amekachiAvatar border
TS
amekachi
Sejarah Hari Ini : Wartawan RCTI Ersa Siregar Tewas Dalam Pertempuran TNI VS GAM






Namanya Ersa, sering dipanggil bang Ersa...!

Dia seorang wartawan stasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)














Kalau kita sering berselancar di yt apalagi jika videonya membahas perang, seperti perang dunia kedua yang biasanya memuat gambar gambar heroik dan pemandangan pertempuran sengit biasanya banyak netizen yang kagum dengan kehebatan meliput berita dan memotret suasana perang tersebut, bahkan sampai berkomentar " kameramen takkan pernah mati, wartawan perang dilindungi hukum jenewa dan lainnya "

Itu cuma simbol pengacungan jempol ke profesi yang paling berbahaya ini, pada kenyataan banyak sekali wartawan peliput perang tewas karena peluru nyasar dan berbagai alasan yang lain

Ya ane sebut wartawan itu pekerjaan yang sangat berbahaya sebab bahaya tak cuma mengintai dia ketika masa perang namun dimasa damai pun banyak yang tidak senang dengan mereka, terutama.....








Sori Ersa Siregar pria kelahiran Brastagi, Sumatera Utara 4 Desember 1951 merupakan anak pertama dari sepuluh bersaudara pasangan Baginda Madjid Siregar serta Nurmia Boru Harahap, bersekolah di sebuah Sekolah SMA di Medan, setelah lulus Ersa kemudian merantau ke Jakarta

Sambil kuliah di Jakarta, Ersa bekerja serta belajar jurnalistik

Kesempatan datang kepadanya berkarier di dunia pertelevisian Indonesia waktu itu di TVRI dengan di dapuk menjadi pembaca berita di program Dunia Dalam Berita antara tahun 1978 hingga tahun 1993
(Ersa juga pernah menjadi wartawan di Majalah Suasana dan Majalah Keluarga)

Kemampuannya tersebut akhirnya dilirik RCTI, mereka merekrut ersa untuk bergabung di RCTI, Ersa diberikan tanggung jawab menjadi translator serta produser











Minggu sore,29 Juni 2003

Ersa Siregar bertugas sebagai reporter di Kuala Langsa untuk meliput hasil operasi pasukan Marinir TNI, dalam perjalanan menggunakan mobil Toyota Kijang dengan plat BK 1753 CO (yang ditumpangi lima orang yaitu sang sopir, Ersa, Ferry Santoro, Safrida dan Soraya/adik Safrida) dari Langsa menuju Lhokseumawe untuk balik ke pos mereka, ditengah perjalanan mereka dihadang sekelompok pria bersenjata yang merupakan kelompok milisi bersenjata dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

Ersa dan rekannya serta penumpang lain diculik dan menjadi tawanan para pemuda yang merupakan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

Kejadian ini dan lamanya Ersa kembali ke Lhokseumawe membuat cemas rekan rekan yang menunggunya

Sampai hari senin tak ada kabar tentang mereka maka pihak rcti menanyakan kabar keberadaan Ersa dan Ferry kepada petinggi petinggi GAM melalui kontak kontak yang mereka punyai

Melalui jubir GAM mereka mendapatkan kepastian bahwa Ersa, Ferry, dan tiga orang lainnya yang satu mobil menjadi tawanan GAM kelompok Ishak Daud,panglima GAM tertinggi di Aceh Timur










Dalam sekapan milisi GAM tersebut mereka berlima di interogasi, milisi itu mencurigai dua kakak beradik Safrida dan Soraya sebagai mata mata (mereka berdua istri tentara)

Selama sepekan berpindah pindah dan ditutup kedua matanya mereka sempat bertemu panglima Ishak Daud yang menurut Safrida dalam tulisannya adalah sosok yang tenang,sopan dan memperlakukan mereka dengan baik...

Sampai pertengahan Desember 2003, ersa dan yang lain tak kunjung dibebaskan,

Spoiler for perundingan tni n gam:


Pada sabtu, 27 desember Ishak Daud ingin menyerahkan tawanan itu secara langsung ke TNI namun sampai senin pagi 29 desember 2003 tak ada kesepakatan antara mereka, semuanya ngotot dengan keinginan cara penyerahan tawanan masing masing

Spoiler for perundingan tni n gam:










Siang harinya terjadi kontak tembak antara TNI dan GAM di desa Kuala Manihan, Simpang Ulim, Aceh Timur.....Ersa ada disana bersama anggota GAM tersebut dan itu pula akhir hidup salah satu wartawan hebat Indonesia berakhir, oleh dua peluru yang bersarang ditubuhnya (dua peluru TNI menembus leher dan dada Ersa)

Tulisan dari media rujukan ane Tirto seperti itu gan namun Mayor Jenderal TNI Endang Suwarya Panglima Kodam Iskandar Muda sekaligus penguasa darurat militer tersebut mengatakan belum bisa memastikan asal peluru tersebut karena Ersa dijadikan tameng hidup oleh milisi GAM tersebut sehingga anggota kami (TNI) tidak mengetahui kalau dilokasi baku tembak tersebut ada seorang wartawan?








Sedikit dari saya tentang (Sejarah Hari Ini : Wartawan RCTI Ersa Siregar Tewas Tertembak Dalam Pertempuran TNI VS GAM) wartawan Indonesia bang Ersa, Sori Ersa Siregar yang meninggal 29 desember 2003 pada umur 51 tahun dan dimakamkan di Carang Pulang, Legok, Tangerang, Indonesia

Ersa meninggalkan seorang istri dan beserta 3 anaknya dalam kemuliaan (Tuti Komala Bintang Hasibuan dan Ridhwan Ermalamora Siregar, Syawaluddin Ade Syahfitrah Siregar, Meiliani Fauziah Siregar) mengenang kembali dan pelajaran bagi bangsa ini, bahwa tak ada yang baik dalam perselisihan apalagi jika berujung dengan mengangkat senjata, budaya orang timur adalah musyawarah untuk mufakat!










Walau dilindungi oleh hukum humaniter internasional yaitu Pasal 4 Ayat A sub 4 Konvensi IV Jenewa 1949 dan Pasal 79 Protokol Tambahan I 1977

"wartawan merupakan salah satu yang harus dilindungi dalam sengketa bersenjata dan selayaknya diperlakukan sebagai warga sipil"

Namun peluru tak bisa menentukan mana yang salah dan mana yang benar, dari alasan salah sasaran dan yang lainnya ada juga yang beralasan bahwa wartawan perang itu lebih berbahaya bahkan daripada seorang jenderal dalam perang tersebut sekalipun, serangannya (pemberitaan, propaganda dan penggiringan opini) yang menyerang salah satu pihak lawan bahkan lebih berbahaya mengantisipasinya daripada mengantisipasi serangan musuh mereka!
(pendapat pribadi dari membaca berita tentang perang)







Jika ada tulisan yang salah atau keliru mohon dikoreksi, baik untuk saya

Baik, terima kasih


Tulisan sendiri :

@amekachi

Sumber tulisan dan gambar dari tirto berjudul "Ersa Siregar Diculik, Ditawan, dan Tewas Diterjang Peluru"

https://www.google.com/url?q=https:/...ouErZLBS7SMp0x

NB :

Tulisan diambil juga dari rekan bang Ersa , Ferry Santoro yang menulis buku berjudul "Antara Hidup dan Mati: 325 Hari Bersama GAM"
Diubah oleh amekachi 29-12-2022 06:46
bigjerro
koi7
MemoryExpress
MemoryExpress dan 23 lainnya memberi reputasi
24
6.3K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.