Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Kemenkes Datangi 156 Pasien Gagal Ginjal, Presiden Perintahkan Daftar Obat Diteliti
Kemenkes Datangi 156 Pasien Gagal Ginjal Akut, Presiden Perintahkan Buka Daftar Obat yang Diteliti


kemenkes-datangi-156-pasien-gagal-ginjal-akut-presiden-perintahkan-buka-daftar-obat-yang-diteliti
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mendatangi 156 dari 241 pasien gagal ginjal akut, dan menemukan obat sirup yang telah dikonsumsi. (Sumber: Tangkap Layar Kanal YouTube Kompas TV)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mendatangi 156 dari 241 pasien gagal ginjal akut, dan menemukan obat sirop yang telah dikonsumsi.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya bersama Badan pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah meneliti obat-obatan yang sebelumnya dikonsumsi para pasien tersebut.

"Dari 241 kita sudah datang ke (rumah) 156 (orang). Dari 156 itu kita sudah menemukan obat yang ada di lemari keluarga ini yang jenisnya sirup,” jelas Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (12/10/2022), dikutip Kompas.com.

“Sesudah kita lihat, orangnya kena ini, kan obatnya ini, nah itu yang kami melapor," ucap dia.

Budi menambahkan, seusai melaporkan temuan sejumlah obat sirop di rumah pasien tersebut, ia mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membuka daftar obat yang tengah diteliti.

"Pak Presiden bilang, 'Pak Menkes dibuka saja biar tenang masyarakat. Dan kita lakukan transparansi ke publik,'" kata Budi.

Menurutnya, langkah ini diambil agar rakyat tahu bahwa Kemenkes sudah bekerja dengan BPOM untuk mencari penyebab gangguan ginjal akut misterius.

Nantinya, obat-obat yang ditemukan itu akan dikerucutkan, termasuk jika perusahaan mampu membuktikan bahwa tidak ada senyawa berbahaya dalam kandungannya.

"Ini list-nya sementara, nih. Kalau nanti mereka bisa buktikan bahwa ini impurities-nya (cemaran etilen glikol-nya) mereka di bawah ambang batas, silakan.”

“Kita harap dengan adanya list ini, sehingga kita bisa lebih pasti penyebabnya kira-kira di mana," beber Budi.

Menkes juga mengatakan, pihaknya akan membuka daftar obat-obatan sirop yang aman kepada publik.

Keputusan ini sudah disetujui oleh Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), ahli farmakologi, hingga BPOM.

BPOM, lanjut Budi, juga tengah menyisir puluhan ribu obat sirop.

"BPOM nanti akan lihat dari sekian ribu atau sekian puluh ribu ini obat-obatan sirup, mana yang tidak ada polietilen glikol-nya. Itu nanti akan dibuka. Jadi harapan weekend ini, ya," jelas Budi.

Sebelumnya diberitakan, hingga Jumat (21/10/2022), kasus gangguan ginjal akut mencapai 241 kasus di 22 provinsi.

Jumlah itu mengalami peningkatan jika dibandingkan Selasa (18/10/2022), yang jumlahnya 206 kasus.

Jumlah kematian akibat kasus itu mencapai 133 orang atau 55 persen. Biasanya, kematian pada kasus gangguan ginjal pada umumnya ini tidak melonjak tinggi dalam waktu cepat.

Sebagai bentuk kewaspadaan, Kemenkes mengambil langkah konservatif dengan menginstruksikan apotek dan dokter untuk tidak menjual maupun meresepkan obat sirop.

Teranyar pada Kamis (20/10/2022), BPOM menemukan 5 sirop obat batuk/parasetamol yang mengandung cemaran etilen glikol melebihi ambang batas yang sudah ditentukan.

Temuan ini muncul usai dilakukan sampling terhadap 39 bets dari 26 sirop obat.

https://www.kompas.tv/article/340555...iteliti?page=2
Serem juga apalagi iklan-iklan sirup obat sering di TV...

Ada Obat Penawar, Menkes Harap Tren Gangguan Ginjal Akut Menurun



Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin didampingi Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia (kiri), dan Plt Dirjen Pelayanan Kesehatan Murti Utami memberikan keterangan pers di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022. Berdasarkan data per 21 Oktober 2022, jumlah kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada anak sebanyak 241 kasus di 22 Provinsi dengan 133 kematian atau 55% dari jumlah kasus. (Foto: B Universe/Uthan A. Rachim)
Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berharap tren kasus gangguan ginjal akut pada anak segera menurun. Pasalnya, saat ini telah ada obat antidot, fomepizole, sebagai obat penawar untuk gangguan ginjal akut yang didatangkan dari Singapura.

Menurut Budi, sejauh ini obat tersebut efektif. Hal ini terlihat dari, setelah diberikan obat, sebagian besar kondisi pasien membaik dan stabil. Ada sekitar 10 pasien gangguan ginjal akut di RSCM Jakarta yang telah mendapatkan obat tersebut.

"Karena kita sudah lihat, obatnya sudah ada dan efektif. Kita berharap trennya akan menurun," kata Budi dalam konferensi pers "Perkembangan Gangguan Ginjal Akut di Indonesia", Jumat, (21/10/2022).

Sebagaimana diketahui, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jumat, (21/10/2022), terjadi tren peningkatan kasus gangguan ginjal akut pada anak yang mencapai angka 241 kasus dengan 133 di antaranya meninggal dunia.

Budi mengakui berdasarkan hasil monitor Kemenkes, terjadi peningkatan jumlah pasien gangguan ginjal di RSCM Jakarta. Untuk itu, selain pengobatan, Kemenkes juga telah melakukan identifikasi rumah sakit yang akan dijadikan rujukan di luar 14 rumah sakit rujukan pasien gangguan ginjal akut yang ditetapkan.

"Jadi sudah kita siapkan juga untuk rumah sakit-rumah sakitnya. RSCM sebagai rumah sakit nasional ginjal untuk mengoordinasikan ini," ucapnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya mempercepat penanggulangan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal atau atypical progressive acute kidney injury yang terjadi pada anak.

Untuk mempercepat penanggulangan gangguan ginjal akut pada anak itu, Kemenkes melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor SR.01.05/III/3461/2022 mencantumkan 14 rumah sakit rujukan dialis anak.

Plt Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Murti Utami menyatakan, fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan penatalaksanaan awal gangguan ginjal akut pada anak merupakan rumah sakit yang memiliki paling sedikit fasilitas ruangan intensif berupa high care unit (HCU) dan pediatric intensive care unit (PICU).

Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki fasilitas dimaksud dan/atau sarana prasarana lain sesuai dengan kebutuhan medis pasien, harus melakukan rujukan ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis ginjal anak dan fasilitas hemodialisis anak.

"Penatalaksanaan pasien oleh rumah sakit mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan," kata Murti Utami dalam keterangan persnya.

Murti Utami meminta para orang tua yang anaknya bergejala gangguan ginjal akut segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya fasilitas pelayanan kesehatan melakukan pemeriksaan laboratorium ureum, kreatinin, dan pemeriksaan penunjang lain, serta melakukan observasi.

"Selanjutnya bila tidak dapat ditangani dalam 1x24 jam, fasilitas pelayanan Kesehatan harus melakukan rujukan ke rumah sakit rujukan dialisis anak," katanya.

Berikut daftar 14 RS rujukan dialisis anak:

1. RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta,

2. RSAB Harapan Kita Jakarta,

3. RSUP Hasan Sadikin (RSHS) Bandung

4. RSUD Soetomo Surabaya,

5. RSUD Saiful Anwar Malang,

6. RSUP Sardjito Yogyakarta,

7. RSUP Kariadi Semarang,

8. RSUP Ngoerah Denpasar,

9. RSUP Adam Malik Medan,

10. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang,

11. RSUP Zainoel Abidin Banda Aceh,

12. RSUP M Djamil Padang,

13. RSUP Wahidin Sudirohusodo Makasar, dan

14. RSUP Kandou Manado.

Murti Utami mengatakan, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain yang memberikan perawatan kepada pasien anak dengan gangguan ginjal akut harus melakukan penyelidikan epidemiologi, berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.

Koordinasi itu meliputi melakukan anamnesa termasuk anamnesa mengenai penggunaan obat-obatan sediaan cair yang digunakan sebelum mengalami gejala gangguan ginjal akut, baik obat yang dibeli bebas maupun obat yang didapatkan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain.

Dalam hal terdapat penggunaan obat-obatan sediaan cair sebelumnya, keluarga pasien diminta menyerahkan obat-obatan tersebut ke di rumah sakit/fasilitas pelayanan Kesehatan lain tempat pasien dirawat, Selanjutnya instalasi/unit farmasi pada rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan melakukan pengemasan ulang, penyegelan obat, dan dimasukkan dalam plastik transparan untuk dilakukan pemeriksaan toksikologi gangguan ginjal akut.

Rumah sakit kemudian membuat surat permohonan pemeriksaan toksikologi ke laboratorium rujukan disertai dengan sampel darah (whole blood dengan EDTA) 5-10 ml dan urine 20 ml yang telah dimasukkan dalam boks pendingin, disertai dengan obat yang telah dikemas dalam plastik transparan.

"Setiap fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang menerima kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal atau atypical progressive acute kidney injury harus melakukan pelaporan melalui link yang tersedia pada aplikasi RS online dan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR)," paparnya.
https://www.beritasatu.com/news/9922...l-akut-menurun
Ada yang nuduh di Twitter pendatangan obat menawar dari Singapura permainan bisnis Kemenkes emoticon-Hammer2

Bayi Meninggal padahal Tak Minum Obat Sirop, Ini Kata Menko PMK


Muhadjir Effendy.
Muhadjir Effendy. (Foto: kominfo.go.id)
Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy merespons adanya bayi di Bantul yang meninggal dunia karena gangguan ginjal akut, padahal tak mengonsumsi obat sirop. Muhadjir menyatakan, kasus tersebut akan didalami lebih lanjut.

"Ya itu nanti bisa didalami, kan itu pengakuan dari orang tuanya, makanya nanti akan bisa dicek lebih jauh" Kata Muhadjir saat ditemui Beritasatu.com di Gedung Veteran, Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Muhadjir mengatakan, secara akademik untuk sementara ini, gangguan ginjal akut pada anak disebabkan obat sirop atau obat dalam bentuk cair. Untuk itu, pemerintah melarang peredaran obat sirop dan meminta produsen dan distributor obat menarik produk obat sirop.

"Terutama mereka yang sekarang menyimpan, untuk para pedagang, para distributor, dengan kesadarannya supaya itu tidak diedarkan. kalau perlu dihancurkan agar tidak punya efek yang lebih buruk untuk kepentingan kesehatan kita," katanya.

Langkah tegas ini dilakukan pemerintah karena kasus gangguan ginjal akut menyerang anak-anak. Ditekankan, persoalan ini bukan hanya menyangkut keluarga pasien, tetapi juga masa depan bangsa Indonesia.

"Ingat ini anak-anak ini adalah yang nanti akan berperan penting di dalam Indonesia tahun emas 2045 karena itu urusan bangsa. Bukan hanya urusan keluarga, bukan hanya urusan orang berkepentingan jualan obat, tetapi untuk kepentingan bangsa," tegasnya.

Diberitakan Kompas.com, seorang bayi di Bantul yang masih berusia 7 bulan meninggal dunia karena gangguan ginjal akut. Yusuf Maulana (44), ayah dari sang bayi mengatakan, anaknya sudah vaksin sesuai arahan, grafik pada tabel Kartu Menuju Sehat (KMS) pun selama ini juga baik, dan tidak pernah ada riwayat sakit.

Selama ini, Yusuf menuturkan, anaknya hanya mengonsumsi ASI dan makanan pendamping ASI (MPASI) di bulan September. MPASI yang dikonsumsi pun merek umum dan mengonsumsi buatan sendiri.

Rumah sakit mendiagnosa penyakit bayi berinisial ET itu adalah gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI). Yusuf mengatakan, pascameninggalnya ET, rumah sakit menelusuri riwayat penyakit keluarganya. Tidak ada riwayat Covid-19, dan tidak parasetamol dalam bentuk cair.

"Ibunya saja yang kalau dikaitkan parasetamolnya berupa tablet. Itu pun juga sebelum tanggal 16 September. Obat-obatan tidak pernah. Riwayat keluarga besar kami alhamdulillah bagus tidak ada penyakit ginjal dan sebagainya. Dan dokter menyatakan secara fair ini misterius," kata dia.

https://www.beritasatu.com/news/9922...kata-menko-pmk
Kok bisa? Padahal mayoritas yang meninggal karena minum obat sirup?
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 memberi reputasi
1
2.5K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.