Hi sobat sejarah,

Banyak masyarakat Indonesia yang overproud, itu tak lepas dari doktrin yang memang tertanam dalam diri mereka saat itu. Terkadang catatan sejarah memang tak berimbang, apalagi yang diajarkan di buku sekolah pastinya tidak mempelajari sejarah secara detil dan transparan.

Catatan sejarah dari sudut pandang yang lain memang bisa bikin pemikiran kita seimbang, namun dari sisi yang lain semangat patriotik bisa menjadi lemah. Tapi, hal inilah yang akan kita bahas.

Karena kita akan melihat dari sisi kemanusiaan, sisi yang selalu saja dikulik ketika berdemo tentang sebuah perang yang terjadi, dimana banyak jatuh korban, anak-anak dan wanita juga para orang tua dimasa perang kerap menjadi korban.





Maka, kalau dengan lantangnya berkata siap perang, perlu dipikirkan ribuan kali kalau langsung mati mungkin lebih nikmat, kalau tertangkap lalu dijadikan budak bagaimana?

Anak-anak lelaki yang ditangkap, kemudian di doktrin dan dibesarkan untuk menjadi prajurit baru yang akan melawan bangsanya sendiri. Wanita-wanita akan dijadikan budak pemuas nafsu para prajurit, para lansia dan orang dewasa akan dihabisi karena tidak bisa diajak kompromi.

Ini juga yang terjadi di negeri ini, saat itu kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dikumandangkan maka terjadilah "Masa Bersiap" karena aksi kriminal & kekerasan banyak terjadi, dengan sasaran orang Belanda dan Indo-Belanda hampir di seluruh Pulau Jawa & Sumatera.





Banyak orang yang seakan ingin membalas dendam atas apa yang yang terjadi kepada orang-orang Belanda, bahkan dengan mereka orang pribumi yang bekerja kepada orang Belanda juga menjadi sasaran. Mereka menjulukinya andjing NICA, tak heran banyak dari mereka yang habis digebuki oleh warga kerena membantu NICA.

Apesnya bisa meninggoy, karena digebukin dah mirip dengan maling kelas bawah, kalau maling kelas atas kita tahu sendiri mereka tertawa, sambil dadah-dadah ke kamera dan tersenyum karena tahu hukumannya ringan, serta kekayaannya dari hasil maling tak berubah.

Nah, saat itulah masa kelam bagi mereka orang Belanda dan keturunannya, serta mereka yang bekerja dengan orang Belanda. Hal yang berbau SARA jelas menjadi acuan untuk menghabisi mereka, diantaranya selain orang Belanda ada orang-orang Ambon, Minahasa, dan Manado karena dianggap pro Belanda dan beragama sama dengan Belanda, mereka juga dianggap diistimewakan oleh politik kolonial Belanda. Padahal faktanya, banyak juga orang Jawa yang menjadi pegawai dan tentara kolonial. Lalu ada juga orang Cina kaya, kemudian yang disebut Indo, atau keturunan Belanda. Mereka semua menjadi target dan sasaran untuk dihabisi.





Menurut beberapa ahli sejarah, jumlah orang Eropa yang dibunuh berkisar antara 3.500 sampai 20.000 orang. Saat itu terjadilah tindakan keji seperti penyiksaan dan pemerkosaan, kepada mereka sebelum akhirnya dibunuh.

Apakah mereka hanya diam?

Tidak, mereka juga membalas! Orang-orang dari Ambon, Manado dan juga Minahasa tentu tak ingin mati konyol, bahkan orang-orang Cina juga bekerjasama dengan Sekutu dan NICA membentuk Poh An Tui (ada yang menulisnya Pao An Tui), kalau saja Belanda tidak kehabisan dana perang bukan tak mungkin Hindia Belanda masih eksis hingga kini.

Karena agresinya bersama sekutu bisa dikatakan sukses merebut kota-kota besar di Pulau Jawa, hingga Ibukota negara di pindah ke Sumatera Barat.



Jadi inilah sejarah dengan sisi berbeda, yang mungkin tak akan pernah dipelajari di buku pelajaran sekolah.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. Ane c4punk pamit undur diri, See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2023
referensi : 1
Pic : google