albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
MISTERI KEMATIAN MARNI : Jasad Tanpa Kepala
Misteri Kematian Marni ( Jasad Tanpa Kepala)

Hamid berjalan menyusuri jalan sempit di sudut kampung Butu. Malam itu seperti biasanya dia melewati jalan yang sama. Dia baru saja pulang dari rumah juragan Ah Tong, pemilik petak-petak sawah di kampung itu. Jam 9 malam adalah waktu terakhir Hamid bekerja. Seharian tadi dia sibuk beres-beres, membersihkan sisa material dan sampah pekerjaan merehab rumah mantan bosnya itu.

Seperti kebanyakan pemuda di kampung Butu, Hamid juga seorang pengangguran. Sudah dua bulan sejak di PHK, dia belum juga menemukan pekerjaan baru. Maklum saja, zaman memang makin sulit. Apalagi Hamid hanyalah tamatan SMP. Sudah tentu lebih sulit lagi. Yang membuatnya sedikit beruntung adalah kemurahan hati Ah Tong. Mantan juragannya yang selalu saja menawarkan pekerjaan jika Hamid sedang menganggur. Sekadar untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bersama istri dan lima anaknya.

Malam itu udara sangat dingin. Seharian tadi turun hujan. Langit masih juga hitam. Tidak ada satupun tanda-tanda kemunculan bintang karena tertutup kabut hitam pekat. Sesekali terdengar suara anjing melolong dan sahut-sahutan bunyi jangkrik sepanjang jalan yang dilalui Hamid.

Tepat setengah jalan dari rumahnya, Hamid melewati area pekuburan Cina. Lumayan, setidaknya di tempat itu agak terang. Komples pekuburan Cina memang sangat terawat dan rapi. Lampu-lampu yang meneranginya pun sangat banyak. Hamid merasa sedikit tenang. Dia sedikit melambatkan langkahnya, sekadar mengatur nafas. Tiba-tiba saja entah berasal dari mana, seorang perempuan muda berperawakan tinggi menyapanya.

"Bang...Bang Hamid"

"Eh...Teh Marni. Habis dari mana, Teh? Kok malam-malam keluyuran"

"Dari sawah, Bang. Antar bekal buat Aa"

"Oh. Mau pulang apa gimana?"

"Engga. Mau ke rumah Ah Tong. Aku ada perlu sedikit"

"Oh, ya. Hati-hati, lho. Di jalan gelap"

"Iya, Bang. Aku jalan dulu"

"Baik, Marni. Aku juga mau lanjut ke rumah"

Hamid meneruskan langkahnya. Nampaknya akan turun hujan lagi. Langit makin gelap dan udara makin dingin. Rintik-rintik air bulir demi bulir nampak terasa jatuh dari langit. Hamid makin bergegas hingga setengah berlari. Beberapa menit kemudian, akhirnya tiba juga ia di rumahnya.

Sang istri segera menyambut Hamid. Dia nampak tergesa-gesa. Sepertinya ada yang ingin disampaikan.

"Bang. Udah dengar kabar, belom?"

"Kenapa, Neng?, Kabar apa emang?"

"Marni, Bang. Marni meninggal"

"Apaa? Yang bener aja kamu"

"Bener, Bang. Tadi habis maghri, jasad Marni ditemukan warga di hutan. Dan parahnya... Ih serem. Aku gak kuat ngomongnya"

"Parah gimana? Maksud kamu apasih, Neng?"

"Dia ditemuin udah gak ada kepalanya, Bang"

"Haahhh... Sadis banget. Kok bisa-bisanya yaa"

"Iya, Bang. Sedih banget ngeliat kondisinya. Udah gitu gak pake apa-apa lagi"

"Maksud kamu? Dia telanjang dan tanpa kepala?"

"Iiyaaa, Bang. Serem"

"Kalau begitu, tadi yang aku temui..." kata-kata Hamid terputus. Tidak jadi dilanjutkan.

"Ketemu siapa, Bang?"

"Eh, anu enggak. Ketemu teman"

"Oohhh..."

Istri Hamid lanjut bercerita. Seharian tadi Marni tidak pulang ke rumahnya. Dia izin mau mengantarkan makanan untuk Dadang tunangannya yang bekerja di sawah. Tapi saat adiknya menyusul ke sawah, Dadang bilang kalau Marni sudah sejak sore balik ke rumahnya. Sang adik kemudian memberi tahu ayahnya bahwa Marni tidak ada di sawah. Sontak saja ayahnya kaget dan segera menghubungi pak RT agar mengumpulkan warga untuk mencari Marni. Saat menjelang gelap, Marni ditemukan dalam keadaan sudah meninggal. Jasadnya tanpa kepala dan dalam keadaan tanpa sehelai benangpun. Entah siapa orang yang begitu tega dan kejam pelaku pembunuhan itu.

Dadang tunangan Marni kini sudah ditahan oleh warga. Beberapa saat kemudian polisi datang dan langsung membawa Dadang untuk dimintai keterangan atas peristiwa itu.

====

Kedua orang tua Narni nampak sangat terpukul dengan kejadian naas itu. Warga sekitar juga turut serta larut dalam kesedihan dan tangisan-tangisan yang histeris. Semua orang syok dan tidak percaya. Mengapa ada orang sekeji itu membunuh Marni.

Hamid terus merenung. Dia mengingat kembali perjumpaanya dengan sosok Marni di jalan tadi. Dia segera sadar bahwa yang tadi mengajaknya ngobrol adalah hantu. Bulu kuduknya tiba-tiba saja bergidik. Hamid merasakan ketakutan yang kian bertambah saat mengingat lagi cerita istrinya tadi. Marni meninggal tanpa kepala dan hingga sekarang kepalanya tidak kunjung ditemukan.

Esok harinya, proses pemakaman Marni pun dilakukan. Dia dikuburkan saja meski tanpa kepala. Tangisan keluarganya pecah saat mayat Marni dimasukkan ke liang lahat. Bahkan ibu Marni nampak pingsan akibat tidak kuat menahan kesedihan itu. Padahal tinggal beberapa hari lagi, Marni seharusnya akan melangsungkan pernikahan dengan Dadang. Tapi apa hendak dikata, takdir Tuhan berkata lain. Dadang dan Marni harus dipisahkan oleh maut.

Telah genap 6 bulan sejak kepergiannya, kematian Marni kini masih menjadi teka-teki. Tentang siapa seseorang dengan penuh nafsu angkara dan kekejian, tega membunuh dan lalu memenggal kepala gadis itu pun tak kunjung diketahui. Hingga kini, jasad Marni yang terbaring di dalam lahat itu masih tanpa kepala. Desas-desus akan penyebab kematian Marni masih ramai dibicarakan hingga menyebar pula ke kampung sebelah.

Sementara Dadang, polisi sudah tak menahannya lagi. Sebab tak ada bukti dan tanda-tanda yang mengarah kalau Dadang lah dalang atau pelaku pembunuhan Marni.
Hamid tetap saja masih menyembunyikan cerita perjumpaannya dengan "hantu" Marni tempo hari. Dia merasa takut jika hal itu diketahui orang lain, termasuk istrinya. Dia juga merasa harus menyimpan rahasia percakapannya itu. Atau jikapun harus menceritakannya, dia tidak perlu menyebutkan kalau malam itu Marni bilang dia ingin ke rumah Ah Tong.

Kecurigaan Hamid mulai tertuju diam-diam pada seseorang. Siapa lagi kalau bukan Ah Tong, bekas juragannya itu. Akhir-akhir ini Hamid melihat gelagat aneh pada diri Ah Tong. Ah Tong seolah acuh tak acuh, atau paling tidak menghindar jika ditanya pendapat soal kematian Marni. Selalu saja seperti itu. Ah Tong hanya menjawab sekenanya. "Kematian Marni itu tidak usah diceritakan terus. Nanti arwahnya tidak tenang di sana". Begitulah kalimat standar yang sering diucapkannya.

Diam-diam Hamid ingin mencari tahu sendiri. Siapa gerangan pelaku pembunuhan Marni. Mengapa orang itu begitu kejam melakukannya. Dan Ah Tong, Hamid menjadikannya sebagai sosok kecurigaan utama.

====

Hamid sudah sangat lama bekerja pada Ah Tong. Sejak masih berusia remaja, Hamid sudah sering dimintai tolong untuk bantu-bantu di rumah Ah Tong. Waktu itu niat awalnya hanya demi menabung untuk membeli sepeda baru. Kalau berharap dari orang tua, sampai dunia ini kiamat pun tidak bakal dibelikan. Kondisi keluarga Hamid sangat miskin. Buat makan saja ayahnya harus bersusah payah menahan malu berutang sana-sini.

Ah Tong seorang saudagar kaya di kampung Butu. Dia juga juragan atas 150 petak sawah. Seorang kaya-raya yang kini juga mulai merambah bisnis "dunia hitam". Dia menyediakan remaja-remaja perempuan untuk dipekerjakan sebagai pemuas nafsu para lelaki hidung belang. Kebanyakan pelanggannya adalah kolega-kolega bisnisnya sendiri. Para remaja itu kebanyakan adalah korban "broken home". Orang tua mereka sudah pisah satu sama lain. Ada juga yang orang tuanya menikah lagi dan istri lamanya ditinggal begitu saja. Kebanyakan dari para remaja itu menganggap Ah Tong sebagai sosok "Malaikat Penolong" karena sudah menyelamatkan nyawa mereka dari kelaparan dan tanpa tempat tinggal yang layak. Oleh Ah Tong mereka ditampung khusus pada sebuah bangunan petak yang mereka sebut "Asrama".

Diantara semua bisnis itu, ada satu hal yang membuat Hamid curiga. Beberapa orang remaja yang ditampung Ah Tong dikabarkan menghilang. Konon katanya dikirim ke kota untuk dipekerjakan di pabrik-pabrik konveksi. Namun hingga kini para remaja itu tidak pernah kembali lagi. Entah ke mana mereka, Hamid pun juga tidak tahu. Dia juga enggan untuk bertanya akan hal itu pada Ah Tong. Rasanya tidak begitu penting. Lagipula orang-orang kampung juga tak ada yang peduli.

Hamid terus melakukan penyelidikan untuk menjawab rasa penasarannya perihal kematian Marni. Kini dia sengaja lebih sering ke rumah Ah Tong. Ada saja alasannya untuk ke sana. Kadang memang untuk bekerja. Kadang juga sekadar datang untuk mengobrol dan minum kopi.

Setelah beberapa hari, Hamid mulai menaruh curiga pada sebuah ruangan khusus di bagian belakang rumah besar Ah Tong. Beberapa kali secara tidak sengaja dia memergoki Ah Tong keluar dari dalam ruangan itu. Menurut penuturan pembantunya, mereka tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan itu. Perihal bersih-bersih atau merapikannya, Ah Tong sendirilah yang melakukan. Kata Ah Tong, ruangan itu khusus buat dia saja. Untuk sembahyang katanya.

Hamid tidak begitu percaya dengan keterangan yang di dengarnya dari para pembantu Ah Tong. Dia ingin melihat sendiri gerangan apa rupanya isi ruangan itu. Bagaimana keadaan di dalamnya. Apa benar itu adalah tempat ibadah. Atau jangan-jangan ada rahasia yang disembunyikan Ah Tong di dalam ruangan khusus itu.

Pada suatu malam, Hamid mulai merencanakan sesuatu. Dia sangat yakin jika ruangan khusus itu menyimpan rahasia yang ada hubungannya dengan kematian Marni. Dia mulai menyusun strategi agar dapat menyelinap masuk ke dalam tanpa diketahui oleh Ah Tong. Sebelumnya para pembantu memberi tahu bahwa biasanya setiap malam Jumat Ah Tong akan berada di dalam. Biasanya menjelang tengah malam.

Informasi dari para pembantu Ah Tong sangat berarti bagi Hamid. Termasuk bagaimana mencapai ruangan itu tanpa melewati halaman depan rumah yang tentu saja sesuatu yang rawan untuk dilakukan.

====

Kamis sore keesokkan harinya Hamid melancarkan aksinya. Dia terlebih dahulu meminta izin pada istrinya kalau dia akan berkunjung ke rumah temannya dan akan kembali esok pagi. Setelah pamit dan menghabiskan segelas kopi buatan istrinya, Hamid pun segera berangkat.

Jam telah menunjukkan pukul 22.00 saat Hamid keluar dari rumahnya. Kalau tak ada aral melintang, dia akan tiba ke rumah Ah Tong sejam kemudian. Momen yang paling tepat agar Hamid memata-matai keadaan sekitar dulu dan memastikan tak ada satupun mata yang akan memergokinya.

Di rumah Ah Tong, para pembantu sudah menyiapkan seutas tali yang diikat pada sebuah pohon di halaman belakang rumah itu. Hamid akan masuk ke dalam dengan cara memanjat melalui tali itu. Letak pohon tempat diikatnya tali persis di sebelah ruangan khusus yang akan diselidiki oleh Hamid.

Dengan harap-harap cemas, para pembantu menanti kode dari Hamid yang kini sudah berada di luar, di seberang dinding pagar beton yang akan dipanjati. Mereka menyepakati kode khusus. Siulan sekali artinya tali mulai diikatkan pada batang pohon. Dan siulan dua kali artinya Hamid mulai memanjat pagar.

Setelah menghabiskan sebatang rokok, Hamid memutuskan untuk segera memulai aksinya. Dia mengeluarkan siulan sekali. Para pembantu yang mendengarnya dari dalam segera mengerti.

Dengan tetap tenang dan santai pembantu berjalan menuju sebuah pohon di halaman belakang rumah Ah Tong. Dia sengaja berjalan melewati ruang tengah untuk memastikan kalau Ah Tong masih ada di sana. Pembantu tahu betul kebiasaan majikannya itu yang selalu bersantai dan minum wine di ruang tengah rumahnya pada malam hari. Itu rutin dilakukan menjelang tidur.

Setelah berjalan dan memastikan Ah Tong masih di sana, secepat kilat pembantu segera bergegas ke halaman belakang dan beberapa menit kemudian tali sudah terikat dengan kencang. Utas lainnya lalu dilemparkan ke seberang pagar untuk digunakan Hamid memanjat. Pembantu sedikit menggerak-gerakkan tali itu untuk memberi kode jika tali telah terikat. Tinggal menunggu kesiapan Hamid saja untuk mulai memanjat.

Di seberang, di balik pagar rumah Ah Tong Hamid melihat tali sudah digerak-gerakkan. Itu artinya tidak berapa lama lagi dia akan memulai aktivitas pengintaiannya.

Setelah menghela nafas panjang beberapa kali, Hamid kemudian mengeluarkan siulan kencang dua kali. Segera sesaat kemudian Hamid pun mulai naik memanjati pagar itu melalui seutas tali tadi. Tak berapa lama, kini Hamid sudah berada di halaman belakang persis di dekat ruangan khusus yang jadi targetnya. Dia mengendap-endap dengan pelan dan sangat hati-hati. Jangan sampai kakinya menginjak sesuatu sehingga mengeluarkan bunyi yang akan membuat curiga. Didapatinya sebuah tempat sampah berukuran besar yang sengaja diletakkan oleh para pembantu di sana. Segera Hamid masuk ke dalamnya dan lalu mengintip lewat sebuah lubang kecil untuk melihat keadaan sekitar. Posisi tempat sampah itu sangat ideal untuk memastikan kapan Ah Tong masuk dan berada dalam ruangan khusus itu.

====

Debaran jantung Hamid tidak menentu. Ada perasaan takut juga jika usahanya gagal dan Ah Tong memergokinya. Namun rasa penasarannya mengalahkan semua itu. Dia dengan sabar menanti dari dalam tempat sampah yang jaraknya hanya beberapa meter saja dari pintu masuk ruangan khusus itu. Sesekali dia melihat ke arah jam tangannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu tengah malam tetapi belum juga ada tanda-tanda Ah Tong akan masuk ke ruangan khusus itu. Ah, sial juga. Umpat Hamid dalam hati. Apa mungkin Ah Tong tidak akan masuk ke sana malam ini. Ditenangkannya hatinya sendiri sembari tetap fokuskan pandangan ke arah pintu masuk ruangan khusus.

Tak berapa lama, sayup-sayup terdengar derap langkah dari arah ruang tengah. Makin lama derap langkah itu makin jelas terdengar. Hamid makin memfokuskan pandangannya. Dan akhirnya, Ah Tong muncul juga. Lelaki paruh baya itu nampak santai dan hanya memakai kaos oblong dan sarungan. Dibukanya pintu itu. Ditariknya perlahan-lahan. Lalu setelah sedikit menengok kiri dan kanan, masuklah dia. Dengan sekali tarikan pintu itu ditutupnya lagi. Kini Ah Tong telah berada di dalam ruangan khususnya.

Hamid sengaja menunggu sekira 15 menit sebelum akhirnya perlahan-lahan merangkak keluar dari dalam tempat sampah. Dari luar, Hamid sayup-sayup mendengar suara musik. Semacam musik klasik piringan hitam tempo dulu namun alunan nadanya sangat halus. Seolah bukan lantunan musik biasa mengingatkan Hamid pada sebuah serial TV yang bercerita tentang aktivitas sekte aliran sesat pemuja setan bernama Lucifer. Agak merinding juga rasanya saat itu.

Dengan penuh kehati-hatian dan rasa was-was yang belum juga kunjung hilang, Hamid mengendap-endap menuju pintu masuk ruangan khusus itu. Hamid kini bertingkah bak seorang detektif kelas atas yang akan memecahkan sebuah kasus pelik. Diseretnya tubuhnya perlahan-lahan. Diupayakannya agar tak mengeluarkan bunyi-bunyian sekecil apapun. Sungguh sebuah situasi yang sangat mencekam dan memacu adrenalin.

Selepas bergerak dengan susah payah, akhirnya kini Hamid telah berada tepat berjarak hanya beberapa sentimeter saja dari gagang pintu ruangan khusus. Sambil sesekali menolehkan pandangan untuk memastikan keadaan sekitar, Hamid mulai merangsek meraih gagang pintu itu. Nafasnya yang terus memburu sesekali coba ditenangkannya. Dan, dengan sekali hentakkan pintu pun mulai dibukanya sedikit demi sedikit. Beruntung rupanya pintu itu tidak terkunci. Hanya sedikit dirapatkan.

Hamid kini telah berhasil masuk ke dalam ruangan khusus itu. Tak ada penerangan yang cukup. Kedaan agak remang-remang. Alunan nada dari suara musik yang tadi samar-samar kini semakin jelas. Hamid tidak begitu kenal dengan musiknya. Namun yang tertangkap oleh inderanya saat itu adalah sebuah musik klasik yang menggambarkan suasana yang menyeramkan. Bagai mantra-mantra kuno pemanggil ruh dan makhluk astral. Aroma dupa yang begitu menyengat juga menyelimuti ruangan itu.

Hamid terus mengendap perlahan untuk memastikan keberadaan Ah Tong. Ruangan itu rupanya terdiri atas sekat-sekat kecil. Beberapa patung berukuran kecil dan kaligrafi berbahasa Mandarin juga didapatinya. Kini bau dupa terasa semakin menyengat. Kepulan asap makin memenuhi ruangan. Menambah suasana mistis yang juga makin terasa.

====

Nampaknya usaha Hamid akan segera menemui hasilnya. Tak berapa lama, dari balik sebuah sekat kecil, didapatinya Ah Tong sedang duduk pada sebuah kursi kecil. Membelakangi Hamid yang kini berjarak tinggal beberapa meter saja.

Dengan sigap dan penuh fokus, Hamid memperhatikan pemandangan di depannya. Alangkah terkejutnya dia saat melihat deretan kepala manusia yang tersusun rapi. Kepala-kepala yang berambut panjang itu seolah menghadap Ah Tong. Tidak salah lagi, itu adalah deretan kepala orang-orang yang selama ini tak terungkap.

Dan yang paling menghentak jantung Hamid, sebuah kepala yang kini terpampang nyata di hadapannya. Ya, itu kepala Almarhum Marni. Kepala yang begitu dikenalinya itu kini sedang dielus-elus oleh Ah Tong. Oh ! Sungguh diluar nalar ! Ah Tong mengelus-elus kepala Marni sambil bermasturbasi ria. Sesekali terdengan lenguhan dan erangan kecil dari mulut Ah Tong. Kadang juga berbicara terbata-bata. Tak tahu apa yang diucapkannya sebab dalam bahasa Mandarin. Ah Tong begitu menikmati aktivitas sadisnya itu.

Hamid sudah tak kuasa menahan rasa muak dan tak mampu lagi menahan diri berlama-lama. Dan dengan sekali hentakkan, sebuah bogem keras Hamid mendarat ditengkuk Ah Tong. Suasana ambyar, Ah Tong terkejut bukan kepalang. Hamid mengambil sebuah balok kecil, memukul sekali lagi. Kini bagian lutut Ah Tong. Melihat Ah  Tong sudah tak berdaya, Hamid segera mengambil tali dan mengikat kedua tangan dan kakinya. Tak berapa lama, suara riuh terdengar. Para pembantu datang.

Terkuak sudah misteri kematian Marni dan beberapa gadis remaja yang menghilang secara tiba-tiba. Ternyata dugaan Hamid selama ini benar. Ah Tong lah yang menghabisi nyawa mereka. Dari hasil pemeriksaan polisi, Ah Tong ditetapkan sebagai pelaku tunggal pembunuhan berantai. Menurut keterangan psikiater, Ah Tong mengalami orientasi seksual yang menyimpang dan esktrim. Ah Tong hanya bisa ereksi dan menikmati seks dengan fetish kepala wanita muda yang dibunuh lalu dipenggalnya sendiri.

Keluarga Marni dan seluruh warga kampung Butu kini merasa sangat lega dan berterima kasih pada Hamid. Dan Marni, kini telah menemukan kembali kepalanya yang hilang dan sudah turut dikuburkan bersama jasadnya dengan utuh.

*Selesai*
bukhorigan
indrag057
anasaufarazi810
anasaufarazi810 dan 23 lainnya memberi reputasi
24
5.3K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.