Hoaks Dan Penipuan Merajalela Akibat Minimnya Literasi Masyarakat

Beredarnya berbagai macam informasi palsu, manipulatif dan bohong akhir-akhir ini adalah fenomena yang sangat memprihatinkan. Betapa tidak, banyak masyarakat khususnya pada level menengah ke bawah yang terkena dampak kerugian akibat hal ini. Zaman perkembangan teknologi digital yang begitu pesat dan mengalir deras bagai di musim penghujan ini juga merupakan salah satu faktor pendukungnya. Meski tak dapat dipungkiri, banyak juga hal positif yang telah dicapai akibat perkembangan teknologi digital ini.

Beberapa contoh kasus telah begitu nyata terpampang di hadapan kita. Informasi hoax dan penipuan dengan medium teknologi digital ini telah merugikan banyak sekali orang. Tidak hanya secara psikologis tetapi bahkan juga merugikan secara materiil. Contoh yang belum lama ini sempat heboh adalah soal investasi bodong berkedok trading binary option yang merugikan orang banyak sejumlah milyaran Rupiah. Ajaibnya kasus ini malah melibatkan influencer yang notabene punya tanggungjawab moral dan pengetahuan yang kuat untuk tidak seharusnya melakukan tindakan tidak terpuji.

Data yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI mencatatkan angka yang begitu fantastis. Terdapat sekira 800.000 situs web di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi hoax. Belum lagi jika dihitung dengan jumlah media sosial mainstream yang akhir-akhir ini makin tidak terkendali. Setiap orang yang memiliki akun medsos pribadi dapat saja dengan mudah dalam hitungan detik memposting atau mengupload konten-konten yang bermuatan hoax dan penipuan.

Kemajuan teknologi digital yang pesat adalah keniscayaan yang tidak mungkin dicegah apalagi dihentikan. Zaman telah berubah banyak dalam beberapa dekade ini. Kemajuan itu tidak lepas dari peran perkembangan pengetahuan manusia yang berawal dari usaha dan penemuan-penemuan spektakuler atas dasar ide-ide yang kreatif dan inovatif. Namun sayangnya, hal itu tidak diimbangi dengan kemampuan literasi yang setara di tengah masyarakat.

Masyarakat Indonesia adalah kelompok-kelompok sosial dengan tingkat literasi yang sangat rendah. Belum lagi faktor kemalasan mengulik kebenaran informasi berdasar fakta dan data yang valid. Hal ini dipertegas dengan rilis terbaru skor kemampuan IQ masyarakat Indonesia yang dikeluarkan oleh World Population Review yang menempatkan Indonesia di posisi 130 dunia dengan skor 78,49. Yang membuat prihatin Indonesia malah setara Timor Leste dalam urusan rata-rata IQ ini. Kondisi ini tentu saja tidak baik-baik saja.

Keadaan yang demikian itu tentu saja membuat masyarakat Indonesia sangat rentan terhadap penyebaran isu hoax dan penipuan berbasis digital. Masyarakat kita memiliki kecenderungan "malas mikir" dan suka hal-hal instan. Apapun yang berbau instan dan menggiurkan pasti akan diterima begitu saja tanpa terlebih dahulu mengklarifikasi dengan logika dan nalar yang valid.

Keadaan ini tentu saja tidak menguntungkan bagi generasi kita saat ini dan saat-saat mendatang. Sebagai sesama anak bangsa, kita masing-masing punya kewajiban moral yang sama untuk mulai menggalakkan lagi minat berliterasi dikalangan masyarakat. Terlebih di daerah yang akses validasi informasinya sangat minim.

Sumber :

Ulasan pribadi diolah dari berbagai referensi

https://m.republika.co.id/amp/p0uuby257

https://www.google.com/amp/s/news.de...sus-binomo/amp

https://www.google.com/amp/s/www.cnb...u-ini-hoax/amp