Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

.nona.Avatar border
TS
.nona.
Sejarah Tahun Baru Yang Tidak Penting!




Sebelumnya saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2023, walau udah lewat hehehe...

Saat ini kita akan bahas tentang sejarah tahun baru, gimana menarik ga nih pembahasan ini? Kalau menarik kita lanjut nih bahasnya.

Sering kita melihat Nataru atau Natal dan Tahun Baru itu banyak diperingati oleh masyarakat Kristen di seluruh dunia, namun disisi lain Tahun Baru juga menjadi pembahasan banyak ceramah di masjid, langgar ketika perayaan tahun baru akan tiba, tentunya dengan konsep yang berbeda.



Sebenarnya tahun baru awalnya tidak terikat pada agama tertentu, bahkan di Kristen, mereka hanya mengadopsi bukan mempelopori perayaan tersebut.

Jadi perayaan tahun baru ini adalah perayaan yang sudah sangat tua, dimana perayaan ini sudah ada sejak peradaban di masyarakat Mesopotamia pada sekitar 2000 SM.

Jadi kalau kita berfikir secara rasional dimanapun itu budaya dan peradabannya, mereka semua akan ada yang namanya tahun baru. Mau pakai perhitungan matahari, bulan atau bintang. Semuanya akan ada namanya pergantian tahun, maka tahun baru bukanlah milik etnis tertentu, atau agama tertentu tapi milik semua orang yang telah mengenal ilmu sains.



Jadi walau tanggal dan bulannya beda tetap saja tahun baru itu akan ada dalam sejarah penanggalan yang ditetapkan. Bahkan di Cina kuno juga mengalami hal serupa.

Jadi manusia dimasa lalu sebelum ada kalender menghitung siklus musim, ada musim panas, dingin, gugur, atau salju, dan siklus itu dihitung ternyata berulang. Siklus ini cukup penting untuk mereka agar bisa bertahan hidup, karena saat itu manusia lebih cenderung menjadi petani.



Ketika dihitung-dihitung siklus itu terus berulang selama 366 hari, dalam waktu tersebut bulan purnama muncul 12 kali. Jadi perhitungannya setahun itu menjadi 12 bulan, itulah hitungan yang dipakai hingga saat ini.

Jadi masyarakat Mesopotamia kuno itu, mereka tahu kapan harus bercocok tanam, berburu, atau ada banjir bandang, dan sebagainya.

Sedangkan di Yunani kuno beda lagi karena kebudayaannya, kombinasi dari Mesopotamia kuno, Mesir kuno, dan India kuno. Jadi di Yunani Kuno tidak fokus pada bulan purnama, jadi mereka membaginya menjadi 10 bulan.



Karena tata letak wilayahnya yang cukup berbeda dengan Mesopotamia, wilayah Yunani lebih dekat kearah pantai. Maka mereka tak berpengaruh pada bulan, tapi sangat terpengaruh pada musim.

Maka titik matahari menjadi penting, ketika matahari menjauh maka musim dingin tiba sedangkan kalau matahari mendekat datangnya musim panas maka hal itu patut untuk dirayakan, karena dapat bercocok tanam kembali.

Lalu di zaman Romawi, saat itu Julius Caesar memutuskan mengganti penanggalan Romawi yang terdiri dari 10 bulan, yang dibuat oleh Romulus pada abad ke-8. Dengan kalender Mesopotamia yang lebih canggih, maka ada penambahan nama bulan dari nama kaisar Romawi yaitu Julius dan Augustus.



Jadi intinya tahun baru itu adalah bagaimana awalnya orang-orang dimasa lampau untuk bertahan hidup, menghadapi cuaca, iklim dan mereka harus memperhitungkan semuanya. Jadi mereka ini punya harapan baru, apa yang akan mereka lakukan di tahun-tahun selanjutnya, karena sudah dapat memprediksi musim agar tidak gagal panen dan sebagainya.

Sumber 1, 2








bang.toyip
pilotamoy141
hallowwolf94
hallowwolf94 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
2.9K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.