Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

serbaserbi.comAvatar border
TS
serbaserbi.com
Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!
Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Hai Semua!

emoticon-Hai

Sebagai orang Minangkabau, ane tentu bangga sekali dengan popularitas adat dan budaya Minang yang mulai mendunia, salah satunya adalah popularitas randangatau rendang yang bahkan sudah sampai ke bumi Eropa dan Amerika. Hal ini tak luput dari prestasi rendang sebagai makanan paling enak nomor satu di dunia versi CNN International tahun 2011.

Di Indonesia rendang termasuk ke dalam satu dari lima sajian nasional Indonesia. Jadi nggak heran kalau rendang pasti ada dari Sabang sampai ke Merauke. Lebih tepatnya selalu dan pasti ada di seluruh rumah makan Padang di Nusantara. Hal ini pulalah yang membuat warga Indonesia dapat mencicipi cita rasa rendang yang khas (tapi belum tentu otentik seperti yang dimasak oleh koki di daerah asalnya) dengan mudah.

Di Asia Tenggara sendiri entitas rendang lumayan populer. Makanan ini dapat ditemukan di Malaysia terutama di Negeri Sembilan, di Singapura, Brunei, dan Thailand. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan orang Minangkabau yang gemar merantau sejak zaman dahulu. Mereka tak cuma datang membawa badan ke negeri orang, tetapi juga budaya dan adat istiadat. So nggak heran kalau kita melihat ada kemiripan budaya dan adat antara Minangkabau secara khusus dan Melayu secara umum dengan budaya masyarakat di negara-negara yang disebut di atas.

Oke, kembali ke rendang.

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Bagi masyarakat Minangkabau, rendang bukanlah sekadar makanan. Rendang adalah identitas dan warisan budaya yang harus dijaga kemurnian dan keluhutannya. Konon katanya rendang sudah ada sejak era Raja Adityawarman berkuasa. Tak hanya sebagai santapan para pemuka daerah, tapi juga menjadi lauk sehari-hari masyarakat Minang karena rendang bisa tahan dalam suhu ruangan untuk jangka waktu yang lama. Hal ini membuat para perantau Minang yang dulunya berpergian dengan cara berlayar di laut dan sungai-sungai, menjadikan rendang sebagai bekal perjalanan.

Lantas kemudian rendang terus berkembang sampai akhirnya keberadaannya dikukuhkan dalam adat. Hal ini tergambarkan dalam makna filosofis rendang yang sangat luar biasa dalam. Kita semua tahu bahwa proses pembuatan rendang sangat tidak mudah. Butuh bahan yang banyak dengan takaran yang seimbang serta waktu pembuatan yang lumayan lama, sekitar 3-4 jam. Bahkan ada pula kiat-kiat dan aturan-aturan dalam memasaknya untuk menghasilkan cita rasa rendang yang otentik.

Nah, kerumitan dari bahan dan proses pembuatannya ini ternyata erat kaitannya dengan struktur adat di Minangkabau. Berikut ane jelaskan maknanya satu per satu.

Daging

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Daging atau dagiang merupakan bahan pokok dan utama dalam pembuatan rendang. Daging yang dipilih haruslah yang bagus kualitasnya. Biasanya paling dianjurkan untuk memasak bagian paha dan betis sapi. Kualitas daging dapat menjadi patokan berhasil atau gagalnya sebuah rendang.

Secara filosofis, dagiang menggambarkan fungsi niniak mamak di kehidupan adat Minangkabau. Niniak mamak adalah kepala atau pemuka suatu suku. Fungsi dan kedudukan niniak mamak sangat penting dan sakral. Ia adalah tonggak utama dalam adat Minangkabau, seperti halnya daging dalam rendang. Kedudukan niniak mamak sangat tinggi. Ibarat kata, ditinggikan seranting didahulukan selangkah. Ia pemegang tampuk keputusan di bawah musyawarah dan mufakat, dan ia juga bertanggungjawab untuk mendidik anak dan kemenakannya.

***

Santan

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Tak ada rendang tanpa santan, inilah yang membuat santan sebagai bahan pokok kedua dalam rendang. Santan berfungsi sebagai jembatan rasa yang menghubungkan antara daging dengan rempah lainnya, sehingga dibutuhkan santan murni berkualitas tinggi untuk menghasilkan rendang yang sempurna.

Orang Minang percaya kalau santan yang dipetik oleh baruak (beruk/monyet) sangat bagus untuk rendang dibandingkan santan siap jadi yang dibeli secara kiloan di pasar. Soalnya baruak sudah dilatih untuk memilih kelapa yang benar-benar masak dan layak dipakai untuk rendang (bahkan di Kota Pariaman ada akademi khusus yang melatih para beruk pengambil kelapa). Kalau yang kiloan kadang dicampur dengan santan kelapa yang masih menguning atau belum sempurna masaknya.

Dalam rendang, kelapa dimaknai sebagai kehadiran cadiak pandai atau kaum cerdas terpelajar di Minangkabau. Orang Minang terkenal sebagai intelektual yang kritis, sehingga dalam adat dan keseharian masyarakat, cadiak pandai sangat dibutuhkan eksistensinya sebagai jembatan antara niniak mamak, alim ulama, dan kaum masyarakat Minang, sama halnya seperti santan yang menjadi jembatan rasa antara daging dengan rempah.

***

Cabai

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Orang Minang suka masakan pedas sehingga keberadaan cabai atau lado sangat penting dalam masakan Minang. Pun dengan rendang. Rendang yang sempurna menggunakan cabai kualitas tinggi yang digiling halus dengan tangan dan dengan takaran yang pas. Menambahkan cabai yang asal-asalan akan membuat rendang berubah rasa.

Cabai diasosiasikan sebagai keberadaan alim ulama di tengah masyarakat Minang. Sebagai daerah yang menjunjung falsafah adat basandi syara', syara' basandi kitabullah, adat jo syara' sanda manyanda, kehadiran alim ulama sangat dibutuhkan. Adat dan syari'at Islam tidak boleh bertentangan, itulah kenapa dalam perumusan hukum adat alim ulama selalu dilibatkan untuk menilai baik buruknya aturan tersebut menurut syariat. Alim ulama juga berfungsi sebagai mubaligh yang menyampaikan petuah agama kepada masyarakat, agar masyarakat selalu berpegang teguh pada akidah dan syariat.

***

Rempah-Rempah

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Rempah dalam rendang sangat beragam. Ada kunyit, serai, daun jeruk, daun salam, bawang merah, bawang putih, lengkuas, laos, temulawak, dan rempah lainnya. Semua rempah ini biasa disebut dengan istilah pamasak. Walau sudah banyak brand atau produsen yang memasarkan bumbu rendang instan, tapi tetap saja penggunaan rempah alami yang diolah secara manual lebih ditekankan. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan rasa rendang yang otentik dan memiliki ciri khas, karena memang rendang di tiap daerah Minangkabau memiliki khas rasa masing-masing.

Rempah-rempah dalam rendang diumpamakan sebagai seluruh lapisan masyarakat Minangkabau. Kehadiran masyarakat sangat penting karena menjadi syarat berdirinya suatu korong atau kampung, dan menjadi tolak ukur para tigo tungku sajarangan (niniak mamak, alim ulama, dan cadiak pandai) dalam merumuskan hukum dan aturan.

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Ketika seluruh bahan-bahan rendang di atas dibaurkan menjadi satu lalu dimasak dengan sempurna, maka tergambarkanlah sistem musyawarah dan mufakat yang khas di Minangkabau. Aturan yang berlaku di Minangkabau tak hanya dirumuskan oleh para petinggi adat, alim ulama, dan para cerdikiawan, tetapi juga dengan melibatkan suara masyarakat. Istilahnya, "titiak dari ateh, tabasuik dari bumi, bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakaik." Artinya: titik dari atas, terbersit dari bumi, bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat."

Selain itu, proses pencampuran bumbu-bumbu rendang juga menggambarkan asas kekeluargaan dan gotong-royong yang sudah berlaku sejak dulu kala. Sayang sekali pengimplementasian asas-asas tersebut sudah semakin tergerus oleh zaman. Dahulu setiap seseorang akan membangun rumah gadang, maka seluruh masyarakat di desa itu beserta anggota kaum tersebut akan bekerja sama untuk membangunnya. Sekarang tradisi itu sudah tidak ada, digantikan oleh tenaga para arsitek dan tukang yang diupah.

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Dahulu setiap ada pesta, baik pernikahan, khitanan, khatam Qur'an, dan pesta-pesta lainnya, para warga akan bersama-sama menyiapkan pesta tersebut. Para ibu akan memasak, anak-anak gadis memasang kain lamin dan dekorasi ruangan, pemuda dan bapak-bapak akan memasang tenda, mengupas dan memarut kelapa, dan menyembelih hewan untuk dimasak. Namun sekarang semua kebersamaan itu sudah diembankan kepada penyedia jasa wedding organizer dan catering.

Jadi begitulah. Di balik lezatnya rendang yang menggugah lidah, tersimpan makna filosofis yang menggambarkan struktur masyarakat Minangkabau yang kuat. Tak cuma itu, rendang juga diartikan sebagai nikmatnya sabar, keuletan, ketelitian, dan disiplin. Karena memang membuat rendang harus hati-hati, teliti, dan penuh kesabaran.

Kehadiran rendang dalam setiap perhelatan di Minangkabau juga dimaknai sebagai cinta yang tulus dan penghormatan. Rendang hadir dalam pesta pernikahan, hadir dalam jamuan resmi, hadir dalam syukuran menyambut Ramadhan, bahkan selalu menjadi bekal wajib dari sang ibu untuk anak-anaknya yang akan pergi merantau.

Jadi bagaimana? Apakah rendang masih jadi makanan favorit kalian, Gengs? Komen di bawah ya!

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yang Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Sekian

Terima kasih udah mampir

Narasi: serbaserbi.com
Gambar: Google Image
Sumber: 1, 2, 3, 4, 5

0
844
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.