Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

GZuronAvatar border
TS
GZuron
Bak Dongeng Warga Desa Miliarder Tuban yang Kini Hidup Merana
Surabaya - Siapa yang tak kenal kampung miliarder di Tuban. Ya, kampung orang kaya mendadak ini sempat viral setahun lalu saat dunia merasakan wabah COVID-19. Setelah rumah dan lahan pertaniannya dibeli Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP). Mereka memborong mobil, sepeda motor hingga membangun rumah.
Namun satu tahun berlalu, tiba-tiba sebagian warga kampung miliarder Tuban turun ke jalan. Mereka demo karena uang simpanan habis dan tak kunjung diberi pekerjaan usai pembebasan lahan. Mereka hanya mengandalkan hewan-hewan ternaknya untuk dijual mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Warga yang melakukan demo termasuk dalam kategori Ring 1 yang terdampak proyek PRPP, yakni warga Desa Wadung. Mayoritas mereka hanya memiliki tanah pekarangan dan rumah. Hasil uang pembebasan itu hanya bisa digunakan membeli tanah dan membangun rumah kembali

Beda lagi dengan desa lainnya. Mereka mendapat ganti rugi lahan pertanian dan rumah. Seperti di Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji, dan Kaliuntu. Mereka mendapat ganti rugi lahan pertanian dan rumah.

Sementara Kades Sumbergeneng, Kecamatan Jenu, Gianto mengaku sebagian warganya masih bernasib baik dan sudah diberi pekerjaan. Menurut dia, Sumbergeneng menjadi salah satu desa yang lahannya terdampak pembebasan

Warga Sumbergeneng menjadi Kampung Miliarder dan kondisi ekonomi warganya masih baik-baik saja. Sebab, rata-rata lahan yang dibebaskan adalah jenis lahan pertanian yang luas.

Berbeda dengan warga Desa Wadung. Mayoritas lahan mereka yang dibebaskan adalah jenis tanah pekarangan atau rumah.

"Bedanya dengan Desa Wadung, di sana tanah pekarangan (rumah). Kalau di sini (Sumbergeneng) tanah pertanian yang dibebaskan dan rata-rata luas. (Jadi) Warga kami baik-baik saja kondisinya. Tanahnya juga malah tambah luas, meski tempat di sini lebih murah belinya," jelas Kades Gianto saat itu.

Gianto menuturkan warganya yang bekerja sebagai buruh tani tetap bekerja hingga sekarang. Bahkan, tanah garapannya lebih banyak dan luas. Namun, mereka bekerja di lokasi yang lebih jauh. Karena, lahan pertaniannya berada di kampung lain.

"Bagi warga penerima (Ganti rugi) ya baik baik saja, kan garapannya (Lahan pertaniannya) lebih banyak dan luas. Tapi bagi yang dulunya buruh tani lebih jauh lokasi garapannya, karena ada di daerah lain," imbuhnya.

aat ditanya kondisi ekonomi warga pasca pembebasan tanah, Kades Gianto menuturkan nilai ganti rugi yang diterima warga berbeda-beda. Itu menyebabkan perbedaan kondisi keuangan tiap warga.

Menurut dia, ada warga yang memang uang simpanannya tinggal sedikit. Sebab, sudah dipakai untuk membeli lahan maupun rumah. Itu dianggap sudah mencerminkan kondisi ekonomi yang aman.

"Kemarin kan (uang) yang diterima warga beda-beda. Ada yang di bawah Rp 2 miliar. Jadi kalau dibelikan tanah untuk rumah atau mobil, tentu mungkin uang yang tersisa tinggal sedikit. Tapi kan udah dibelikan tanah, jadi aman-aman saja," terangnya.

Dia juga mengakui bahwa ada sebagian warganya yang ikut demo untuk menuntut kerja di kilang minyak. Meski jumlahnya warga yang ikut demo sedikit. Sebab, banyak warganya yang sudah dipekerjakan di proyek kilang minyak tersebut.

"Ya, ada yang ikut demo kemarin, cuma tidak banyak. Apalagi memang selama ini warganya juga sudah banyak yang dipekerjakan di Grass Root Refinery (GRR) Tuban," lanjut Gianto.

Baca juga:
Warga Desa Miliarder Tuban Mengeluh Jual Sapi Demi Hidup, Pakar: Fenomena OKB
Dia menyebutkan, sebagian warganya sudah dipekerjakan sesuai janji dan diposisikan sesuai kebutuhan pekerja di perusahaan tersebut.

"Sudah ada yang dipekerjakan sesuai keadaan (janji) dan kebutuhan pekerja di perusahaan. Ada kemarin land clearing 65-an orang, security sekitar 10 orang saat awal dulu," tandasnya.

Sementara Presiden Direktur Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) Kadek Ambara Jaya mengaku beberapa hari lalu mencapai mediasi antara kedua belah pihak. Hasilnya, akan dipastikan rekrutmen tenaga kerja lokal untuk kilang. Pihak Pertamina juga akan memastikan itu akan berjalan transparan.

"Pihak perusahaan berkomitmen tinggi untuk proaktif melibatkan tenaga lokal dalam proses pembangunan Kilang GRR Tuban. Hingga land clearing (pembersihan lahan) tahap ke-3 yang diselesaikan pada tahun 2021 lalu. Kilang GRR Tuban telah melibatkan lebih dari 300 pekerja, di mana 98 persen di antaranya adalah warga lokal sekitar proyek," terangnya.

Untuk memastikan implementasi rekrutmen tenaga kerja dengan baik dan transparan, proses rekrutmen tahun 2022 didukung PT Pertamina Training & Consulting (PTC).

Selain itu, PTC telah memiliki reputasi dan keunggulan teknis dalam melaksanakan perekrutan tenaga kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Kadek mengatakan setiap tahapan proses rekrutmen juga diketahui para pemangku kepentingan, termasuk pejabat pemerintah setempat.

https://www.detik.com/jatim/berita/d-5930033/bak-dongeng-warga-desa-miliarder-tuban-yang-kini-hidup-merana

Komen TS : Monyet dikasih ubi satu gerobak ya bakal habis dalam sehari, kalau manusia bisa ditanam buat makan seumur hidup
Diubah oleh GZuron 18-01-2023 01:17
accretia8
bukan.bomat
screamo37
screamo37 dan 9 lainnya memberi reputasi
-4
2.5K
49
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.2KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.