Si Rangking Satu Sekarang Jadi Apa? (Part 3)

Beranda

...

The Lounge
Si Rangking Satu Sekarang Jadi Apa? (Part 3)

cangkeman.net

22-02-2023 02:34

Si Rangking Satu Sekarang Jadi Apa? (Part 3)

Penulis: Fatio Nurul Efendi

Editor: Thiara

Cangkeman.net - Untuk kebanyakan orang, mungkin mendapat peringkat 1 di kelas adalah hal yang istimewa–begitu juga bagi saya. Tapi, itu hanya berlaku ketika saya duduk di kelas 1 sampai kelas 3 SD. Karena selalu rangking 1 di kelas, setelahnya enggak ada yang terasa istimewa lagi.

Mungkin agak sedikit berbeda dengan tulisan sebelumnya dengan judul yang sama (Part 1 dan Part 2). Saya mendapat peringkat satu di kelas bukanlah dengan usaha yang keras dan juga bukan suatu yang saya perjuangkan mati-matian. Wong aku sekolah juga yah sekolah aja, belajar di rumah juga sangat jarang. Bahkan, saya punya kebiasaan kalau besoknya mau ulangan semester atau kelulusan, malamnya begadang; main sama teman-teman. Sombong benar memang saya ini.

Selain peringkat satu di kelas, saya juga selalu menjadi andalan perwakilan sekolah untuk berbagai macam lomba. Hampir semua mata lomba akademik maupun non akademik pernah saya rasakan. Dari olimpiade Sains, Pramuka, paduan suara, pidato, sampai lomba ceramah keagamaan juga saya yang mewakili.

Enggak sampai di situ kedigdayaan saya. Sewaktu SMP, saya menjadi ketua di seluruh organisasi yang saya ikuti. Sampai SMK yang juga mirip-mirip, walaupun enggak pernah menjabat sebagai ketua di organisasi SMK, tetap saja saya selalu menempati posisi penting dalam sebuah organisasi di sekolah. Misalnya wakil ketua, humas, sampai sekretaris yang jabatannya identik diisi oleh perempuan di organisasi sekolah.

Lalu setelah saya lulus SMK, bekerja, hingga kuliah mengambil kelas karyawan, muncul pertanyaan-pertanyaan dengan nada mengolok di media sosial untuk para rangking satu di kelas, tentang nasib si rangking satu di “dunia nyata”.

Katanya, yang dulu rangking satu di kelas, sekarang banyak yang enggak jadi apa-apa. Intinya mereka mau bilang, “Lu dulu usaha mati-matian di sekolah, sekarang enggak jadi apa-apa, kan?”

Itu baru perihal rangking satu. Ada lagi nada-nada sumbang perkara jabatan di organisasi sekolah kaya semacam, “Yang dulu ketua OSIS, sekarang ngapain, yah?”

Sebagai seorang rangking satu yang juga mempunyai jabatan spektakuler di organisasi sekolah, harusnya saya tersinggung sih dengan nada-nada seperti itu. Tapi daripada tersinggung, yah mending saya jawab pertanyaan tersebut.

Walaupun saya tidak begitu berusaha untuk mendapat rangking satu ataupun menjabat sebagai pucuk pimpinan organisasi sekolah, tapi saya begitu menikmati segala macam proses yang pernah mengantarkan saya pada titik itu.

Saya jadi mengetahui bagaimana pola pikir seorang pengajar, karena biasanya, guru-guru dekat dengan anak-anak rangking satu. Saya jadi tau mengajar di sekolah itu bukan cuma mengajar di kelas, tapi juga ada rangkaian administrasi dan segala macamnya.

Dan lagi, saya tau rasanya jadi pemimpin itu seperti apa. Jadi, ketika ada seorang pemimpin apapun, saya enggak mudah membenci sisi personalnya. Hanya kritik kebijakan pemimpin tersebut, lihat sudut pandang dari dirinya, lalu koreksi sudut pandang itu. Hal ini tentu akan sulit dilakukan kalau tidak pernah ngelakoni jadi pemimpin. Yang ada iri dengki mulu, semua hal pokoknya salah. Karena yang benar itu maunya dia yang mimpin, tapi sayang kemampuan tak sampai. Ehhh.

Jadi kalau sekarang ditanya, saya si rangking satu dan si ketua OSIS jadi apa, yah yang jelas jadi lebih baik daripada kalian para penanya itu. Buktinya, saya aja enggak peduli kalian jadi apa, lah kok anda ngurusin saya? Biasanya, orang yang suka ngurusin hidup orang lain kan hidupnya enggak bahagia. Ehhh ….

Tulisan ini ditulis di Cangkeman pada tanggal 28 November 2022