• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Pelangi Tak Lagi Indah, 4 Negara Ngotot Kenakan Ban Kapten One Love di Piala Dunia

masnukhoAvatar border
TS
masnukho 
Pelangi Tak Lagi Indah, 4 Negara Ngotot Kenakan Ban Kapten One Love di Piala Dunia
4 negara ngotot dukung LGBT dengan kenakan ban kapten pelangi dengan slogan "One Love", netizen sebut pelangi tak lagi indah


Piala Dunia 2022 yang diadakan di Qatar telah berjalan kurang lebih 5 hari.
Diketahui ajang turnamen sepakbola Internasional 4 tahunan tersebut telah dimulai sejak tanggal 20 November 2022 lalu dan akan berakhir di tanggal 18 Desember 2022 mendatang.

Kurang lebih 32 team sepakbola dari tim nasional berbagai negara ikut serta di ajang pertandingan Piala Dunia FIFA 2022 Qatar, menampilkan pertandingan sengit antar team besar yang memiliki banyak supporter fanatik yang siap mendukung team kebanggaannya.

Selama kurang lebih 5 hari berlangsungnya ajang Piala Dunia 2022, pertandingan yang mempertemukan team-team hebat berjalan dengan lancar. Meskipun diwarnai berbagai cerita seru seperti kekalahan team hebat yang banyak dijagokan, sampai dengan hadiah-hadiah mewah yang diberikan oleh pangeran Arab MbS yang memberikan hadiah untuk seluruh pemain dari team sepakbola nasional Arab Saudi yang berhasil menang melawan Argentina.

Bukan hanya itu, beberapa hari belakangan juga heboh tentang 4 negara yang ngotot untuk menggunakan ban kapten pelangi dengan slogan "One Love" sebagai bentuk dukungan terhadap LGBT di Piala Dunia 2022.

Sebagaimana diketahui, Qatar selaku tuan rumah melarang segala bentuk aksi dukungan terhadap penyimpangan termasuk dengan LGBT, dan FIFA juga telah melarang penggunaan ban kapten pelangi One Love karena telah menetapkan ban kapten dengan slogan tertentu yang bisa digunakan sejak babak penyisihan hingga final nanti.




Adapun 4 negara yang ngotot untuk mendukung gerakan LGBT tersebut adalah Inggris, Jerman, Denmark, dan Wales yang kabarnya akan tetap memaksakan diri untuk menggunakan ban kapten pelangi bertuliskan One Love.

Bahkan tidak tanggung-tanggung, pada pertandingan pertama melawan Jepang pada hari Rabu 23 November kemarin, para pemain Jerman menunjukkan pose menutup mulut sebelum bertanding yang disebut-sebut sebagai bentuk protes terhadap larangan penggunaan ban kapten pelangi dengan slogan One Love yang merupakan gerakan dukungan terhadap LGBTQ+.

Makna pose tutup mulut tersebut dijelaskan melalui akun Instagram resmi dari timnas Jerman, merupakan bentuk protes terhadap hak asasi manusia yang dibungkam.

Melihat aksi-aksi penolakan oleh keempat negara pada aturan yang ditetapkan oleh tuan rumah Qatar terhadap berbagai macam bentuk promosi penyimpangan termasuk LQBT, warganet di berbagai negara termasuk Indonesia pun memberikan berbagai macam komentar tanggapan.

Tidak sedikit netizen yang menyayangkan aksi LGBT yang menggunakan pelangi sebagai simbol eksistensi mereka.
Akibat dari digunakannya sebagai simbol LGBTQ+, pelangi yang dulu indah dan disukai banyak orang, kini mengalami perubahan makna dan dihindari karena menimbulkan kekhawatiran terhadap sebuah anggapan.




Kehadiran dan eksistensi kaum LGBTQ memang dinilai sangat mengkhawatirkan GanSis.

Bentuk-bentuk penyimpangan seksual sudah mulai dinormalisasikan padahal seharusnya tidak ada normalisasi untuk sebuah takdir yang tidak seharusnya ada.

Mudah-mudahan di Indonesia tidak ada dukungan untuk aksi ataupun gerakan LGBTQ, karena akan memunculkan resiko dan dampak besar bukan hanya untuk generasi saat ini melainkan juga generasi yang akan datang.


Konten Sensitif


Penulis: @masnukho©2022
Narasi: Ulasan pribadi
Sumber gambar
1, 2, 3, 4
FelisCatus
verdandigr
screamo37
screamo37 dan 14 lainnya memberi reputasi
13
5.1K
88
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.