s3chamdaniAvatar border
TS
s3chamdani
Fase Mendidik Seksualitas Pada Anak, Sudah Tahukah?

Penyimpangan Anak Sebab Salah Asuhan



Assalamu'alaykum warahmatullah

Kita mungkin selama ini pernah menemui seorang laki-laki yang keras, kaku, datar dan tidak pernah dapat memahami perasaan sang istri? Jika menemui, coba tanyakan kepadanya apakah dahulu, di masa kanak-kanak ia dekat dengan sang ibu? Bisa dipastikan seseorang yang seperti tersebut itu, semasa kecil ia tidak dekat dengan ibunya.

Kemudian, pernah tidak menjumpai laki-laki yang dia merasa kesulitan hidup jika tidak ada sang istri? Ia sangat ketergantungan dengan sang istri, hingga tidak memiliki visi misi yang jelas dalam berumah tangga, tidak paham perannya sebagai sosok ayah. Untuk model seperti ini, coba tanyakan kepadanya dekatkah ia dengan sang ayah di masa kanak-kanaknya?

Mengapa demikian?

Karena figur ayah dan bunda harusnya seimbang dimata anak semasa kanak-kanak mereka. Tujuannya supaya fitrah seksualitas anak itu tumbuh optimal.

Fitrah seksualitas itu diajarkan sejak lahir, dimana di dalamnya berharap sang anak mampu berfikir sesuai kodratnya. Selaku lelaki, hendaknya dapat berperan dan berpikir bagaimana menjadi lelaki, begitu pun perempuan agar menjadi perempuan sejati pula.

Semua itu dapat terwujud apabila peran kedua orang tua untuk dekat dengan buah hati benar-benar diperankan sebaik mungkin.

Untuk itu banyak penelitian yang dapat membuktikan bahwa orang tua yang terpisah dari anak-anaknya di usia dini entah karena bencana alam, perang ataupun perceraian, dan lain sebagainya akan mengalami goncangan psikis, mulai merasa sendiri, tidak memiliki kedekatan, kurangnya sentuhan hingga mengalami depresi.

Sehingga dimasa dewasa, ia akan memiliki gangguan dalam bermasyarakat, hidup dengan gangguan seksualitas seperti benci perempuan, homoseksual, selalu curiga pada hubungan dekat orang.

Untuk itu mendidik seksualitas ini wajib bagi kedua orang tua hadir sejak lahir hingga masa-masa sebelum baligh. Adapun tahapannya yaitu:

1. Umur 0-2 tahun

Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.

Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas.

Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan "saya perempuan" atau "saya lelaki"

Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.

2. Umur 7-10 tahun

Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda, bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, berkomunikasi secara terbuka, bermain dan bercengkrama akrab dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.

Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan.

Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak-anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tata cara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.

Begitu pula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.

Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.

Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.

Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat.

Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.

3. Umur 10-14 tahun

Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki.

Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki yg tidak dewasa, atau suami yang kasar, egois dan sebagainya.

Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.

Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak-anak kita dari kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak-anak kita. Agar ahli kebathilan gigit jari lantas berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.

Wassalam
Tulisan: s3chamdani
Narasi: Oppri


0
960
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & FamilyKASKUS Official
8.8KThread9.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.