• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • MIRIS! Politik Uang Masih Merajalela Jelang Pemilu, Yakin Yang Terpilih Berkualitas?

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
MIRIS! Politik Uang Masih Merajalela Jelang Pemilu, Yakin Yang Terpilih Berkualitas?


"Kalau suara pemilih dijual saat Pemilu, bisakah kita dapat wakil wakil rakyat yg peduli?"

Alkisah, di sebuah kota kabupaten dekat kota Jambi, ada seorang Pak Haji yang kaya raya dari usaha perdagangan dan dia dikenal dermawan.

Dia punya tanah luas dikota yang oleh banyak orang-orang miskin dihuni tanpa membayar uang sewa sama sekali. Semua itu didiamkan oleh Pak Haji itu. Toh dia anggap, dia belum punya rencana apa-apa dengan tanah itu. Bahkan, bila mereka butuh air, Pak Haji tidak ragu mencari tukang bor sumur untuk melakukan pengeboran dan memasang jaringan pipa pralon ke semua rumah rumah agar orang dapat air bersih.

Kalau diantara para penghuni tidak punya uang buat bayar SPP anaknya, maka Pak Haji dengan sukarela memberikan sumbangan secara ikhlas, tanpa heboh kesana kemari.

Nah, karena sifat sosialnya yang sangat peduli kepada rakyat kecil dan siapapun yang memerlukan bantuan, akhirnya Pak Haji dibujuk oleh teman temannya agar mau ikut Pemilu untuk jadi wakil rakyat di DPRD.

Pak Haji pun ikut mendaftar ke salah satu partai dan seperti biasa buat foto nampang senyum dan ditempel dimana mana. Memang beliau tidak menggebu- gebu kampanye agar terpilih. Prinsipnya; kalau terpilih ya sukur, kalau tidak ya tidak apa-apa! Kalau dia tidak terpilih, semoga rakyat dapat yang lebih baik dari dirinya.

Ketika hasil pemilihan diumumkan, ternyata dia tidak terpilih jadi wakil rakyat di DPRD. Dia tidak terkejut dan itu sama sekali tidak jadi masalah.

Yang marah, justru teman temannya yang menyarankan beliau maju.
Mereka sangat heran: "Mengapa Pak Haji perolehan suaranya sangat kecil?"
Yang lebih aneh lagi, di TPS tempat tanah Pak Haji dipakai orang-orang miskin yang telah banyak dibantu, dia tidak memperoleh satu suarapun.

Ajaib!!!

Akhirnya ada diantara teman-teman Pak Haji melakukan survey kesana kemari, mencari tahu mengapa Pak Haji tidak dapat satu suarapun disana? Jawabannya sangat konsisten!
"Lha Pak Haji tidak kasih uang agar dipilih!".

Jawaban yang membuat marah teman-teman Pak Haji, jadi semua kebaikan Pak Haji selama bertahun tahun tidak ada artinya sama sekali?
Sungguh manusia-manusia yang tidak kenal budi sama sekali.

Pak Haji mengatakan, kalau saya dapat satu suara saja di TPS itu, saya sudah senang. Saya tidak tahu suara siapa itu. Tetapi, tanpa satu suarapun, berarti memang tidak ada yang memilih dirinya sama sekali.
Akhirnya, Pak Haji memutuskan agar tanah dikosongkan dan dijual untuk property saja.

Membiarkan tanah terus dihuni oleh mereka-mereka yang tidak kenal balas budi, bisa sangat berbahaya. Bisa-bisa nanti diserobot dan dibuatkan sertifikatnya. Lebih baik di kembangkan dan dijual saja.

Coba anda fikirkan: "Apakah kualitas manusia yang begitu bisa menghasilkan para wakil atau pemimpin yang peduli terhadap nasib mereka?"

Saya khawatir kalau sampai ternyata jumlah manusia yang menjual suara ketika Pemilu ternyata jauh lebih besar dari pemilih rasional, apa jadinya negeri ini? Sampai sekarang saya belum pernah mendengar fatwa yang mengharamkan jual suara ketika Pemilu.

Ingat; "satu orang satu suara". Suara seorang cendikia yang peduli, rajin memantau berita, mengerti bagaimana seharusnya negeri ini dikelola dan kemana seharusnya kita menuju, sama bobotnya dengan ibu-ibu yang tidak peduli apapun demi sinetron, suaranya sama - sama "satu suara saja".

Apakah anda berpikir kita akan nantinya mendapatkan calon wakil rakyat dan calon pemimpin daerah yang peduli dengan nasib rakyatnya kalau kualitas para pemilihnya seperti itu?

Apalagi, kita juga tidak punya organisasi pemuda independen rasional yang aktif dan setiap saat siap bergerak untuk mengawasi para wakil rakyat dan pimpinan daerah itu.

Para wakil dan pimpinan daerah akan bablas sesuka hati mereka. Paling- paling nanti menjelang Pemilu beli suara rakyat kecil lagi.

Fenomena semacam ini memang sangat memprihatinkan dan sudah sangat masif pula terjadi. Jika tidak disikapi dengan arif, saya khawatir demokrasi hanya menciptakan situasi politik yang transaksional belaka. Jika mau terpilih, siapkah sebanyak-banyaknya uang anda. Jika tak punya uang, maka carilah donatur yang punya banyak uang. Jika donatur membiayai ongkos operasional politik anda, itu artinya anda berhutang kepadanya. Nantinya, hutang tersebut harus anda bayar dengan bagi-bagi proyek, bagi-bagi jabatan atau bagi-bagi konsesi lahan. Lalu, bagian rakyat mana? Mengerikan bukan?

Pada akhirnya, kualitas para wakil rakyat dan pemimpin-pemimpin negeri ini akan sangat ditentukan oleh anda, sata dan kita semua, rakyat jelata kebanyakan. Mulai dari sekarang, pilihlah pemimpin yang punya ide yang cemerlang, visi kedepan yang jelas dan eksekusi kebijakan yang adil dan memihak rakyat kecil.

Bagaimana nih menurut Agan dan Sista semua? Sudah siapkah melakukan hal-hal diatas? Berikan pendapat kalian di kolom komentar di bawah ya. Terima kasih sudah membaca. See you on the next thread.

Narasi : Ulasan Pribadi (Dikembangkan dari postingan Mustafa Husin Baabad)

Sumber Referensi :

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Politik_uang

Copyright © @albyabby912023
tumiskecap
Zero
marwangroove920
marwangroove920 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.