Hari ini libur kerja, dan aku bisa bermalas-malasan kembali ketika jam di dinding menunjukkan pukul 6 pagi. Hemm, suasana Ramadhan sudah sangat terasa sekali, entah apa? namun terasa ada yang berbeda di dalam hati ini. Seperti rasa syahdu, tenang, dan rindu. Aku memejamkan mata untuk menikmati rasa yang bergemuruh di dada ini, dan sungguh sangat menyukainya.

Cahaya matahari masih belum terlihat, hujan sejak subuh membuat Sang Surya malas menampakan dirinya. Gemercik suara hujan pun terdengar seperti alat musik yang bersahutan berbunyi silih berganti menjadi sebuah irama indah. Aku, merasakannya begitu. Di tingkahi denting seng di atap rumah yang tertimpah rintik hujan, hemmm ... merdu sekali.

Di susul suara si Ucrit kucing betina liar yang selalu datang ke rumah kami, sudah seperti biduan saja, mengeong bergantian dengan si Hitam kucing tetangga yang aku kira pacar baru si Ucrit. Sepertinya mereka tengah jatuh cinta, saling mengungkapkan rasa dengan eongan yang bersahutan. Ah, indahnya jatuh cinta tanpa beban dan nikmati saja prosesnya. Mungkin begitu yang mereka lakukan, toh mereka bisa bercinta di mana saja tanpa perlu tempat mewah, indah, apalagi mahal.

"Mah, Alhamdulillah besok Ramadhan, Kakak seneng deh." Tanpa tahu kapan masuknya Putraku sudah duduk di ujung ranjang sambil memijat pelan telapak kaki ini. "Mak Haji mau Mama bikinin apa buat stok makanannya di kulkas?"

"Apa ya? Ayam ungkep, pepes ikan, pindang ikan, itu aja dulu buat beberapa hari. Nanti Kakak anterin ya ke rumah Mak Haji." Putraku sigap mengangguk, wajahnya berseri-seri.
Mak Haji itu Ibuku, dan Putraku yang biasa aku panggi Kakak selalu antusias menyambut Ramadhan. Keduanya selalu rindu dengan bulan suci umat Islam ini, kegiatan mereka akan semakin padat, tanpa berkeluh lelah.

"Doain ya, puasa ini Kakak bisa khatam Al-Qur'an dan hafal beberapa surat."

"Aamiin," jawabku sambil beranjak dari tempat tidur dan memeluk hangat dia. Masya Allah nikmat dan hangat sekali rasanya.

~**~

"Sayang, jadi ke Makam Kakak?"

Elusan di pipi membuat aku terbangun dari tidur, seperti orang linglung, masih terasa sangat bingung.

"Ayok, hujannya udah berhenti." Ucap suamiku lagi, sambil menyingkap gorden dan membuka jendela kamar yang sejak tadi masih tertutup.

"Pah, Kakak!" aku beranjak dari tempat tidur memburu tubuh suamiku memeluk dan menumpahkan semuanya menjadi sebua tangisan. "Yuk, Pah. Mama rindu banget Kakak, besok puasa. Masya Allah, bulan yang selalu Kakak rindu ya Pah. Dua hal yang selalu dia rindu, hari Jumat dan bulan Ramadhan."

Suamiku tidak berkata apa pun hanya mendekap tubuh ini erat, ada tetesan hangat yang jatuh di ubun-ubun kepala ini. Aku tahu suamiku lelaki hebat, namun bukti Cinta Sang Kholik yang diberi-Nya saat ini pada kami adalah bukti Cinta terberat yang harus kami hadapi dan terima dengan sabar dan Ikhlas.

~**~

Jalanan masih basah, daun kering berserakan di sisi kanan, kiri, juga tengah, basah dan becek. Matahari mulai menunjukkan kemilaunya, menyapa semua mahluk di bumi ini dengan binar sinarnya.




Rumput kecil yang menutupi peristirahatan putraku, begitu indah menghijau. Jejak hujan masih terlihat jelas, setiap rumput masih menyimpan sisa air yang begelantung di setiap helai daunnya. Sepoi angin, membuat mereka seolah menari menikmati syahdunya rindu akan nikmat Tuhan yang tidak pernah terhenti diberikan kepada setiap mahluk ciptaannya.

"Assalamualaikum, apa kabar Kak? Mama dan Papa tahu, kamu di sana sudah bahagia bertemu dengan Sang Maha Kekasih. Rindu ini tidak sebanding dengan kerinduan kita untuk berjumpa Sang Khalik dan kekasih-Nya Nabiyalloh Muhammad Saw. Semoga kita berkumpul lagi ya Kak." Aku berpamitan, berkali mengusap batu nisan yang tertulis nama putra tunggal kami.

"Marhaban ya Ramadhan, untukmu lelaki yang selalu merindu bulan suci Ramadhan. Kamu, sudah bahagia, Kak. Mama dan Papa, masih harus melanjutkan langkah perjalanan masih panjang. Semoga kami tetap berada dalam cinta -Nya, ya Kak." Gumamku lagi.

Air mata kembali berurai, rasanya sangat hangat, sehangat belaian putraku ketika masih bersama. Jemarinya selalu gesit menghaous derai air mata ini ketika tahu, Mamanya ini bersedih atau bahkan menagus bahagia.

Ah, dia Putraku dan tentu bukan milikku, dia adalah titipan Sang Maha Cinta. Apalah daya ketika titipan itu diambil kembali, kami hanya bisa berpasrah dan berduka secukupnya saja.

Tuhanku, terima kasih untuk rindu yang Engkau ijinkan tumbuh di hati ini. Kami bersyukur tiada terkira karena menjadi hamba terpilih yang mendapatkan titipan seorang anak yang menjadi cahaya penerang jalan kami menuju Cinta-Mu.


~*Diary -1 Ramadhan*~



“Dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari ra, Rasulullah bersabda, ‘Bila anak seorang meninggal dunia, Allah bertanya kepada para malaikat, ‘Apakah kalian mengambil anak hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Betul.’ ‘Apakah kalian merenggut buah hatinya?’ tanya Allah. ‘Benar,’ jawab mereka. ‘Lalu apa tanggapan hamba-Ku?’ ‘Ia memuji-Mu dan mengembalikan urusan ini kepada-Mu,’ jawab mereka. ‘Dirikanlah sebuah istana di surga untuk hamba-Ku. Namailah rumah itu ‘Baitul Hamdi,’’ perintah Allah,’” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).



Bandung, 23 Maret 2023.

darmawati040
bukhorigan
bukhorigan dan darmawati040 memberi reputasi
2
675
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.