Bagaimana mengatasi krisis tahun depan?

Ada teman tanya kepada saya “ bagaimana mengatasi badai resesi dunia tahun depan. Pastilah walau kita engga kena langsung, kita kecipratan juga. Pertanyaan ini menarik. Sebenarnya, mengatasi krisis itu tidak sulit. Karena sejak tahun 2004, sistem moneter kita tidak terkait langsung dengan dunia luar.

Itu bisa dilihat dari kontribusi eksport terhadap PDB, hanya 21 %. Memang PMDN lebih kecil dari PMA. Data tahun 2020. PMA 51,7%), sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp103,6 triliun (48,3%). Trennya dari tahun ke tahun begitu. Tapi investor SBN justru 80% dari dalam negeri.

Apa artinya ? resesi global itu bukan yang harus ditakuti berlebihan. Kecuali Pemerintah masih terlena dengan euforia booming Export ketika harga komoditas naik. Solusinya engga sulit. Gimana ?

Pertama, pemerintah harus terus ekspansi lewat APBN. Karena kan 79% kekuatan pasar domestik. Engga apa apa defisit harus melebar. Toh uang beredar ada besar sekali, Kalau sekedar defisit anggaran Rp. 1000 triliun money market dalam negeri bisa serap. Dengan besarnya ekspansi pemerintah, itu akan mendorong pasar domestik bergairah.

Kedua, pemerintah harus pastikan uang APBN itu disalurkan dengan cepat. Jangan lelet. Jangan ada SiLPA. Dari pusat sampai pemda harus kerja keras. Utamakan proyek yang menambah pemupukan modal pemerintah, bukan BLT dan subsidi. Dengan adanya proyek, orang kerja, sektor perbankan dan manufaktur bisa terus tumbuh.

Ketiga, pemerintrah harus pastikan uang itu jangan sampai dikorupsi, Kalau mau korupsi, boleh lah. Tapi jangan banyak banyak sedikit aja dari APBN.

Ya saya yakin, kalau tiga hal itu dikerjakan dengan konsiten, kita akan selamat dan tahun 2045 kita akan jadi lima negara dengan kekuatan ekonomi dunia. Tapi kalau yang pertama dilaksanakan tanpa serius melaksanakan yang kedua, dan yang ketiga EGP. Ya wassalam. Jadi udah dech bicara Pilpres yang masih lama.. Focus kerja aja. Pastikan kita selamat melewati badai tahun depan.