suryahendroAvatar border
TS
suryahendro
Panik 'Tsunami' Covid, Warga China Kena Tipu Beli Obat di Pasar Gelap
Jakarta, CNN Indonesia -- Warga China ramai-ramai nekat menyerbu pasar gelap demi mendapat obat flu dan demam di tengah 'tsunami' Covid-19 yang kembali menerpa negara itu.
Gelombang Covid-19 China kali ini membuat warga panic buying membeli obat di apotek atau toko obat lain sehingga mudah kena tipu 'calo-calo' nakal.

Toko obat dan apotek sampai-sampai kehabisan stok obat demam dan pereda nyeri. Orang-orang kemudian beralih ke penjual online yang memasang harga tak masuk akal dan tanpa jaminan bakal datang.

Warga China yang menjajal pasar gelap online adalah Qiu. Ia menghabiskan ribuan yuan demi obat Covid-19 karena salah satu anggota keluarganya sakit. Namun, obat itu tak sampai di tangan dia.

Qiu lalu menceritakan awal mula merambah ke pasar gelap demi mendapatkan obat-obatan. Sebelumnya, ia berkomunikasi secara online dengan seseorang yang mengklaim dari Farmasi Ghitai, Hong Kong.

Orang itu mengaku punya akses Paxlovid dan bisa mengirim beberapa obat ke China. Dia lalu mengarahkan Qiu ke situs farmasi itu.

Qiu lalu membayar 12 ribu yuan atau sekitar Rp27 juta untuk enam boks Paxlovid.

"(Percaloan akses obat) itu tindakan yang memuakkan. Setiap detik berharga saat Anda berusaha menyelamatkan nyawa seseorang," ujar dia.

Sementara itu, Ghitai Farmasi menyatakan situs yang digunakan Qiu untuk melakukan transaksi adalah palsu.

Mereka lalu melaporkan situs dan kekacauan yang dibuat penjual palsu ke polisi.

Lihat Juga :

Diminta China, DK PBB Bakal Rapat Bahas Menteri Israel ke Al-Aqsa
"Ghitai tak pernah menawarkan obat untuk Covid-19. [Kami juga] mengimbau konsumen untuk berhati-hati menghindari penipuan dan kehilangan uang," demikian menurut keterangan Ghitai.

Warga China lain yang sempat berniat membeli obat di pasar gelap adalah Xiao.

Ia "benar-benar bingung" saat melihat iklan online Paxlovid dibanderol 18 ribu yuan atau sekitar Rp40 juta.

Xiao tak jadi membeli obat itu. Beberapa hari kemudian kakeknya meninggal.

Lihat Juga :

5 Kroni Putin yang Murka Pasukan Rusia KO hingga Tewas di Ukraina
"[Saya] merasa putus asa dan tak berdaya," ujar Xiao.

Pihak berwenang China sempat mengatakan tengah menyiapkan paket Paxlovid ke beberapa rumah sakit dan klinik. Namun, banyak orang masih kesulitan mendapat pil itu.

Di tengah krisis obat yang melanda China, sejumlah warga memilih alternatif lain. Beberapa membeli obat Paxlovid buatan India yang lebih murah, Paxista.


https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230105143133-113-896605/panik-tsunami-covid-warga-china-kena-tipu-beli-obat-di-pasar-gelap



=====================================================================


Warga China Putus Asa, Serbu Pasar Gelap demi Obat Covid



Patients lie on beds in the emergency department of a hospital, amid the coronavirus disease (COVID-19) outbreak in Shanghai, China January 4, 2023. Hospitals in Shanghai were overwhelmed by visitors on Wednesday (January 5) as international health experts predict at least one million deaths in China this year, but Beijing has reported five or fewer deaths a day since the policy u-turn. REUTERS/Staff

TEMPO.COJakarta - Keluarga di China menyerbu pasar gelap demi mendapatkan obat Covid-19 yang kian sulit dicari. Rak apotek kosong dan meledaknya jumlah kasus menyebabkan pasar online yang penuh dengan penipuan dan permainan harga menjadi harapan keluar di China.

Gelombang Covid saat ini membuat stok obat di toko menimpis. Banyak orang yang mengantre membeli obat flu dan demam. Banyak yang terpaksa beralih ke toko online untuk mendapatkan obat.

Penduduk di China telah lama dihadapkan pada skandal obat-obat tercemar, uji klinis palsu, dan regulasi yang lemah dalam industri medis. Banyak orang  skeptis terhadap obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri.

Qiu, 22, salah satu di antaranya. Dia mengatakan telah menghabiskan ribuan dolar untuk obat-obatan Covid yang tidak pernah sampai. Dia sebelumnya menghubungi seseorang secara online yang mengaku mewakili Ghitai Pharmaceutical yang berbasis di Hong Kong.
Orang tersebut mengatakan mereka memiliki akses ke stok Paxlovid, obat Covid yang disetujui Beijing yang dikembangkan oleh raksasa obat-obatan AS Pfizer. Obat itu dapat dikirimkan sebagian dari kota semi-otonom ke China daratan.

Setelah diarahkan ke situs web, Qiu kemudian membayar 12.000 yuan atau sekitar US$ 1.740 untuk enam kotak Paxlovid. Namun pil itu tak pernah datang hingga orang yang mengaku sebagai perwakilan memutuskan kontak.

Ini membuatnya terluka, tidak berdaya dan sangat marah. "Itu perilaku menjijikkan," kata Qiu. "Setiap detik berarti ketika kamu mencoba menyelamatkan hidup seseorang."
Dalam sebuah pernyataan, Ghitai mengatakan telah mengetahui versi palsu dari situs webnya. "Ghitai tidak pernah menawarkan obat untuk Covid-19. Kami mengimbau konsumen untuk berhati-hati guna menghindari penipuan dan kerugian finansial," kata perusahaan itu.

Pihak berwenang di China mengatakan mereka mulai mengirimkan Paxlovid ke beberapa rumah sakit dan klinik namun obat itu masih sangat sulit diperoleh banyak orang. 

Beberapa klinik di beberapa kota termasuk Beijing dan kota besar Shanghai mengatakan bahwa saat ini tidak menawarkan perawatan. Klinik itu juga tidak tahu kapan bisa melakukannya lagi.

Harga obat covid pun naik hingga sembilan kali lipat dari harga resmi. Salah satu penjual mengatakan bahwa mereka mengenakan biaya 18.000 yuan atau sekitar US$ 2.610 untuk satu kotak. Mereka mengklaim obat itu akan dikirim dari kota selatan Shenzhen, namun pembeli harus menunggu. 
Kementerian keamanan publik China pada Senin telah memerintahkan tindakan keras terhadap aktivitas ilegal dan kriminal yang melibatkan produksi dan penjualan obat-obatan palsu terkait epidemi dan barang-barang terkait.


China Laporkan 218.019 Kasus Covid 
China melaporkan 218.019 kasus Covid-19 mingguan baru per 1 Januari 2023 menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, dalam laporan mingguannya. China melaporkan lima kematian baru terkait Covid-19 untuk hari Selasa, menjadikan jumlah kematian resmi menjadi 5.258, sangat rendah menurut standar global.
Pada Desember tahun lalu, WHO mengatakan tidak menerima data dari Covid-19 di China tentang rawat inap yang baru sejak Beijing mencabut kebijakan nol-COVIDnya. Beberapa ahli kesehatan pun mempertanyakan apakah mungkin menyembunyikan informasi tentang tingkat wabahnya. WHO mengatakan kesenjangan dalam data mungkin disebabkan oleh otoritas China yang hanya berjuang untuk menghitung kasus


https://dunia.tempo.co/read/1676258/...vid?page_num=1


obatnya dieksport nyari cuan, warganya kedodoran mesti beli hrg berlipat lipat & bahkan jd korban penipuan atau  palsu....



Diubah oleh suryahendro 06-01-2023 11:58
wetp794239
wetp794239 memberi reputasi
1
733
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
78.9KThread10.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.